SULTRATOP.COM, Kupang – Sukses adalah milik orang rajin dan giat bekerja. Mungkin kata-kata ini pantas disematkan kepada Eduardus Seran Klau. Pria lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) ini sukses menjadi pengusaha kelor di Kabupatèn Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tanaman kelor merupakan program yang dicanangkan oleh Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat. Program kelor digalakkan oleh Viktor Bungtilu Lasikodat hingga ke pelosok-pelosok di NTT sebagai emas hijau.
Kala itu Eduardus merupakan tukang ojek pangkalan yang sehari-harinya mencari penumpang untuk bertahan hidup. Ia juga kerap menjadi penjual ikan ketika penumpang sepi. Suatu waktu ia mendengarkan program Gubernur NTT tentang kelor yang kelak merubah masa depannya.
“Saya mendengar pencanangan progam kelor oleh bapak Gubernur. Pasti ada sesuatu hal besar dan baik untuk masyarakat NTT. Ada peluang besar bagi dari program kelorisasi Bapak Gubernur. Saya mulai mengambil keputusan untuk beralih dari tukang ojek dan jual ikan menjadi pengusaha kelor,” kata Eduardus kepada wartawan.
Rupanya keputusan inilah yang merubah hidupnya di kemudian hari. Puncaknya, pada tahun 2018, Eduardus mulai mencoba mencari literasi tentang pengolahan kelor melalui berbagai media. Ia kemudian mendapat informasi tentang pengolahan kelor dari chanel Youtube Dedi Krisnadi. Dedi Krisnadi merupakan Founder Dapur Kelor yang juga sukses mengembangkan kelor di NTT menjadi beraneka ragam bahan pangan hingga kosmetik.
Eduardus mulai melakukan eksprimen tentang kelor berdasarkan tutorial yang sudah dibuat oleh Dedi Krisnadi. Ia memetik kelor yang tumbuh liar dan membuat serbuk kelor dalam skala kecil. Usai membuat serbuk ia mulai menjual.
“Memang laku juga pada awal-awal. Mungkin orang beli karena kasihan sama saya. Tapi saya tidak patah semangat karena saya yakin usaha kelor di NTT besar karena kelor mendapat pengakuan dunia sebagai tanaman yang memiliki banyak kasiat. Dan di Indonesia bisa digunakan untuk menangani stunting,” jelasnya.
Dengan pemahaman itu ia konsisten untuk terus memproduksi serbuk kelor. Kali ini ia mulai menyasar ke sejumlah puskesmas di Kabupaten Sumba Timur. Ia meyakinkan pihak puskesmas bahwa serbuk kelor cocok untuk penanganan stunting.
Gayung bersambut berkat ketekunannya PT Kelor Marada yang digawangi oleh Eduardus merupakan binaan Dapur Kelor bersama 36 sentra pengelolaan kelor lainnya di bawah Korem Wirasakti 161 Kupang dan 14 UMKM di bawah binaan Dekranasda NTT.
Ketua Dekranasda NTT, Julie Sutrisno Laiskodat yang merupakan Istri Gubernur NTT Viktor Bungtilu Laiskodat ini memang konsen membina kelompok masyarakat untuk mengembangkan kelor.
“Melalui Pak Viktor dan Bunda Julie Sutrisno Laiskodat saya masih sebagai penjual ikan dan tukang ojek, juga pak Dedy dari Dapur Kelor yang telah membimbing saya,” ujarnya.
Sukses Karena Modal BRI
Eduadus mengaku ketika usahanya mulai bekembang ia mengalami kendala terkait modal. Ia sudah mengajukan pinjaman ke berbagai Bank tapi tidak kunjung mendapat pinjaman. Dengan keyakinannya, ia berani mengajukan pinjaman ke BRI Unit Yos Sudarso di Kabupatèn Sumba Timur.
“Proses sangat mudah untuk mendapatkan KUR (Kredit Usaha Rakyat). Pada tahap pertama saya dapat pinjaman Rp25 juta. Yang kedua dinaikkan ke Rp50 juta. Sekarang saya dapat pinjaman lagi Rp200 juta dari Kupedes,” ujarnya.
Ia sangat berterima kasih kepada BRI karena mmberi modal dari 4 tahun lalu hingga ia meraih sukses menjadi pengusaha kelor.
” Saya sangat berterima kasih kepada BRI karena modal yang saya dapatkan bisa mengantarkan saya dari 4 tahun lalu hingga sukses saat ini. Saya berkembang karena modal dari BRI saya bisa pengadaan alat produksi untuk pengolahan kelor. Karena kami bergerak di bidang pangan lokal saya berharap BRI bisa mendorong kami ke pasar regional hingga internasional,” ujarnya.
Ia mengajukan pinjaman pada awal tahun 2020 dan langsung disetujui. Hingga saat ini Bank BRI terus mendukungnya untuk mengembangkan usaha kelor.
“Dari beberapa bank yang saya ajukan, BRI yang bertindak paling cepat membantu saya modal. Bahkan kurang dalam waktu satu minggu modal yang saya ajukan langsung cair. Ini sangat membantu saya. Saya cuma tukang ojek dan penjual ikan. Tidak ada aset yang saya bisa jual. Jadi benar-benar berkembang karena modal pinjaman dari BRI,” ujarnya.
Kini Eduardus sudah meraih sukses. Berkat perputaran modal yang ia dapatkan dari BRI, Ia bisa membeli tanah dan membangun rumah tinggal, membangun rumah produksi serta membeli mobil Toyota Rush yang baru.
“Saya disiplin dalam mengelola dana pinjaman sehingga bisa membayar cicilan secara tertib. Kemudian modal pinjaman terus naik dari Rp25 juta hingga Rp200 juta. Terimah kasih Bank BRI yang sudah membantu saya,” ujarnya. (===)