SULTRATOP.COM, DISPAR – Dinas Pariwisata (Dispar) Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) menyelenggarakan pelatihan membatik bagi pelaku ekonomi kreatif (ekraf) yang ada di Kota Baubau. Kegiatan yang bertajuk Pelatihan Inovasi dan Kreasi Kriya Bagi SDM Ekraf Sub Sektor Kriya ini, diikuti oleh 40 pelaku ekraf.
Kepala Bidang (Kabid) Pengembangan Sumber Daya Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Dispar Sultra Sri Resqina Ruspian Laydi mengatakan, peserta berasal dari tiga kabupaten/kota, yaitu Kabupaten Buton Tengah, Buton Selatan, dan Kota Baubau.
“Kegiatannya berlangsung dari tanggal 28-30 November 2023 lalu, bertempat di Nirwana Buton Villa,” jelas Sri di Kendari, Rabu (6 Desember 2023).
Ia menjelaskan, pemateri pelatihan ini berasal dari Universitas Indonesia (UI) dan Universitas Halu Oleo, masing-masing dari Fakultas Ilmu Budaya. Mereka adalah Widhyasmaramurti, S.S., M.A (UI) dan Arie Toursino Hadi, M.Hum (UHO).
Sri menambahkan, pelatihan ini bertujuan mengenalkan seni batik tulis dan teknik pembuatannya kepada pelaku ekraf, yang diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para pelaku ekraf.
“Kegiatan ini juga mendorong pengembangan produk batik tulis yang inovatif, kreatif, dan sesuai dengan permintaan pasar,” tambahnya.
Lebih jauh Sri mengungkapkan, dengan adanya pelatihan ini, pengembangan wisata di Baubau dan sekitarnya tidak hanya mengandalkan destinasi wisata, tapi juga kawasan ekonomi kreatif, terutama kriya batik.
Sementara itu, salah satu pemateri, Arie Toursino Hadi, terkesan dengan antusiasme peserta. Motif batik yang mereka ciptakan begitu beragam, antara lain motif naga, benteng, buah nenas, jeruk siompu, dan juga kembang.
“Pokoknya, motif-motif itu secara filosofis mencirikan daerah masing-masing dan itu beragam,” ungkap Arie Toursino Hadi.
Pemateri lainnya, Widhyasmaramurti, mengatakan, dirinya memberikan pelatihan yang dimulai dari bagaimana melukis motifnya, mencanting, mewarnai hingga sampai dengan tahap akhir mencelupkan kain katun dalam bahan pewarna kimiawi, lalu mencuci dan menjemurnya.
Menurut dosen UI ini, pihaknya menggunakan pewarna berbahan kimiawi agar prosesnya lebih cepat. Jika menggunakan bahan pewarna alami prosesnya memakan waktu lama. Sementara dalam pelatihan ini waktunya terbatas. Selain itu, jika menggunakan pewarna alami hasilnya memang bagus tapi harganya sangat mahal.
Kepala Dinas Pariwisata Baubau Idrus Taufik Saidi yang didaulat untuk membuka acara tersebut berharap pelatihan ini bisa dilanjutkan ke tahap berikutnya, dan ada peserta yang menekuni kegiatan membatik untuk meningkatkan perekonomian keluarga. (Adv)
