SULTRATOP.COM, KENDARI – Baru diresmikan sejak Februari 2024 lalu, gerbang Kendari- Toronipa sudah menunjukkan kerusakan pada beberapa bagiannya. Dinding gerbang tersebut berlubang dan rusak di beberapa titik. Bangunan senilai Rp 32,8 miliar ini ternyata hanya terbuat dari glass reinforced concrete (GRC) tanpa struktur beton, Jumat (13/9/2024) siang.
GRC ini adalah beton bertulang kaca yang merupakan bahan konstruksi untuk beton pracetak arsitektur dan panel fasad bangunan eksterior. Bahan ini terbuat dari campuran semen, pasir, air, serat kaca tahan alkali, dan campuran lainnya.
Kerusakan yang cepat itu menimbulkan pertanyaan publik dan ramai di media sosial, mengingat besarnya anggaran yang dialokasikan untuk membangun empat gerbang yang terlihat kurang kokoh.
Menanggapi hal tersebut, Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Halu Oleo (UHO), Darmin Tuwu, menyampaikan pandangannya terkait viralnya kondisi gerbang Kendari- Toronipa.
“Ketika mengelola negara tidak sesuai aturan, masalah pasti muncul. Ada dua hal penting dalam mengelola negara: memajukan daerah dan memajukan masyarakat,” ujar Darmin Tuwu kepada Sultratop.com.
Menurutnya, pembangunan infrastruktur seperti jembatan dan gerbang adalah bagian dari upaya memajukan daerah. Pengusaha yang bekerja sama dengan pemerintah harus mengikuti visi pemerintah, yang pada dasarnya bertujuan baik.
“Namun, jika terjadi masalah seperti sekarang ini, pemerintah pasti akan mempertanyakan kerusakan yang ada dan meneliti proposal yang diterima Inspektorat Sulawesi Tenggara (Sultra),” tambahnya.
Darmin menekankan bahwa seharusnya bangunan tersebut tidak rusak dalam kurun waktu 7 bulan.
“Jika umur bangunan diproyeksikan tahan sekian tahun sesuai dengan proposal, mengapa belum setahun sudah rusak?” ujarnya.
Ia pun mendesak agar dokumen proposal pembangunan diperlihatkan untuk mengetahui masa tahan bangunan.
“Tunjukkan dokumen yang sudah dipresentasikan, apakah umur bangunan 10 atau 20 tahun? Jika misalnya tertulis sepuluh tahun, kenapa belum satu tahun sudah rusak?,” ujarnya.
Di akhir penyampaiannya, Darmin mengingatkan agar pemerintah bekerja dengan hati, bukan sekadar mengejar keuntungan, guna mencegah timbulnya masalah di kemudian hari.
“Jadilah pemerintah yang baik, bekerja dengan hati, bukan hanya menggunakan akal atau kepentingan pribadi, apalagi mengejar keuntungan. Jika bekerja tidak seperti itu, masalah akan terus muncul,” ujarnya.
Berdasarkan pantauan Sultratop.com di lokasi, dinding bangunan gerbang dengan anggaran Rp32,8 miliar tersebut telah diperbaiki, dan lubang-lubang yang ada sudah ditutup. Namun, retakan di beberapa bagian gerbang masih terlihat dan bagian dalamnya kopong, mirip kandang ayam.
Amatan Sultratop.com, bangunan seharga puluhan miliar rupiah itu tampak rapuh dan karatan, padahal belum sampai setahun proyeknya selesai dikerjakan. Tampak cat pada dinding retak-retak, ada juga lubang tidak tertambal rapi.
Material yang disebut glass reinforced concrete (GRC) tampak terpasang yang turut ditopang oleh besi hollow (besi baja yang berbentuk kotak atau persegi panjang dengan rongga di dalamnya). Besi hollow di gerbang itu tampak sudah mulai karatan.
GRC ini adalah beton bertulang kaca yang merupakan bahan konstruksi untuk beton pracetak arsitektur dan panel fasad bangunan eksterior. Bahan bangunan ini terbuat dari campuran semen, pasir, air, serat kaca tahan alkali, dan campuran lainnya.
Sementara besi hollow adalah bahan bangunan yang tergolong murah bila dibandingkan dengan anggaran yang mencapai Rp32,8 miliar. Besi hollow serupa di toko online (market place) tercatat berkisar Rp49.200 saja untuk besi hollow galvanis 6 meter.
Kendati demikian masih perlu penelusuran lebih lanjut apakah besi hollow yang terpasang jadi struktur gerbang wisata Kendari-Toronipa juga besi hollow serupa di toko online. Termasuk GRC yang sudah mulai lubang-lubang itu apakah bisa seharga miliaran rupiah. (a/ST)
Penulis: M5