3 November 2025
Indeks

Wakatobi Jadi Satu-satunya Daerah di Sultra yang Tidak Rawan Banjir, Ini Penjelasan BMKG

  • Bagikan
Wakatobi Jadi Satu-satunya Daerah di Sultra yang Tidak Rawan Banjir, Ini Penjelasan BMKG

SULTRATOP.COM, KENDARI — Kabupaten Wakatobi menjadi satu-satunya daerah dari 17 kabupaten/kota di Sulawesi Tenggara (Sultra) yang masuk kategori tidak rawan banjir, berdasarkan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Koordinator Bidang Observasi dan Informasi Stasiun Meteorologi Maritim Kendari, Faizal Habibie, mengatakan seluruh wilayah di Sultra rawan banjir, kecuali Wakatobi. Menurutnya, daerah yang pernah mengalami bencana hidrometeorologi memiliki potensi besar untuk kembali mengalami kejadian serupa.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

“Jika terjadi banjir, dampaknya akan dirasakan langsung oleh masyarakat. Jika skala banjir besar tentunya dampak yang ditimbulkan semakin besar, berdampak pada pusat perekonomian. Jika banjir melumpuhkan jalur distribusi maka dampaknya akan lintas sektoral,” terang Faizal via pesan WhatsApp pada Senin (3/11/2025).

Faizal menjelaskan, secara topografi, wilayah Wakatobi merupakan daerah kepulauan dengan luas pulau yang relatif kecil. Data menunjukkan bahwa curah hujan tahunan di Wakatobi juga tercatat lebih rendah dibandingkan wilayah Sultra lainnya.

Selain itu, Stasiun Meteorologi Maritim Kendari juga belum pernah mencatat historikal bencana banjir di wilayah Wakatobi. Hal tersebut menandakan bahwa wilayah yang dikenal dengan wisata baharinya itu memiliki potensi banjir yang sangat rendah.

Kendati demikian, Faizal mengingatkan bahwa kondisi tersebut tidak berarti Wakatobi sepenuhnya bebas dari ancaman banjir. Menurutnya, bencana hidrometeorologi tetap bisa terjadi, terutama di wilayah cekungan atau daerah padat penduduk.

Ia menuturkan, banyak faktor yang dapat memicu banjir. Setiap daerah memiliki ambang batas masing-masing terhadap curah hujan. “Seperti di Kendari, curah hujan antara 50–100 milimeter per tiga jam sudah bisa memicu banjir,” jelasnya.

“Yang pasti, pemicunya adalah curah hujan tinggi. Namun, jika curah hujan tersebut diimbangi dengan daerah resapan yang luas, aliran sungai yang baik, serta gorong-gorong yang bersih dan lebar maka dampaknya bisa dikurangi,” tambahnya.

Khusus wilayah Wakatobi, perubahan alih lahan tidak semasif daerah perkotaan dan masih banyak daerah resapan air, sehingga hal tersebut akan mengurangi dampak jika curah hujan tinggi terjadi di Wakatobi.

BMKG tetap mengimbau masyarakat Wakatobi agar waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, terutama karena wilayah Sultra mulai memasuki musim penghujan dengan puncaknya yang diperkirakan terjadi pada April, Mei, dan Juni 2026.

BMKG juga mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap memantau informasi prakiraan cuaca harian dan peringatan dini melalui kanal resmi BMKG, menghindari aktivitas di pesisir saat gelombang tinggi, menjaga kebersihan lingkungan agar sistem drainase tetap berfungsi baik, serta tidak panik, namun tetap siaga, terutama menjelang puncak musim hujan. (B/ST)

Kontributor: Ismu Samadhani

Follow WhatsApp Channel Sultratop untuk update berita terbaru setiap hari

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan