SULTRATOP.COM – Rusia menginvasi Ukraina telah belangsung selama 10 bulan. Kini akan memasuki bulan ke-11, Rusia masih terus menggempur Ukraina dalam skala yang masif di tengah musim dingin akhir tahun 2022.
Serangan Rusia menginvasi Ukraina berawal dari pergerakan kavaleri merebut lebih dari 20 persen wilayah Ukraina. Pasukan Rusia kemudian menghancurkan pertahanan Ukraina yang kokoh. Namun, serangan Rusia ini berakhir dengan mundurnya pasukan dari Kyiv, ibu kota Uraina.
Sejak saat itu, perang antara Rusia dan Ukraina makin menunjukkan akan berlangsung dalam waktu yang lama. Ukraina atas bantuan persenjataan dari Uni Eropa dan Amerika Serikat yang tergabung dalam aliansi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) terus bertahan.
Bagaimana Strategi Rusia Menginvasi Ukraina?
Seorang ahli militer dari Amerika Serikat (AS) Alex Vershinin melalui laman Russiamatters memaparkan strategi yang digunakan Rusia menginvasi Ukraina. Dia mengamati pasukan Rusia dibatasi oleh tenaga tetapi diperkuat oleh persediaan artileri dan peralatan besar-besaran yang didukung oleh produksi industri militer yang kuat.
“Meskipun ada banyak laporan di media Barat bahwa tentara Rusia kehabisan amunisi artileri, sejauh ini tidak ada terlihat kendurnya tembakan artileri Rusia di front mana pun,” ujar Vershinin .
Berdasarkan faktor-faktor ini, pihak Rusia mengandalkan perang gesekan tradisional yang berpusat pada senjata. Tujuannya adalah untuk memaksakan tingkat korban yang tidak berkelanjutan, menghancurkan tenaga dan peralatan Ukraina, sambil mempertahankan pasukan Rusia sendiri.
Penguasaan wilayah jadi tidak penting sebab kerugiannya dapat diterima untuk mempertahankan kekuatan tempur. Misalnya di Kyiv, Kharkiv dan Kherson, tentara Rusia menolak berperang dalam kondisi yang tidak menguntungkan dan mundur.
Untuk menjalankan strategi ini, kata Vershinin, tentara Rusia mengandalkan daya tembak, khususnya artileri. Setiap brigade Rusia memiliki tiga batalyon artileri dibandingkan dengan hanya satu di setiap brigade Barat.
Pasukan Rusia terbantu dengan pesawat nirawak dalam jumlah besar, sehingga artileri Rusia berhasil menghancurkan pasukan Ukraina. Menurut Vershinin ini adalah perang Rusia menginvasi Ukraina berlangsung lambat dan melelahkan, tetapi dengan rasio korban yang secara signifikan menguntungkan Rusia.
Rusia tidak dapat menyerang karena kekurangan tenaga untuk mengamankan sisi-sisi pasukan yang bergerak maju. Hingga saat ini, Rusia hanya dapat maju di Donbas, di mana garis depan tidak bisa lebih maju lagi.
“Bahkan di sini niatnya lebih untuk menarik pasukan Ukraina dan menghancurkan mereka daripada merebut Kota Bakhmut,” kata Vershinin.
Mobilisasi memiliki potensi untuk mengatasi kekurangan tenaga Rusia dan memungkinkan operasi ofensif, sementara memperlengkapi pasukannya dimungkinkan karena mobilisasi industri. Produksi amunisi presisi juga meningkat, meskipun ada keraguan yang konsisten di pers Barat.
Video serangan oleh drone kamikaze “Lancet 3” Rusia yang berkeliaran naik 1.000% sejak 13 Oktober 2022 lalu. Vershinin memperkirakan terjadi peningkatan besar dalam produksi drone kamikaze Rusia.
Dalam perang Rusia menginvasi Ukraina ini, Vershinin menyimpulkan bahwa perang akan dimenangkan melalui pemeliharaan sumber daya sendiri dengan hati-hati sambil menghancurkan sumber daya musuh.
Rusia memasuki perang dengan keunggulan material yang luas dan basis industri yang lebih besar untuk mempertahankan dan mengganti kerugian. Mereka dengan hati-hati menjaga sumber daya dan mundur setiap kali situasi taktis berbalik melawan mereka.
“Ukraina memulai perang dengan sumber daya yang lebih kecil dan mengandalkan koalisi Barat untuk mempertahankan upaya perangnya. Ketergantungan ini menekan Ukraina ke dalam serangkaian serangan yang berhasil secara taktis, yang menghabiskan sumber daya strategis yang menurut saya akan berjuang untuk diganti sepenuhnya oleh Ukraina,” ujar Vershinin.
Pertanyaan sebenarnya bukanlah apakah Ukraina dapat memperoleh kembali semua wilayahnya, tetapi apakah hal itu dapat menimbulkan kerugian yang cukup pada pasukan cadangan Rusia yang dimobilisasi untuk merusak kesatuan domestik Rusia. (===)