12 October 2025
Indeks

Tari Sila Islam Buton Hiasi Pembukaan STQH Nasional 2025 di Sultra, Ini Maknanya

  • Bagikan
Tari Sila Islam Buton Hiasi Pembukaan STQH Nasional 2025 di Sultra, Ini Maknanya
Penampilan tari kolosal sila islam di Buton dalam pembukaan STQH Nasional 2025 di Sultra pada Sabtu malam (11/10/2025). (Ismu/Sultratop.com)

SULTRATOP.COM, KENDARI – Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) Nasional 2025 yang digelar di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), resmi dibuka oleh Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Pratikno, bersama Menteri Agama (Menag), Nasaruddin Umar, dan Gubernur Sulawesi Tenggara, Andi Sumangerukka (ASR), pada Sabtu malam (11/10/2025).

Dalam agenda pembukaan tersebut, Sultra sebagai tuan rumah menampilkan tarian kolosal Sila Islam di Buton, yang dibawakan oleh siswa-siswi dari Sultra. Pertunjukan ini merupakan kolaborasi antara Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud), Biro Kesejahteraan Rakyat (Kesra), dan Kemenag Sultra.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Koreografer Akbar Tanjung menjelaskan bahwa tarian ini ditampilkan untuk mengenalkan kembali nilai-nilai Islam serta kearifan lokal terkait sejarah masuknya Islam di Buton pada abad ke-16.

“Kami memadukan gerakan tradisional Sultra dengan sentuhan kreasi baru tanpa meninggalkan nilai-nilai lokal. Kami melibatkan 300 penari dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SMA, SMK, MTs, hingga MA,” ujarnya.

Menurut Akbar, sebagian besar gerakan tari terinspirasi dari tarian tradisional Buton, termasuk Tari Kalegoa yang menjadi simbol tradisi masyarakat Buton.

Para penari juga mengenakan pernak-pernik berupa kain berwarna hijau, putih, dan emas (gold). Warna-warna kain tersebut memiliki makna yang relevan dengan cerita yang diangkat, yakni putih melambangkan kesucian, hijau melambangkan kesuburan dan kemakmuran, serta emas menggambarkan kebangsawanan.

“Kami ingin menggambarkan harapan agar daerah ini terus makmur dan masyarakatnya tetap menjunjung nilai-nilai luhur,” tutur Akbar.

Tari Sila Islam Buton Hiasi Pembukaan STQH Nasional 2025 di Sultra, Ini Maknanya
Seremoni pembukaan STQH Nasional di Sultra oleh Menko PMK, Menag RI didampingi Dirjen Bimas Islam, serta Gubernur Sultra. (Ismu/Sultratop.com)

Sejarah yang Diangkat dalam Tari Kolosal

Dalam tarian tersebut, terdapat dua tokoh utama yang ditampilkan sebagai figur penting dalam proses masuknya Islam di Buton, yaitu Syekh Abdul Wahid dan La Kilaponto.

La Kilaponto merupakan Raja Buton ke-4, sedangkan Syekh Abdul Wahid adalah seorang ulama sufi asal Semenanjung Melayu yang mengislamkan Raja La Kilaponto. Setelah Raja La Kilaponto memeluk Islam, sistem kerajaan berubah menjadi kesultanan dengan La Kilaponto sebagai Sultan Buton pertama. Namanya jadi Sultan Murhum dan bergelar Sultan Kaimuddin Khalifatul Khamis.

Setiap gerakan tari menggambarkan proses islamisasi di tanah Buton yang dilakukan secara damai, yakni penguasa yang terlebih dahulu menerima Islam kemudian menyebarkan ajaran tersebut kepada masyarakat bawah.

Transformasi dari kerajaan menjadi kesultanan itu juga memengaruhi sistem pemerintahan serta kehidupan sosial budaya masyarakat setempat.

Tarian kolosal ini juga menceritakan bagaimana penduduk pribumi Buton mempelajari dasar-dasar Islam, dengan para cendekiawan Buton mengembangkan ajaran agama tersebut hingga ke tingkat tasawuf dan tarekat.

Kesultanan Buton menganut paham Islam yang kuat, yakni ideologi “Martabat Tujuh”. Paham ini memengaruhi sistem pemerintahan kesultanan dan menjadi syarat penting bagi Sultan serta perangkat kesultanan.

Masuknya Islam di Buton memberikan pengaruh besar pada aspek politik, sosial, budaya, dan pendidikan yang membentuk watak serta akhlak masyarakat Buton hingga saat ini.

Setelah Islam diterima di Buton, penyebarannya berlanjut ke berbagai daerah di Sultra, termasuk Muna, Kabaena, Moramo, Kendari, dan Kolaka.

Menurut Akbar, gerakan tari kolosal ini dibuat sederhana agar makna cerita tersampaikan dengan jelas. Proses latihan dilakukan secara intens selama 21 hari.

Alur cerita yang dibawakan dalam tarian memberikan gambaran jelas tentang proses islamisasi di Buton hingga menyebar ke berbagai wilayah di Sultra.

Kekompakan para penari menjadikan penampilan tarian kolosal Sila Islam di Buton sukses menghidupkan suasana dan memberikan kesan mendalam pada pelaksanaan STQH Nasional XXVIII di Sultra. (A/ST)

Kontributor: Ismu Samadhani

Follow WhatsApp Channel Sultratop untuk update berita terbaru setiap hari

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan