SULTRATOP.COM, KENDARI – Realitas baru yang mengejutkan terungkap dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Kendari. Sebagian besar pengidap HIV/AIDS di kota ini ternyata berasal dari kelompok lelaki seks lelaki (LSL) atau yang melakukan seks antara sesama lelaki. Fakta ini memunculkan kekhawatiran tentang perilaku berisiko di masyarakat, terutama pada usia produktif.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Kendari, Ellfi, menjelaskan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS pada 2024 tercatat sebanyak 311 kasus. Angka ini memang menurun dibandingkan tahun sebelumnya, yang mencapai 321 kasus. Namun, dominasi kelompok lelaki seks lelaki dalam data ini menjadi sorotan utama.
“Kasus HIV ini setelah kita periksa, alhamdulillah turun sepuluh angka dari tahun sebelumnya. Tapi, penyakit ini lebih banyak diderita oleh laki-laki, khususnya dari kelompok lelaki seks lelaki,” ujar Ellfi kepada Sultratop.com, Jumat (17/1/2025).
Menurut Ellfi, mobilitas yang tinggi dan perilaku seksual menyimpang menjadi penyebab utama tingginya kasus HIV di kelompok lelaki seks lelaki. “Ini menjadi perhatian kami karena perilaku ini tidak hanya merugikan individu, tetapi juga berisiko menularkan kepada orang lain,” tambahnya.
Dinkes Kendari terus melakukan edukasi dan skrining kepada populasi kunci, yaitu kelompok berisiko tinggi yang mencakup lelaki seks lelaki, pekerja seksual (PSK), waria, ibu hamil, penderita TBC, dan pengguna jarum suntik narkoba.
“Kami tak pernah berhenti mengimbau dan memeriksa populasi kunci ini di seluruh fasilitas kesehatan di Kendari. Skrining ini penting untuk deteksi dini sehingga penanganan bisa dilakukan secepat mungkin,” jelasnya.
Ellfi juga mengingatkan masyarakat bahwa pemeriksaan HIV tersedia secara gratis di semua fasilitas kesehatan. Ia menekankan pentingnya deteksi dini agar status HIV tidak berkembang menjadi AIDS.
“Semakin cepat penyakit ini diketahui, semakin cepat pula pengobatannya. Dengan pengobatan yang teratur, jumlah virus di dalam tubuh bisa dikendalikan sehingga tidak menular ke orang lain,” katanya.
Ellfi menyebutkan, pengobatan yang tepat juga memungkinkan penderita HIV untuk tetap produktif dan menjalani kehidupan seperti biasa. “Hal ini memberikan keleluasaan bagi mereka untuk hidup normal, seperti orang-orang pada umumnya,” pungkasnya.
Upaya pencegahan dan pengobatan ini menjadi langkah penting untuk menekan angka kasus HIV/AIDS di Kendari. Namun, kesadaran masyarakat untuk menjalani hidup sehat dan menghindari perilaku berisiko tetap menjadi kunci utama dalam mengatasi persoalan ini. (A/ST)
Laporan: Bambang Sutrisno