SULTRATOP.COM, KENDARI – Hujan deras disertai petir yang mengguyur Kota Kendari, Sulawesi Tenggara, Senin (27/1/2025), menyebabkan banjir lumpur di sejumlah wilayah. Puluhan rumah warga di Lorong Suzuki 1, Lorong Suzuki 2, hingga kawasan Eks-MTQ terendam lumpur, memaksa warga berjuang membersihkan sisa lumpur yang mengeras.
Kartini, salah seorang warga Lorong Suzuki, mengaku harus memindahkan anaknya yang masih berusia 2 tahun ke kursi untuk tidur, karena rumahnya terendam banjir.
“Saya tidak bisa tidur di lantai karena banjir. Terpaksa saya dan anak saya tidur di kursi,” ujarnya sambil tersenyum lelah.
Banjir lumpur ini bukan yang pertama kali terjadi. Warga lainnya, Yuli, mengatakan banjir lumpur telah menjadi langganan sejak 2023. Setiap kali hujan deras, genangan lumpur setinggi 5 sentimeter masuk ke rumah-rumah warga.
“Kalau lumpur sudah kering, tanahnya keras dan lebih sulit dibersihkan. Jadi, sekarang kami harus langsung bersihkan. Syukurnya, ada suami yang membantu,” kata Yuli.
Namun, untuk warga yang telah puluhan tahun tinggal di kawasan ini, banjir kali ini dianggap sebagai yang terparah. Salah satu warga yang enggan disebutkan namanya mengaku sudah pasrah menghadapi kondisi tersebut.
“Selama 25 tahun tinggal di sini, baru kali ini banjir lumpurnya separah ini. Lumpur di rumah saya mencapai setengah meter. Jujur, saya sudah tidak tahu lagi harus berharap pada siapa, pemerintah atau pihak lain. Kami di sini sudah lelah membersihkan lumpur. Kerugian kami mencapai puluhan juta rupiah,” tuturnya.
Di lokasi lain, kawasan Jalan Abunawas, Kelurahan Korumba, Kecamatan Mandonga, juga dilanda banjir. Genangan air setinggi lutut orang dewasa merendam jalan dan rumah warga akibat proyek pedestrian yang dianggap menghambat aliran air menuju drainase.
Saripah, salah seorang warga di Jalan Abunawas, mengungkapkan bahwa selama 20 tahun tinggal di kawasan tersebut, banjir kali ini merupakan yang pertama kali terjadi dengan skala separah ini.
“Barang dagangan dan pakaian saya semuanya basah. Proyek pedestrian ini justru membuat air tidak mengalir dengan baik,” ujarnya dengan nada kecewa.
Banjir lumpur yang melanda Kota Kendari ini kembali menyoroti persoalan infrastruktur yang dinilai kurang efektif dalam mengantisipasi curah hujan tinggi. Hingga kini, warga masih menunggu perhatian dari pemerintah untuk memberikan solusi konkret terhadap bencana yang terus berulang. (A/ST)
Laporan: Bambang Sutrisno