SULTRATOP.COM – Dalam masyarakat Buton etnis Wolio terdapat beberapa lagu daerah, salah satu yang berjudul “Sope-sope”. Lagu ini tentang keindahan pesisir yang tertuang dalam tiap liriknya sehingga dapat menarik perhatian pendengar yang tahu artinya.
Dalam Jurnal Kajian, Penelitian & Pengembangan Pendidikan Sejarah, Ray March Syahadat dkk. menjelaskan bahwa lagu tersebut merupakan lagu tradisional karena sering dinyanyikan dalam berbagai kesempatan sehingga tidak dapat dipisahkan dengan kebudayaan setempat.
Berikut ini lirik dan arti lagu Sope-sope.
Wolio kumasinaia ‘Wolio yang aku inginkan’
Rampakana kalimuana ‘Karena kenyamanannya’
Kabumbu te duka ‘Bukit dan benteng’
Kotana molagina ‘keraton yang lestari’
Lele Mangura Baaluwu ‘Lele Mangura dan Baluwu’
Kalapena kamataana ‘Indah dipandang’
Obentena momangengena ‘Benteng tua’
Atinda mpuu atokamata itawo ‘Yang dipandang dari lautan’
Lawana Anto makesana ‘Indahnya Lawana Anto’
Potonto iaroa gunu ‘Dipandang dari gunung’
Andala momalinona ‘Lautan yang tenang’
Liwuto yinta abukeaka kaluku ‘Pulau intan yang penuh dengan kelapa’
Mosuluwina Baubau ‘Baubau yang bersinar’
Potingaluanamo mia ‘Sebuah tempat untuk’
Momarewuna yincana ‘mencari angin’
Wiina ngalu alosa inganga randa ‘Untuk orang yang terluka’
Abawa lele malimua ‘Angin berhembus ke hati Membawa kebahagiaan’.
Maksud Lagu “Sope-sope”
Menurut Ray March Syahadat dkk. lagu Sope-sope mengekspresikan romantisme lanskap pesisir. Namun, pada lagu ini titik pandang berada di Batu Puti, pesisir Pantai Kalampa, barat daya Kota Baubau.
Lanskap kawasan ini merupakan pesisir tua yang menjadi perkampungan awal nenek moyang etnis Wolio sebelum menempati Benteng Keraton Buton. Terdapat beberapa situs bersejarah di lanskap ini.
Lebih lanjut dijelaskan, lirik lagu Sope-sope menggambarkan budaya maritim yang dimiliki oleh etnis Wolio dengan disebutnya tiga jenis kapal yang berlayar yakni Sope-sope, bangka, dan jarangka.
Latar waktunya adalah dini hari hingga matahari terbit ketika kapal-kapal berlabuh dengan bantuan angin laut menuju daratan. Keindahan lanskap matahari terbit, angin tenang, tebing, pesisir, tanjung, daratan, dan pantai diekspresikan langsung ke dalam lirik lagu.
Citra Orang Buton dalam Lagu “Sope-sope”
Lagu Sope-sope secara tidak langsung menggambarkan identitas orang Buton atau Wolio itu sendiri yang dekat dengan laut. Hal ini tergambar dalam setiap lirik nyanyian Sope-sope yang menggambarkan keindahan pesisir atau wilayah lautan.
Mengutip budaya-indonesia.org, Sope-sope merupakan perahu tradisional Buton. Suku-suku di Sulawesi terkenal sebagai suku pelaut. Selain Bugis yang sudah banyak diketahui dunia sebagai suku pelaut yang gemar mengarungi samudra, etnis Buton juga gemar mengarungi samudra.
Karena hal demikian maka di daerah Riau dan Kepualauan Riau, terdapat perkampungan bernama Buton. Masyarakat Buton juga banyak dijumpai di kepulauan Maluku, Nusa Tenggara, hingga Papua dan sebagian berada di wilayah Nusantara lainnya termasuk di negara tetangga, Malaysia dan Singapura. (===)
Referensi:
- https://journal.ummat.ac.id/index.php/historis/article/download/10508/pdf
- https://budaya-indonesia.org/Lagu-Daerah-Buton