16 September 2024
Indeks

Tim PKM UMW Kendari Edukasi Masyarakat Desa Puusangi Konawe tentang Rasionalitas Penggunaan Antibiotik

  • Bagikan
Tim PKM UMW Kendari Tim PKM UMW Kendari Edukasi Masyarakat Desa Puusangi Konawe tentang Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
Tim Pengabdian Universitas Mandala Waluya (UMW) Kendari melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat di Desa Puusangi, Kecamatan Anggalomoare, Kabupaten Konawe. (Foto: Istimewa)

SULTRATOP.COM, KENDARI – Tim Pengabdian Universitas Mandala Waluya (UMW) Kendari melaksanakan kegiatan pengabdian kepada masyarakat (PKM) di Desa Puusangi, Kecamatan Anggalomoare, Kabupaten Konawe, pada 14 April 2024. Tim ini dipimpin oleh Mulyadi P. bersama Azlimin.

Kegiatan PKM ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait penggunaan antibiotik yang rasional melalui metode CBIA (Cara Belajar Insan Aktif). Kegiatan ini dilatarbelakangi oleh tingginya kasus penggunaan antibiotik yang tidak bijak, berpotensi meningkatkan angka resistensi antibiotik.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Penggunaan antibiotik yang tidak rasional, seperti konsumsi tanpa indikasi yang tepat, pembelian antibiotik tanpa resep dokter, atau penghentian konsumsi sebelum waktu yang dianjurkan, merupakan faktor utama yang mendorong resistensi bakteri terhadap antibiotik.

Berdasarkan data WHO pada 2019, resistensi antibiotik menyebabkan kematian sebanyak 1,27 juta jiwa, dan diprediksi pada 2050, angka ini dapat meningkat hingga 10 juta jiwa per tahun jika pola konsumsi antibiotik yang tidak rasional terus berlanjut.

Mulyadi P. menjelaskan bahwa melalui metode CBIA, masyarakat Desa Puusangi diajak untuk aktif belajar dan berdiskusi tentang pentingnya penggunaan antibiotik yang bijak dan sesuai anjuran.

“Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan pengetahuan yang bermanfaat dan mendorong perubahan perilaku dalam penggunaan antibiotik di kalangan masyarakat, sehingga dapat meminimalisir risiko resistensi antibiotik,” ujar Mulyadi.

Sementara Azlimin menambahkan, edukasi ini diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk meningkatkan kesadaran masyarakat secara luas mengenai bahaya resistensi antibiotik.

“Jika kita dapat memulai perubahan dari tingkat lokal, dampaknya akan terasa secara nasional, bahkan global,” jelasnya.

Salah satu warga Desa Puusangi, memberikan tanggapannya terkait kegiatan ini. Ia mengaku baru tahu bahwa tidak semua penyakit butuh antibiotik.

“Dari dulu, kalau sakit, kami sering langsung beli antibiotik di apotek tanpa konsultasi ke dokter. Sekarang saya jadi lebih paham betapa pentingnya mengonsumsi obat sesuai anjuran dokter. Kegiatan ini sangat bermanfaat dan membuka wawasan kami,” ujarnya.

Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam upaya pencegahan resistensi antibiotik di Indonesia, dimulai dari perubahan perilaku masyarakat di Desa Puusangi. (—-)

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI

  • Bagikan