SULTRATOP.COM, MUNA — Pelayanan medis di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Baharuddin, Kabupaten Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra), terganggu akibat kekosongan dokter spesialis bedah. Kondisi ini terjadi setelah aksi mogok kerja yang dilakukan sejumlah dokter beberapa bulan lalu.
Akibat kekosongan dokter bedah, pasien yang membutuhkan tindakan operasi atau penanganan luka berat terpaksa dirujuk ke rumah sakit lain.
Seorang warga yang enggan disebutkan namanya mengaku keluarganya yang tertimpa kayu di hutan terpaksa dibawa ke RSUD Muna Barat karena tidak ada dokter bedah di RSUD Baharuddin.
“Keluarga saya yang kecelakaan dan perlu dijahit lukanya harus dibawa ke RSUD Muna Barat. Bahkan ada juga yang harus dibawa ke RSUD Buton Tengah,” keluhnya.
Direktur RSUD Baharuddin Muna, dr. Muhamad Marlin, membenarkan adanya kendala pelayanan akibat kekosongan dokter bedah.
Menurutnya, dokter spesialis bedah yang sebelumnya bertugas telah mengundurkan diri karena merasa tidak nyaman dengan situasi internal rumah sakit.
“Dokter bedah memilih mundur karena merasa tidak nyaman dengan rekan-rekannya. Ia tidak terkena kebijakan pemotongan insentif dari Pemda Muna, sementara dokter lain gajinya dipotong,” jelas dr. Marlin saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (12/11/2025).
Ia menjelaskan, Pemda Muna memangkas insentif dokter dari Rp30 juta menjadi Rp20 juta per bulan akibat penurunan anggaran daerah. Inilah yang membuat puluhan dokter melakukan aksi mogok beberapa bulan lalu.
“Kondisi keuangan daerah memang berkurang setelah adanya pemangkasan dari pemerintah pusat. Kami sudah sampaikan ke pemda, dan ternyata daerah lain juga mengalami hal serupa,” ujarnya.
Padahal, sesuai kontrak kerja, dokter spesialis bedah berhak menerima insentif Rp30 juta per bulan hingga masa kontraknya selesai. Namun, dokter tersebut memilih memutus kontrak secara sepihak.
Sejak 2018, total anggaran insentif dokter di RSUD Baharuddin mencapai Rp9 miliar. Kini, alokasinya terus menurun.
“Beberapa tahun lalu biaya operasional RSUD Baharuddin dari APBD mencapai Rp400 juta. Tahun depan (2026) hanya tersisa Rp42 juta saja,” ungkap Marlin.
Pihak rumah sakit sudah melaporkan kondisi ini kepada Bupati Muna, Bachrun, yang meminta seluruh pihak memahami keterbatasan keuangan daerah.
Saat ini, RSUD Baharuddin memiliki 16 dokter berstatus ASN. Mereka terdiri atas dokter spesialis penyakit dalam, anak, kandungan, anestesi, laboratorium, dan radiologi. Namun, tidak ada dokter spesialis bedah yang aktif karena statusnya sebelumnya adalah kontrak.
“Kami sudah mengusulkan ke Pemerintah Provinsi Sultra untuk menempatkan dokter bedah baru agar segera mengisi kekosongan di RSUD Baharuddin,” pungkas dr. Marlin. (A/ST)
Laporan: Nasrudin















