SULTRATOP.COM, KOLTIM – Bupati Kolaka Timur (Koltim), Abdul Aziz menghadiri kegiatan Mosehe Wonua yang digelar oleh masyarakat adat Desa Matabondu, Roko-roko, Loka dan Karemotinge di Kampung Tua Tamosi (Desa Loka) pada 14 hingga 15 September 2024.
Abdul Azis menyampaikan, sejak dahulu tradisi masyarakat Tolaki itu telah dilakukan turun temurun dari masa Raja Larumbalangi sampai pada Raja Teporambe (Sangia Nilulo) dengan tujuan untuk mensucikan diri dan mensucikan wonua atau negeri dari segala bala, malapetaka, wabah penyakit, dan pertikaian antara sesama masyarakat.
“Ini adalah adat dan tradisi yang harus tetap dipertahankan dan dilestarikan,” ungkapnya.
Aziz memandang kegiatan itu perlu dilakukan untuk kembali merujuk tali silaturahmi dan menata kehidupan masyarakat untuk saling bahu membahu, bekerja sama dan menghindari segala bentuk pertikaian, permasalahan, serta saling bergotong royong membangun Wonua Sorume menuju kehidupan yang bermartabat, rukun, damai, dan saling menghargai dalam rida dan lindungan Allah SWT.
Ia juga menyebut, kegiatan mosehe itu tidak luput dari kontribusi semua pihak, khususnya masyarakat Desa Matabondu, Roko-roko, Karemotingge, Lalinggato dan Simbune yang berperan penting dalam upaya melestarikan adat istiadat serta budaya yang ada di Koltim.
Sebagai pemerintah Kabupaten Koltim, ia sangat mengapresiasi dan memberi penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua masyarakat atas terselenggaranya Mosehe Wonua itu.
Ia berharap, pascakegiatan, Koltim dapat menjadi Wonua Morini (dingin) Hende Pu’u Mbundi (bagai pohon pisang) dan Monapa (hangat) Hende Pu’undawaro (bagai pohon sagu).
Sebagai informasi, Mosehe Wonua adalah salah satu upacara adat yang dilakukan oleh masyarakat suku Tolaki di Sultra. Upacara itu merupakan tradisi yang telah turun temurun dilakukan untuk mensucikan diri dan negeri dari bala, petaka, wabah penyakit, dan pertikaian.
Kata Mosehe merupakan gabungan dari dua kata, yaitu mo dan sehe. Mo berarti melakukan sesuatu, sedangkan sehe berarti suci atau menyehatkan. Jadi, mosehe berarti upaya pensucian diri dari segala perbuatan yang salah.
Tradisi Mosehe Wonua sudah ada sejak abad ke-13. Ritual Mosehe Wonua atau pensucian negeri yang dilaksanakan masyarakat Desa Matabondu, Desa Roko-roko, Karemotingge dan Loka bersama ketua perkumpulan adat Tamosi Muhammad Said Rangga Wula itu sukses digelar. (B-/ST)
Kontributor: Ismu Samadhani