SULTRATOP.COM, KENDARI – Beberapa waktu lalu terkuak kasus dugaan Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang melibatkan kurang lebih 1.900-an mahasiswa di Indonesia dengan berkedok magang ferienjob ke Jerman.
Ada sekitar 41 perguruan tinggi di Indonesia yang tercatat mengirimkan sejumlah mahasiswanya magang ke Jerman pada 2023, salah satunya adalah Universitas Halu Oleo (UHO). Kasus tersebut terkuak setelah empat mahasiswa yang tengah mengikuti ferienjob mendatangi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jerman.
Salah seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Poliitik (FISIP) UHO angkatan tahun 2021 yang mengikuti ferinjob ke Jerman mengatakan, informasi tersebut sebelumnya didapatkan dari sosialisasi yang diadakan oleh PT Sinar Harapan Bangsa (SHB) sekitar Mei atau Juni 2023.
“Waktu itu saya terlambat datang, tapi pokoknya sosialisasi itu mereka menyampaikan bahwa magangnya itu bagus, kalian dapat musim dingin di sana, nanti kalian kerja, bawa pulang uang segini banyak, bahkan alumni atau senior yang habis ikut kemarin katanya masih ada loh tabungannya, beli iPhone dan segala macam. Yah seperti itu,” ungkap mahasiswa yang tidak ingin disebutkan namanya itu via telepon WhatsApp pada Senin (1/4/2024).
Ia menyebut bahwa dalam sosialisasi tersebut kurang spesifik disebutkan, hanya jika mengikuti magang maka akan disebar ke seluruh penjuru Jerman dengan perusahaan dan bidang yang berbeda-beda. Beberapa pekerjaan yang disebutkan saat sosialisasi yaitu packaging, souvenir tim sepak bola Jerman.
Mahasiswa UHO itu memutuskan untuk ikut kegiatan tersebut pada September 2023 karena tertarik untuk ke luar negeri. Terlebih kata dia, sosialisasinya sangat meyakinkan, seolah-olah tidak ada hal negatif yang akan ditemui selama prosesnya.
Modal Rp10 Juta dan Pakai Dana Talangan
Untuk biaya proses pendaftaran dan pengurusan berkas seperti visa untuk berangkat ke Jerman menggunakan dana pribadi. Sementara untuk biaya tiket pesawat pulang pergi dialokasaikan menggunakan dana talangan oleh PT SHB yang nantinya akan dibayarkan di bulan terakhir magang dari gaji yang diperoleh saat bekerja di Jerman.
“Spesifiknya saya kurang ingat berapa yang saya keluarkan, tapi untuk semuanya mulai dari urus berkas, tiket ke Jakarta, biaya hidup di Jakarta, sampai berangkat bahkan masih ada uang yang tersisa Rp3 juta untuk biaya hidup di Jerman dari total Rp10 juta,” ungkapnya.
Para mahasiswa tersebut tiba di Jerman pada 10 Oktober 2023. Setibanya di bandara di Jerman, para mahasiswa diberi alamat oleh agensi pekerja di Jerman yang bekerja sama dengan penyelenggara untuk menuju ke apartemen.
Namun, mereka tidak langsung bekerja ataupun mendapatkan penempatan kerja dan menunggu informasi sekitar 2 minggu untuk menunggu kejelasan pekerjaan. Selama itu, tempat mereka tinggal tetap terhitung menggunakan dana talangan.
Untuk biaya makan, para mahasiswa itu menggunakan dana pribadi sekitar 10 sampai 15 euro atau Rp170 ribu atau Rp200 ribuan per minggu. Hal tersebut juga tetap berlaku saat para mahasiswa telah mendapatkan pekerjaan dari penempatan oleh pihak penyelenggara.
Salah seorang mahasiswa UHO itu mendapat penempatan magang kerja di DHL Leipzig dengan tugas mem-packaging produk dan menempelkan stiker pada produk. Ia mengaku pekerjaannya santai, bahkan karena kebanyakan gabut kadang hanya disuruh beres-beres seperti melap meja dan lainnya.
“Di perusahaan tempat saya alhamdulillah aman, baik semua, supervisor saya juga sangat membimbing. Di sana orangnya baik-baik,” tuturnya.
Dalam sehari, ia mendapatkan 8 jam kerja dengan free time 1 jam yaitu 30 menit istirahat dan 30 menit untuk beres-beres sebelum jam berakhir. Sementara dalam seminggu ia mendapatkan 6 hari kerja di sif pagi dan 5 hari kerja di sif siang karena hari Sabtu cuma ada sif pagi.
Gaji dan Informasi Pemutusan Kontrak Kerja
Sistem penggajian mahasiswa yang kerja di DLH Leipzig dihitung per jam. Untuk satu bulan pertama, dibayar sebesar 13 Euro per jam. Kendati demikian, gaji tersebut masih dipotong untuk biaya talangan penginapan selama dua minggu sebelum bekerja sebesar 17 Euro per hari.
Isu pemutusan kontrak diterima mahasiswa UHO itu pada pertengahan November 2023. Setelah dikonfirmasi, pihak perusahaan tidak tahu soal itu karena informasi tersebut berasal dari pihak agensi bukan dari perusahaan tempat bekerja.
“Katanya, kami udah nggak kerja lagi setelah tanggal 23 November kalau nggak salah. Disampaikan melalui grup agensi. Tetapi atasan kami, pihak perusahaan tidak tahu menahu soal ini. Justru mereka mempertahankan kami. Manajer kami ini panggil pihak agensi itu untuk rapat antara pihak perusahaan, agensi, dan kami,” tambahnya.
Akan hal tersebut, mahasiswa UHO yang bekerja di DLH Leipzig tidak jadi dilakukan pemutusan kerja dan tetap berlangsung hingga pada Desember 2023. Kontrak awalnya dengan pihak agensi yaitu sejak mulai bekerja hingga 1 Januari 2024 yang dikirim via email.
Setelah kontrak kerja dengan perusahaan DLH Leipzig selesai pada 24 Desember 2024, mahasiswa UHO tersebut pulang ke Indonesia pada 27 Desember 2023. Ia membawa pulan uang dari gajinya selama bekerja kurang lebih tiga bulan melebihi modal awal yang dikeluiarkan sebelumnya yaitu Rp10 Juta. Setelah membayar tiket pesawat pulang pergi sebesar Rp21 juta, ia masih memegang uang sebesar Rp26 juta.
Mahasiswa Fisip UHO itu menjalaskan bahwa ferienjob adalah program dari Pemerintah Jerman yang diadakan di berbagai negara bukan hanya Indonesia. Namun, ia menduga bahwa di Indonesia dari penyelenggara yang kurang bagus dalam mengatur sistematika dari ferienjob itu.
“Kan yang jadi masalah ini pekerjaan-pekerjaan mahasiswa yang di sana itu kerjanya berat. Bahkan saya juga mendengar masalah kemarin itu di grup. Mereka saling berkabar kalau ada sakit atau mengeluh soal ini itu. Makanya saya turut ikut prihatin. Menurutku programnya bagus, tapi penyelenggaranya yang kurang baik,” tuturnya. (===)
Kontributor: Ismu Samadhani