SULTRATOP.COM, KENDARI — Sutradara asal Kota Baubau, Andhy Loppes Eba, berhasil mengharumkan nama Sulawesi Tenggara (Sultra) di kancah nasional melalui dua film karyanya pada ajang Kompetisi Film Islami (KFI) Nasional 2025.
Karya Andhy Loppes berjudul “Cahaya untuk Nur” meraih juara 1 kategori film fiksi, sedangkan film “Pekandeana Ana-Ana Maelu” meraih juara 2 kategori film dokumenter. Kedua film tersebut diproduksi oleh Seribu Benteng Production asal Kota Baubau.
Penghargaan terhadap karya Andhy diberikan pada malam puncak penganugerahan KFI Nasional 2025 yang digelar di Auditorium H.M. Rasjidi, Jalan MH Thamrin Nomor 6, Jakarta Pusat, Senin (10/11/2025).
Dalam setiap filmnya, Andhy Loppes selalu berperan sebagai sutradara sekaligus penulis naskah. Ia mengaku tidak pernah menyangka akan meraih kemenangan, mengingat kompetisi tersebut diikuti oleh 83 karya dari 34 provinsi di Indonesia.
“Ini bukan capaian saya sebagai sutradara dan penulis naskah, tapi berkat kerja kolaborasi yang baik antara produser, kameramen, editor, tim di balik layar, kemudian juga berkat talent-talent yang ikut bermain dalam film saya,” ucap Andhy saat dihubungi awak media Sultratop.com via telepon WhatsApp pada Rabu (12/11/2025).
Film dokumenter “Pekandeana Ana-Ana Maelu” yang ditulis dan dirilis pada 2023, menceritakan kisah kehidupan, nilai, dan warisan budaya di tanah kelahiran Andhy, Baubau, dari sudut pandang yang jujur dan apa adanya.
Sementara itu, film fiksi “Cahaya untuk Nur” yang dirilis pada 2024 merupakan karya yang lebih personal, mengangkat tema hubungan ibu dan anak, kehilangan, serta pencarian makna cahaya dalam kehidupan.
Menurut Andhy, apa pun yang dikerjakan dengan sungguh-sungguh akan menghasilkan sesuatu yang maksimal. Ia menyebut capaian ini sebagai salah satu kejutan besar yang datang bertubi-tubi di tahun 2025.
Andhy juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh kru yang terlibat, termasuk produser Petty Hatma, serta Farid dan Sukran Salman yang berhasil menerjemahkan naskahnya menjadi visual yang kuat dan menyentuh, juga kepada para pemain film dan keluarga besar Seribu Benteng Production.
Di sisi lain, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kakanwil Kemenag) Sultra, Muhamad Saleh, turut menyampaikan apresiasi atas capaian putra daerah yang berhasil menjadi juara dalam dua kategori sekaligus.
Menurutnya, KFI berhasil membangkitkan semangat masyarakat untuk berdakwah melalui film. Seni dan budaya, yang telah mengakar di hati masyarakat, memiliki peran strategis dalam mengembangkan syiar Islam serta menjadi media dakwah yang menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air, sekaligus meningkatkan iman dan takwa.
“Semoga ini menjadi motivasi bagi yang lain untuk terus mengembangkan diri dan ide dalam menghasilkan karya-karya yang lebih bermutu,” tuturnya.
Sebagai informasi, KFI merupakan salah satu langkah dan upaya pemerintah untuk memberikan semangat baru kepada para generasi muda untuk menyampaikan pesan-pesan religius, pesan-pesan kebangsaan dan moderasi beragama lewat media sosial.
Sebanyak 83 karya dari 34 provinsi diajukan peserta, dengan 71 di antaranya lolos tahap kurasi nasional. Karya tersebut terdiri atas 55 film dokumenter, 13 film fiksi, dan 3 film animasi. Penilaian dewan juri tidak hanya menyoroti aspek teknis sinematografi, tetapi juga kekuatan ide, pesan, dan nilai kemanusiaan yang diusung.
Kompetisi itu sekaligus menjadi ruang pembelajaran bagi sineas muda untuk terus berinovasi dan memperdalam makna keislaman dalam karya karya mereka.
Berikut daftar pemenang KFI tingkat nasional 2025:
Kategori Film Dokumenter:
Juara 1: Braen (Jawa Tengah)
Juara 2: Pekandeana Ana-Ana Meulu (Sulawesi Tenggara)
Juara 3: Kita Sadela (Lampung)
Juara Harapan 1: Belangikhan (Lampung)
Kategori Film Fiksi:
Juara 1: Cahaya untuk Nur (Sulawesi Tenggara)
Juara 2: Cahaya Ilmu (Sumatera Utara)
Kategori Film Animasi:
Juara 1: Cahaya Ilahi (Jawa Timur) (B/ST)
Kontributor: Ismu Samadhani






