SULTRATOP.COM, KENDARI – Prestasi membanggakan kembali diraih oleh mahasiswa Universitas Halu Oleo (UHO). Feri Renaldi, mahasiswa jurusan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), berhasil mendapatkan penghargaan berupa sertifikat Asean dari PT Amati Karya Indonesia atas keberhasilannya menyelesaikan proyek inovatif dalam program Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) Batch 7.
Feri Renaldi mengatakan proyek ini berfokus pada upaya mengatasi permasalahan sumber daya laut di Sulawesi Tenggara melalui pendekatan edukasi dan inovasi berbasis teknologi.
“Ini project tentang mengatasi permasalahan yang ada di Indonesia tentang sumber daya laut tapi saya berfokus kepada Sulawesi tenggara dan sampai sekarang masih ada permasalahan dan informasi ini kami ambil dari berbagai narasumber,” katanya kepada sultratop.com pada Kamis (9/1/2025).
Proyek yang diberi judul “Palajarang Pangandako: Inovasi Edukasi Masyarakat Desa Tapulaga melalui E-Brosur Berbasis Bahasa Bajo dan Media Sosial sebagai Sarana Informasi Alat Tangkap Ramah Lingkungan” tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya penggunaan alat tangkap yang ramah lingkungan.
Permasalahan utama yang diangkat dalam proyek tersebut adalah penggunaan alat tangkap ilegal, seperti praktik pengeboman ikan yang merusak ekosistem terumbu karang dan keberlanjutan sumber daya laut.
Sebagai langkah awal, tim proyek melakukan pengumpulan data melalui wawancara dengan berbagai narasumber, antara lain Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Sulawesi Tenggara, mahasiswa pascasarjana UHO, masyarakat Wakatobi, Koordinator RAR Sulawesi Tenggara, serta nelayan dan Sekretaris Desa Tapulaga.
Wawancara dilakukan secara daring melalui Google Meet pada beberapa narasumber, sementara observasi langsung dilakukan di Desa Tapulaga pada November 2024. Hasil wawancara tersebut mengungkapkan bahwa penggunaan alat tangkap ilegal masih menjadi ancaman serius bagi ekosistem laut.
“Dari berbagai narasumber ini yang menjadi top problemnya penggunaan alat tangkap ilegal seperti pengeboman ikan sehingga dapat merusak ekosistem karang,” ungkap Feri
Mengatasi permasalahan yang ada, proyek tersebut berfokus pada pemberdayaan masyarakat Desa Tapulaga melalui edukasi. Salah satu inovasi utama adalah pembuatan e-brosur bilingual (bahasa Indonesia dan bahasa Bajo) yang berisi informasi tentang dampak buruk alat tangkap ilegal dan manfaat penggunaan alat tangkap ramah lingkungan.
E-brosur tersebut diunggah di Kompasiana agar dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat luas. Selain itu, edukasi juga dilakukan melalui webinar online yang melibatkan pemerintah dan akademisi, serta penyebaran pamflet edukasi melalui media sosial untuk menjangkau lebih banyak audiens.
Proyek tersebut tidak hanya mengedukasi masyarakat, tetapi juga memberikan solusi konkret untuk mengubah perilaku nelayan dalam menjaga kelestarian ekosistem laut. Harapannya, inovasi tersebut mampu meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Tapulaga akan pentingnya keberlanjutan ekosistem bawah laut.
Dengan informasi yang disampaikan secara interaktif dan berbasis budaya lokal, seperti penggunaan bahasa Bajo, diharapkan pesan edukasi dapat diterima dengan baik oleh masyarakat setempat.
“Harapannya itu dapat meningkatkan kesadaran masyarakat Desa Tapulaga tentang pentingnya menggunakan alat tangkap ramah lingkungan sehingga dapat melestarikan ekosistem yang ada di bawah laut,” harapnya
Feri Renaldi, yang juga bertindak sebagai CEO kelompok dalam proyek tersebut, mengungkapkan rasa syukur dan kebanggaannya atas penghargaan yang diraih.
“Proyek ini tidak hanya menjadi pengalaman berharga bagi saya, tetapi juga menjadi wujud kontribusi nyata kami sebagai mahasiswa terhadap penyelesaian permasalahan lingkungan, khususnya di bidang kelautan. Kami berharap edukasi ini dapat memberikan dampak jangka panjang bagi keberlanjutan ekosistem laut di Desa Tapulaga,” ujar Feri.
Ia juga mengungkap bahwa keberhasilan proyek tersebut tidak terlepas dari dukungan penuh yang diberikan oleh Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan dan Alumni FPIK UHO Dedy Oetama bersama para dosen pembimbing, yakni La Ode Muhammad Arsal, Prof. Agus Kurnia, dan Ketua Jurusan Budidaya Perairan, Wellem H. Muskita. (B/ST)
Laporan: Putriani Amaliah