SULTRATOP.COM, KENDARI — Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kota Kendari mengingatkan pentingnya perencanaan keluarga dan kesehatan ibu sebagai upaya pencegahan stunting.
Kepala DPPKB Kendari, Jahudding, mengatakan bahwa terdapat empat faktor risiko utama penyebab stunting yang dikenal sebagai “empat terlalu”, yaitu: terlalu muda saat menikah, terlalu tua atau hamil di usia di atas 35 tahun, jarak kelahiran anak yang terlalu dekat, serta memiliki terlalu banyak anak.
“Terlalu banyak anak berisiko menimbulkan kasus stunting baru. Karena anak-anak sebelumnya masih sangat membutuhkan perhatian, pembiayaan, dan asupan gizi yang cukup. Jika lahir anak baru, perhatian dan pemenuhan gizinya bisa terbagi dan menjadi terbatas. Ini harus menjadi perhatian bersama,” ungkap Jahudding saat ditemui di kantornya, Selasa (5/8/2025).
Ia juga menambahkan bahwa pernikahan dini menjadi salah satu penyumbang angka stunting, karena umumnya pasangan yang menikah dini belum matang secara emosional, mental, ekonomi, maupun kesiapan dalam pekerjaan.
“Banyak yang mengira secara ekonomi sudah cukup, tetapi anaknya tetap berisiko stunting. Perlu dipahami, stunting juga dipengaruhi oleh ketersediaan air bersih,” ujarnya.
Menurutnya, Kota Kendari saat ini masih menghadapi tantangan dalam penyediaan air bersih yang memadai. Selain itu, kondisi sanitasi yang buruk turut memperbesar risiko stunting.
“Kita harus akui bahwa belum semua masyarakat memiliki jamban yang layak,” tambah Jahudding.
Ia menjelaskan bahwa stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis dan infeksi berulang, terutama dalam 1.000 hari pertama kehidupan, yang mencakup 9 bulan dalam kandungan hingga anak berusia 2 tahun.
Anak yang mengalami stunting tidak hanya mengalami gangguan pertumbuhan fisik, tetapi juga mengalami keterlambatan perkembangan kognitif dan motorik. Gejala stunting pada anak biasanya mulai tampak saat usia dua tahun.
“Ciri umum anak stunting adalah tinggi badan yang lebih pendek dari anak seusianya serta berat badan yang tidak sesuai. Kombinasi kedua hal tersebut harus diwaspadai,” jelasnya.
Ia menegaskan bahwa pencegahan stunting harus dimulai sejak masa kehamilan dan usia balita dengan pemberian asupan gizi yang cukup.
“Ini yang benar-benar harus diperhatikan oleh masyarakat. Berikan asupan gizi yang cukup sejak masa kehamilan hingga anak usia balita. Jika anak sudah mengalami stunting, tidak ada obatnya,” pungkas Jahudding. (B/ST)
Kontributor: Ismu Samadhani