SULTRATOP.COM, KENDARI – Tragedi kematian ibu dan bayi di Kota Kendari kian mengkhawatirkan. Sepanjang 2024, sebanyak 7 ibu dan 43 bayi kehilangan nyawa. Angka ini meningkat dibanding tahun sebelumnya.
Pendarahan, hipertensi pada kehamilan, serta kelahiran prematur menjadi pemicu utama. Apa yang sebenarnya terjadi, dan bagaimana langkah Dinas Kesehatan untuk menekan angka kematian ini?
Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari mencatat hingga Sabtu (1/2/2025), jumlah kematian ibu dan bayi terus bertambah. Pada 2023, tercatat 6 kematian ibu dan 42 kematian bayi. Meski masih di bawah target nasional, kondisi ini tetap menjadi perhatian serius.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Kendari, Hasmirah, mengatakan bahwa pihaknya tidak hanya mencatat angka kematian, tetapi juga melakukan audit kematian ibu dan bayi bersama dokter kandungan serta dokter anak.
“Penyebab utama kematian ibu adalah pendarahan dan hipertensi pada kehamilan,” kata Hasmirah kepada Sultratop.com.
Ia menambahkan, banyak kasus kematian sebenarnya bisa dicegah jika masalah kesehatan dilaporkan sejak awal kehamilan agar dapat segera ditangani. Sementara itu, penyebab utama kematian bayi adalah asfiksia atau kekurangan oksigen pada otak.
“Kematian bayi juga disebabkan oleh gangguan pernapasan, kelainan bawaan dalam kandungan, dan kelahiran prematur,” ujarnya.
Hasmirah mengimbau para ibu hamil agar segera melakukan pemeriksaan kehamilan sejak dini untuk menghindari risiko yang membahayakan ibu dan bayi. Namun, masih banyak ibu hamil yang terjebak dalam stigma tabu bahwa kehamilan tiga bulan pertama tidak boleh diumumkan karena dianggap pamali.
“Akibatnya, kehamilan di trimester awal tidak diketahui oleh bidan di kelurahan atau puskesmas, sehingga ibu hamil tidak mendapat kunjungan dan pemeriksaan awal yang sebenarnya sangat penting,” jelasnya.
Ia menekankan bahwa pemeriksaan awal sangat diperlukan untuk mendeteksi dini kemungkinan hipertensi atau masalah lain selama kehamilan. Keterlambatan dalam mendapatkan penanganan medis dapat menyebabkan kondisi memburuk saat persalinan, seperti lonjakan tekanan darah yang berujung pada kejang dan berpotensi menyebabkan kematian ibu.
“Jika seorang ibu merencanakan kehamilan atau mengalami keterlambatan menstruasi, sebaiknya segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan, seperti puskesmas, rumah sakit, atau praktik bidan dan dokter. Dengan begitu, penyakit dapat terdeteksi lebih dini dan segera ditangani,” pungkasnya. (B/ST)
Laporan: Bambang Sutrisno