SULTRATOP.COM – Suku Tolaki adalah etnis yang mendiami jazirah tenggara Pulau Sulawesi. Mereka memiliki ragam kekayaan seni budaya, salah satunya nyanyian rakyat. Salah satu nyanyian rakyat pada masyarakat Tolaki yaitu nyanyian rakyat anggo.
Berdasarkan penelitian Darna dari Universitas Halu Oleo (UHO), nyanyian rakyat anggo dinyanyikan dengan menggunakan bahasa Tolaki sebagai mediumnya. Pertunjukan nyanyian rakyat anggo dengan menggunakan bahasa Tolaki merupakan bagian dari identitas masyarakat Tolaki.
Dalam penelitian yang terbit di Jurnal Pendidikan Bahasa No.1 Vol.7, Februari 2018 tersebut, dijelaskan bahwa nyanyian rakyat anggo lahir/terbentuk sejak zaman dahulu dan sampai sekarang masih hidup di tengah-tengah masyarakat etnis Tolaki walaupun tanpa peranan pemerintah setempat.
Anggo merupakan salah satu nyanyian rakyat Tolaki yang dinyanyikan oleh seseorang atau lebih yang menggambarkan rasa kekaguman terhadap seorang pemimpin, atau mengandung nasihat. Anggo merupakan salah satu nyanyian rakyat masyarakat Tolaki yang dinyanyikan pada saat penyambutan tamu agung, dan memberikan nasihat.
Anggo memiliki banyak jenis diantaranya anggo luale, anggo mombesara, anggo momboko mboiso anadalo, anggo sumomba, anggo mondau, dan masih banyak jenis anggo lainnya. Pada artikel ini yang menjadi fokus pembahasan adalah nyanyian rakyat “anggo luale”.
Lirik dan Arti Nyanyian Rakyat Anggo Luale
Secara umum nyanyian rakyat anggo luale merupakan nyanyian rakyat yang di nyanyikan di tempat keramaian atau dipesta pernikahan dengan tujuan untuk memberi nasehat. Nyanyian rakyat anggo luale dinyanyikan oleh seseorang yang ingin menyampaikan agar selalu bersyukur atas apa yang dimiliki, selalu berperilaku baik di tengah-tengah masyarakat, dan menggambarkan sesuatu hal.
Masih berdasarkan penelitian Darna, berikut ini lirik dan arti nyanyian rakyat anggo luale.
More metamoako
Otinato momahe
Momahe ndaetade
‘Memang betul gadis yang terkabarkan’
‘Bernamakan seorang perempuan’
‘Gadis yang sangat cantik’
***
Mengguli kuli taha
Peani ndaa bali omoreako i mowila
Tina toro anino
‘Kulit yang tahan’
‘Kulit yang tidak pudar’
‘Gadis-gadis yang sangat putih’
‘Gadis yang hidup kulitnya’
***
Iwaleka torohula
Bali londosahea
Londosahea radi
Toro huu lahaanggu
‘Hidupnya yang terikat’
‘Cahayanya yang pudar’
‘Bercahaya berkat dari Tuhan’
‘Hidup dijung saya berada’
***
Kaasi leudowo
Radi sou mbahi
Kaasi tonda-tonda
Radi dai-dangia
‘Kecantikan yang datang sendiri’
‘Berkat dari tuhan yang selalu di junjung’
‘Kecantikan yang selalu mengikutinya’
‘Berkat dari Tuhan yang selalu melakat’
***
Menurut penelitian tersebut, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini membuat nyanyian rakyat Tolaki “anggo” sebagai salah satu identitas masyarakat Tolaki perlahan-lahan mulai hilang dari masyarakat penuturnya.
Hal itu terlihat ketika observasi awal perihal informan yang dapat menyanyikan nyanyian rakyat Tolaki salah satunya anggo, berbagai macam jawaban Darna dapatkan di antaranya (1) untuk usia 30 tahun ke atas memberikan jawaban mengetahui kata anggo dan untuk menyanyikan mereka tidak tahu.
Darna menemukan satu-satunya orang tua yang dapat menyanyikan anggo bernama Badrun yang usianya sudah 60 tahun. Kemudian (2) untuk usia 29 tahun ke bawah, memberikan jawaban tidak mengetahui nyanyian rakyat Tolaki salah satunya anggo, yang mereka ketahui adalah nyanyian pop, dangdut, dan lain sebagainya nyanyian yang bersifat modern. (===)