SULTRATOP.COM, KENDARI – Kabupaten Buton Selatan mengusung tema “The Beauty of Kamba Wa Buri” dalam acara Sultra Tenun Karnaval 2024 yang berlangsung di kawasan eks MTQ Kendari, Sabtu (7/12/2024). Tema ini menampilkan keindahan tanaman endemik Kamba Wa Buri, yang dikemas dengan sentuhan motif tenun khas Buton Selatan, yakni motif ake-ake. Keindahan ini semakin hidup dengan iringan musik hasil akulturasi budaya berbagai etnis di Buton Selatan.
Kamba Wa Buri, tanaman endemik yang hanya tumbuh di tanah berbatu Kabupaten Buton Selatan, merupakan simbol kekayaan alam dan pariwisata Sulawesi Tenggara. Hingga kini, masyarakat percaya bahwa bunga ini melambangkan cinta, kehilangan, dan ikatan abadi.
Menurut legenda, Kamba Wa Buri adalah jelmaan seorang gadis cantik bernama Wa Buri. Ia merupakan anak bungsu dari lima bersaudara, dengan empat saudara laki-laki bernama La Ambo, La Dandu, La Ba’a, dan La Mbolo.
Konon, Wa Buri menghilang di tebing tinggi Pantai Lakaliba. Keempat saudara laki-lakinya juga dipercaya berubah menjadi batu, yang kini dikenal sebagai Batu La Ambo, Batu La Dandu, Batu La Ba’a, dan Batu La Mbolo.
Sebagai satu-satunya anak perempuan, Wa Buri sangat dekat dengan ayahnya, seorang nelayan. Ia kerap menemani sang ayah di Pantai Lakaliba, tempat yang dikenal dengan pemandangan laut biru, air jernih, dan tebing-tebing indah. Namun, keindahan ini menjadi saksi bisu tragedi yang menimpa Wa Buri.
Dikisahkan, suatu hari sang ayah melihat Wa Buri duduk di tebing bersama seorang pria asing. Tak lama setelah itu, Wa Buri menghilang tanpa jejak. Sang ibu yang dilanda kesedihan terus berdoa agar dapat bertemu kembali dengan putri tercintanya.
Dalam sebuah mimpi, sang ibu melihat Wa Buri berdiri di tepi pantai dengan mengenakan pakaian indah dan tersenyum lembut. Wa Buri berpesan agar dirinya tidak disentuh. Namun, karena kerinduan yang mendalam, sang ibu memeluknya. Seketika, Wa Buri menghilang lagi.
Dalam mimpi berikutnya, Wa Buri menyampaikan pesan terakhirnya, “Hidupku kini lebih damai. Jika ingin melihatku, lihatlah bunga di tebing yang memiliki tujuh warna berbeda.”
Tergerak oleh pesan itu, sang ibu menelusuri tebing hingga menemukan bunga dengan tujuh warna memikat dan aroma menenangkan. Bunga itu diyakini sebagai jelmaan Wa Buri.
Sejak saat itu, masyarakat Buton Selatan percaya bahwa Kamba Wa Buri adalah simbol cinta abadi seorang ibu kepada anaknya. Tebing Wa Buri pun menjadi tempat yang dihormati dan menyimpan cerita cinta dan kehilangan yang mendalam.
Buton Selatan mengangkat cerita ini untuk memperkenalkan kekayaan budaya dan alam Buton Selatan ke dunia luar. (b-/ST)
Laporan: M6