30 January 2025
Indeks

Kolaka Timur Diterpa Rentetan Gempa, Dua Pakar Geologi Ungkap Penyebabnya

  • Bagikan
Kolaka Timur Diterpa Rentetan Gempa, Dua Pakar Geologi Ungkap Penyebabnya
Kolase foto rumah warga Kolaka Timur yang terdampak gempa dari yang ambruk sampai yang retak-retak.

SULTRATOP.COM – Sejak 24 Januari 2025, Kolaka Timur (Koltim) diguncang serangkaian gempa bumi, dengan yang terbaru berkekuatan magnitudo 5,1 pada 29 Januari 2025. Meski sebagian besar gempa tergolong kecil hingga menengah, dampaknya cukup dirasakan warga dan memicu kekhawatiran akan gempa susulan.

Redaksi Sultratop.com telah merangkum penjelasan pakar geologi Universitas Halu Oleo (UHO), Prof. Hasria dan Universitas Sulawesi Tenggara (Unsultra) Sara Septiana, yang menjelaskan penyebab dan karakteristik gempa yang terjadi di wilayah Kolaka Timur.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Aktivitas Sesar Aktif

Pakar geologi dari Universitas Halu Oleo (UHO) mengungkap bahwa aktivitas sesar aktif di wilayah ini menjadi pemicu utama gempa yang terus terjadi.

Prof. Hasria menjelaskan bahwa wilayah Sulawesi, termasuk Kolaka Timur, memiliki struktur geologi yang kompleks. Pulau Sulawesi berada di tengah Kepulauan Indonesia dan dibentuk oleh serangkaian proses tektonik dalam beberapa periode.

“Sulawesi Tenggara, termasuk Kolaka Timur, dibentuk melalui tiga periode utama: pra-tumbukan, tumbukan, dan pasca-tumbukan. Proses ini menghasilkan berbagai sesar aktif seperti Sesar Kolaka, Sesar Lawanopo, dan Sesar Matarombeo yang menjadi jalur utama pergerakan lempeng,” ujar Prof. Hasria kepada Sultratop.com, Rabu (29/1/2025).

Sesar-sesar tersebut sangat aktif dan berperan dalam terjadinya gempa bumi di wilayah ini. Gempa terjadi akibat pelepasan energi yang terkumpul akibat pergerakan lempeng atau sesar yang saling mengunci.

“Ketika energi ini dilepaskan secara mendadak, getaran yang kita rasakan sebagai gempa bumi akan terjadi,” tambahnya.

Gempa pada 29 Januari 2025 yang berpusat di Lalolae, Kolaka Timur, diduga berasal dari aktivitas Sesar Kolaka. Menurutnya, gempa susulan masih mungkin terjadi selama energi yang terkumpul belum sepenuhnya dilepaskan.

“Gempa susulan akan berhenti jika energi yang tersimpan sudah sepenuhnya dilepaskan. Ini wajar karena selama masih ada energi tersisa, getarannya akan terus dirambatkan ke permukaan bumi,” jelasnya.

Pergerakan Lempeng dan Potensi Gempa Susulan

Sara Septiana, dosen geologi Unsultra, menambahkan bahwa pergerakan lempeng di bawah permukaan terjadi sangat lambat dan sering kali tidak terasa langsung.

“Pergerakan ini dapat menyebabkan rekahan atau patahan di atas permukaan yang umumnya masih sangat aktif,” katanya.

Ia menjelaskan bahwa pergerakan lempeng yang kaku kadang terhambat, menyebabkan akumulasi energi secara terus-menerus.

“Ketika material penyusun lempeng tidak dapat lagi menahan pergerakan, energi akan dilepaskan secara mendadak dan merambat ke permukaan, menyebabkan gempa bumi,” jelasnya.

Menurutnya, gempa kecil hingga sedang yang disertai banyaknya gempa susulan menunjukkan bahwa energi sedang dilepaskan bertahap. Titik gempa menunjukkan kemungkinan besar penyebabnya adalah aktivitas Sesar Kolaka dan Sesar Lawanopo, dua sesar geser mengiri yang berarah barat laut-tenggara.

“Namun, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan penyebab utama serta memperkirakan potensi bahaya ke depan,” ujarnya.

Imbauan untuk Warga

Meski gempa yang terjadi berskala kecil hingga menengah, masyarakat diimbau untuk tetap waspada. Prof. Hasria mengingatkan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi bencana ini, termasuk memastikan bangunan tahan gempa dan memahami langkah-langkah darurat.

Warga juga perlu mewaspadai dampak lanjutan seperti longsor, likuifaksi, atau amblesan tanah yang bisa terjadi setelah gempa.

Selain itu, masyarakat diminta tidak mudah percaya isu-isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan dan tetap mengikuti informasi resmi dari pihak berwenang terkait kondisi gempa. (B/ST)

 

Laporan: Putriani Amaliah

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan