12 April 2025
Indeks

Krisis Kelapa di Kendari, Pedagang Tak Punya Stok, Pembeli Pulang Kecewa

  • Bagikan
Krisis Kelapa di Kendari, Pedagang Tak Punya Stok, Pembeli Pulang Kecewa
Ilsutrasi kelapa. (Foto: Pixabay)

SULTRATOP.COM, KENDARI – Kota Kendari tengah dilanda krisis kelapa. Di berbagai pasar, para pedagang mengaku kehabisan stok, sementara pembeli harus pulang dengan tangan hampa. Kelangkaan ini terjadi sejak tiga bulan terakhir, dipicu pemenuhan kebutuhan ekspor kelapa oleh petani ke luar daerah dan luar negeri.

Salah satu titik yang terdampak adalah Pasar Lawata di Jalan Taman Suropati, Kelurahan Mandonga, Kecamatan Mandonga. Di pasar ini, pedagang kelapa kesulitan memenuhi permintaan pembeli karena stok yang kian menipis.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

“Petani kelapa sekarang lebih pilih menimbang ke kontainer dengan harga Rp4 ribu sampai Rp6 ribu per kilogram. Dulu itu, petani tidak perlu kita telepon, mereka datang sendiri bawa kelapa ke kios. Tapi sekarang, pengumpul seperti kami harus bersaing dengan modal besar,” ungkap Surna, salah satu pedagang kelapa, saat ditemui Sultratop.com, Sabtu (12/4/2025).

Krisis Kelapa di Kendari, Pedagang Tak Punya Stok, Pembeli Pulang Kecewa
Pengumpul kelapa di salah satu pasar Kota Kendari. (Foto: Bambang Sutrisno/Sultratop.com)

Menurutnya, kelangkaan kelapa dipicu meningkatnya minat ekspor, yang membuat para petani lebih memilih menjual kelapanya ke luar daerah dengan imbal hasil lebih tinggi. Hal ini membuat pasokan di pasar lokal terganggu dan menyebabkan harga melonjak.

“Kelapa sudah mulai langka sejak tiga bulan terakhir. Sebelumnya harga masih di kisaran Rp7 ribu sampai Rp9 ribu, sekarang naik jadi Rp10 ribu sampai Rp13 ribu. Waktu bulan puasa kemarin bahkan sempat tembus Rp20 ribu per butir,” ujar Surna yang sehari-hari berjualan kelapa muda dan kelapa tua.

Kenaikan harga kelapa juga berdampak pada daya beli masyarakat. Surna mengaku pembeli mulai mengeluh dan jumlah penjualan menurun drastis. Ia pun harus menambah modal lebih besar untuk bisa tetap berjualan.

“Dulu saya berani ambil kelapa sampai 500 biji dengan modal Rp5 juta. Sekarang harus modal minimal Rp10 juta untuk jumlah yang sama,” tambahnya.

Meskipun begitu, Surna tidak menyalahkan aktivitas ekspor. Ia hanya berharap ada pengaturan kuota agar kebutuhan dalam daerah tetap terpenuhi.

“Kelapa yang saya beli biasanya dari Konawe Utara, Konawe Selatan, dan Bombana. Harapan saya, semoga semuanya bisa kembali normal dan tidak menyulitkan pedagang kecil seperti kami,” harapnya.

Lapak Kelapa Kosong, Mesin Parut Sepi

Kelangkaan kelapa juga terasa di Kelurahan Lepo-lepo, Kota Kendari. Sejumlah lapak pedagang sayur terlihat kosong dari kelapa tua. Para pedagang mengaku tidak lagi mendapat pasokan kelapa selama sepekan terakhir.

“Sudah beberapa hari tidak ada kelapa, susah kita dapat sekarang,” kata seorang pedagang.

Kondisi ini berimbas pada sepinya aktivitas di mesin parut. Biasanya, pembeli meminta kelapa diparut di tempat untuk keperluan memasak, terutama membuat santan. Kini, mesin-mesin itu terdiam karena tidak ada kelapa yang bisa dijual apalagi diparut.

Pembeli Keluhkan Harga, Minta Pemerintah Turun Tangan

Kelangkaan kelapa juga dirasakan langsung oleh konsumen. Matius Tanmu, pembeli kelapa muda, mengaku keberatan dengan harga yang tinggi. Ia menilai, komoditas kelapa seharusnya tidak semahal itu karena menjadi kebutuhan sehari-hari.

“Tidak sepantasnya kelapa mahal begini. Baru tahun ini harganya melonjak drastis. Kami masyarakat menengah ke bawah jelas merasa sangat berat. Kalau orang yang ekonomi kuat mungkin tidak terlalu terasa,” tuturnya.

Matius menambahkan, pemerintah harus hadir mengatasi gejolak harga dan ketersediaan kelapa, terutama karena kelapa juga berperan penting dalam industri minyak dan makanan. (B/ST)

 

Laporan: Bambang Sutrisno 

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan