SULTRATOP.COM, KENDARI – Warga Sulawesi Tenggara (Sultra) kini semakin aktif memanfaatkan berbagai produk dan layanan keuangan, mulai dari tabungan digital hingga investasi. Namun, di balik meningkatnya aktivitas transaksi tersebut, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti masih rendahnya pemahaman masyarakat terhadap risiko dan karakteristik produk keuangan yang mereka gunakan.
Kepala OJK Sultra, Bismi Maulana Nugraha, mengatakan hal itu tergambar dari tingkat literasi dan inklusi masyarakat Sultra yang masih berada di bawah rata-rata nasional.
Ia menyebut, literasi masyarakat Sultra saat ini sekitar 63 persen, sedangkan inklusi berada di angka 84 persen. Literasi menunjukkan tingkat pengetahuan, sementara inklusi menggambarkan sejauh mana masyarakat menggunakan produk jasa keuangan.
“Jadi artinya apa? Banyak masyarakat yang menggunakan produk keuangan tapi nggak ngerti apa risikonya, apa karakteristiknya. Itu yang jadi masalah,” tutur Bismi.
Fenomena tersebut menjadi perhatian penting bagi OJK dalam upaya memperkuat literasi dan inklusi keuangan di daerah.
Banyak masyarakat mulai memanfaatkan layanan seperti tabungan digital, pinjaman daring, investasi, hingga asuransi, tetapi belum memiliki pemahaman yang memadai tentang hak, kewajiban, serta potensi risiko yang menyertainya.
Rendahnya literasi atau ketidaktahuan tersebutlah yang membuat masyarakat mudah tertipu dan mengalami kerugian. Karena itu, OJK Sultra kini gencar melakukan edukasi agar peningkatan inklusi keuangan berjalan seiring dengan literasi keuangan yang lebih kuat.
Bismi berharap Bulan Inklusi Keuangan (BIK) 2025 menjadi momentum untuk menumbuhkan budaya keuangan yang sehat, mendorong masyarakat lebih bijak dalam mengelola keuangan pribadi, serta memahami manfaat dan risiko setiap produk keuangan yang digunakan.
Dengan begitu, masyarakat Sultra tidak hanya aktif dalam bertransaksi, tetapi juga cerdas dan terlindungi dalam mengelola keuangannya. (B-/ST)
Kontributor: Ismu Samadhani
IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI
