SULTRATOP.COM, KONKEP – Di balik rimbunnya hutan Pulau Wawonii, tersembunyi sebuah gua yang tak hanya memesona secara visual, tetapi juga menyimpan aura yang tak mudah dijelaskan dengan logika. Gua Moliuano namanya, terletak di hulu sungai Desa Labeau, Kecamatan Wawonii Utara, Kabupaten Konawe Kepulauan.
Untuk mencapainya, butuh tekad dan keberanian menelusuri sungai berbatu dan medan terjal selama berjam-jam. Namun begitu tiba, semua seolah terbayar lunas oleh pemandangan alam yang memukau: stalaktit dan stalagmit, air terjun kecil mengalir di dalam gua, dan kolam bening menyambut dalam keheningan.
Zalfah, seorang penjelajah yang juga tinggal di Konawe Kepulauan, mengenang pengalamannya mengeksplorasi gua ini sekitar tiga tahun lalu. Baginya, perjalanan menuju Gua Moliuano bukan sekadar petualangan biasa.
Selama dua hingga tiga jam, ia dan rekan-rekannya harus berjalan kaki menyusuri aliran sungai. Mereka menembus medan berbatu, dan melintasi tebing-tebing yang menjulang. Di sepanjang jalur, gemercik air menjadi teman setia, ditemani semerbak hutan basah dan kicau burung liar yang membentuk simfoni alami.
Setelah berjam-jam menempuh perjalanan yang melelahkan, menyusuri sungai dan meniti bebatuan di bawah rindangnya hutan tropis, Gua Moliuano akhirnya menyambut mereka dengan keheningan yang meneduhkan.
Rasa letih seperti luruh begitu saja ketika pandangan pertama jatuh pada mulut gua, sebuah gerbang alami yang seolah dijaga stalaktit dan stalagmit yang berdiri anggun, membentuk siluet layaknya istana bawah tanah.
Namun, pesona sesungguhnya terletak lebih dalam. Di balik sebuah dinding batu setinggi delapan meter yang harus dipanjat dengan hati-hati, tersembunyi sebuah air terjun kecil. Ia mengalir dari sela batu seperti tirai, jatuh perlahan, mengisi rongga gua dengan suara gemercik yang menggema lembut.
Di dalam gua ini terdapat batu datar yang tampak mencolok di antara dinding-dinding lembap dan gelap. Bentuknya menyerupai bangku alami, seolah sengaja dipahat oleh alam untuk sebuah tujuan khusus.
Dari cerita yang berkembang di masyarakat, konon batu itu pernah digunakan sebagai tempat bertapa. Mungkin oleh mereka yang mencari ketenangan batin, pencerahan, atau berusaha menyatu dengan kekuatan alam yang mengendap dalam sunyi gua.
Tak hanya memukau secara visual, Gua Moliuano juga dikenal menyimpan nuansa mistis yang kuat. Aura magis seolah menyelimuti setiap sudut lorong gua, menghadirkan perasaan tak biasa bagi siapa pun yang memasukinya.
Beberapa pengunjung bahkan mengaku pernah mengalami kejadian di luar nalar saat berada di dalamnya, dari suara-suara aneh yang muncul tiba-tiba, bayangan samar yang melintas di ujung pandangan, hingga rasa merinding tanpa sebab yang datang begitu saja.
Cerita-cerita itu menyebar dari mulut ke mulut, menambah daya tarik gua ini sebagai tempat yang bukan hanya menyuguhkan keindahan alam, tetapi juga menyimpan misteri yang sulit dijelaskan dengan logika.
“Biasanya kalau pengunjung berfoto di sekitar gua ada penampakan-penampakan, tapi tidak jelas wajahnya. Bahkan kadang-kadang kalau mereka berfoto, hasil saat masih di gua bisa terbuka, tapi kalau sudah di kampung biasa hilang gambarnya,” tutur Zalfah kepada Sultratop.com.
Meski Zalfah tidak secara langsung menyaksikan kejadian mistis, ada sesuatu yang berbeda dari gua itu, suasana yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata biasa. Mungkin karena Gua Moliuano masih terpelihara dengan baik di tengah hutan belantara yang asri dan liar, menjadikan setiap langkah terasa tenang sekaligus menyimpan getaran misteri yang membuat bulu kuduk berdiri.
Zalfah mengingatkan, perjalanan menuju gua saat musim hujan sangat tidak disarankan. Jalur susur sungai berubah menjadi licin dan penuh bahaya, di mana tebing-tebing curam berdiri tanpa tempat untuk berpegangan. Risiko terpeleset atau jatuh menjadi ancaman nyata bagi siapa pun yang mencoba menaklukkan rute itu saat hujan.
Sebaliknya, musim kemarau menawarkan panorama yang benar-benar berbeda. Udara yang segar, langit yang cerah, dan lanskap alam yang terbentang luas tanpa halangan kabut atau hujan, menciptakan momen sempurna bagi para petualang untuk menikmati perjalanan menantang menuju Gua Moliuano.
“Kalau bisa, datanglah saat musim kemarau. Jalurnya jauh lebih aman, dan pemandangan hutan di sepanjang sungai benar-benar luar biasa. Kita bisa menikmati alam dengan lebih tenang dan leluasa,” ujar Zalfah.
Karena jalurnya menantang, ia menyarankan agar pengunjung tidak datang sendirian atau hanya berdua. Idealnya, perjalanan dilakukan dalam kelompok kecil, agar jika terjadi sesuatu di tengah jalan seperti tergelincir atau kehilangan arah, ada yang bisa segera membantu.
“Medannya tidak main-main. Jangan anggap remeh. Lebih baik pergi bersama tim kecil yang saling menjaga,” tambah Zalfah, mengenang pengalaman eksplorasinya.
Keindahan Alami Gua Moliuano yang Tenang
Setibanya Zalfah di mulut gua, suasana berubah drastis. Di balik ketenangan hutan yang mengelilinginya, gua ini menyimpan kesan yang tak biasa. Di dalamnya, udara terasa lebih dingin, lembap, dan sunyi.
Dari pengamatannya, yang paling mencolok adalah formasi stalaktit dan stalagmit, yang dalam sorotan cahaya senter, menyerupai deretan taring hewan buas. Mengerikan, sekaligus memesona.
Tepat di depan gua, formasi batu yang menyerupai panggung alami tampak seperti altar purba yang dijaga waktu. Bentuknya seperti sengaja diciptakan oleh alam untuk menampilkan sesuatu.
Pemandangan alam di sekitar Gua Moliuano sungguh memukau, terutama saat sinar matahari menembus pepohonan dan menyinari mulut gua. Cahaya lembut itu memantul di permukaan kolam jernih yang berada tepat di depan mulut gua, menciptakan suasana yang tenang sekaligus magis.
Kolam alami itu berukuran sekitar sebesar lapangan bulu tangkis. Airnya jernih dan menyegarkan, warnanya tampak kebiruan. Meski tampak tenang di permukaan, kolam itu menyimpan kedalaman yang tak disangka.
“Anak-anak di sini sering melompat di kolam ini. Memang dari atas kelihatan dangkal, tapi sebenarnya dalam,” ungkap Zalfah.
Di sekitar mulut gua dan sepanjang aliran sungai, alam juga menghadiahkan sumber pangan segar. Zalfah menyebut, terdapat udang-udang kecil serta ikan air tawar yang bisa diambil dan dikonsumsi, tapi tetap harus bijak dan jangan berlebihan.
Meski bagian luar tampak bersahabat, bagian dalam gua menyimpan kegelapan yang nyaris total. Karena itu, pengunjung sangat disarankan membawa senter jika ingin masuk lebih dalam. Cahaya alami hanya mampu menembus hingga kolam di mulut gua. Setelah itu, lorong-lorong batu mulai menyelimuti pengunjung dalam sunyi dan gelap.
Destinasi Mistis yang Dijaga Tradisi dan Adat Leluhur
Gua Moliuano bukan hanya sekadar pemandangan alam yang menakjubkan. Di balik kegelapannya yang sunyi, tersimpan kisah-kisah mistis yang telah diwariskan secara turun-temurun oleh warga Desa Labeau.
Mereka meyakini gua ini sebagai tempat mandi para jin, sebuah mitos yang membungkus misteri aliran air terjun di dalamnya.
Tak hanya itu, sejumlah penduduk pernah mengaku melihat penampakan makhluk tak kasat mata yang bahkan sempat tertangkap kamera. Sosok-sosok penunggu gua diyakini setia menjaga dan mengawasi setiap langkah siapa pun yang berani menapaki ruang sunyi itu.
Arjuna Hambali, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Labeau, menegaskan bahwa setiap pengunjung yang hendak menjelajah gua harus didampingi pemandu dari warga lokal. Bagi masyarakat sekitar, gua ini adalah bagian dari keseharian mereka yang sudah biasa, tetapi bagi para tamu dari luar, Gua Moliuano kerap memancarkan aura mistis.
Menurut Arjuna, rasa hormat dan aturan adat sangat dijunjung tinggi oleh warga lokal saat memasuki gua. Mereka percaya bahwa gua ini adalah warisan leluhur yang harus dijaga keseimbangannya. Sebelum memasuki gua, mereka selalu melakukan ritual “pamit” sebagai bentuk penghormatan kepada roh penjaga.
“Kalau masuk tanpa izin, atau melakukan hal-hal yang tidak sopan, bisa terjadi gangguan,” ujar Arjuna kepada Sultratop.com.
Pengunjung juga diwajibkan mengikuti sejumlah aturan, seperti tidak membuat kegaduhan, membaca doa sebelum memasuki gua, dan menjaga niat agar tetap baik dan bersih. Semua itu dianggap penting untuk menjaga keharmonisan antara manusia dan alam gaib yang dipercaya mengisi gua tersebut.
Arjuna juga bercerita tentang karakter air di gua ini yang unik. Jika suasana gaduh, air di gua bergemuruh seperti marah. Namun, saat tenang, ia pun diam seolah menyatu dengan kedamaian sekitarnya. Air terjun yang mengalir bukan seperti air terjun biasa, melainkan tirai pancuran yang jatuh pelan, jernih seperti kristal.
Pesona lain dari kawasan Gua Moliuano adalah keanekaragamanhayatinya yang unik. Beberapa tahun lalu peneliti dari Negara Prancis datang secara khusus untuk meneliti daun tanaman yang ada di depan gua tersebut.
La Ode Saiful Rahman atau yang akrab disapa Laode, seorang jebolan MasterChef Indonesia asal Kabupaten Muna mengungkapkan bahwa Moliuano bukan sekadar tempat wisata. Ia adalah ruang kontemplasi, pengalaman spiritual yang tak mudah dilupakan.
“Jarang sekali ada gua dengan air terjun di dalamnya,” ujarnya, menyiratkan kekaguman saat mengenang petualangannya menjelajahi gua ini.
Laode bahkan sempat mengolah hasil hutan liar yang ia temukan dalam perjalanannya ke gua: udang segar dari kolam alami di sekitar mulut gua, jamur liar yang tumbuh di sela batu, hingga pala hutan yang harum dan tajam aromanya.
Di tangan Laode, Moliuano bukan hanya jadi ruang petualangan, tapi juga dapur alam yang menyajikan keajaiban dengan cara sederhana dan mendalam.
Akses ke Gua Moliuano
Petualangan dimulai dari Kota Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara. Anda bisa menyeberang menggunakan kapal feri menuju Langara, ibu kota Kabupaten Konawe Kepulauan, hanya dalam dua jam. Setelah itu, cukup 10 menit perjalanan darat untuk sampai ke Desa Labeau.
Arjuna menjelaskan, dari sana, rute menuju gua dimulai dari jalan desa menuju bendungan, lalu melewati jalan setapak hingga ke PLTA kecil. Dari titik itu, Anda akan menyusuri sungai menuju mulut gua. Tapi bersiaplah: akses ini paling baik dilalui saat musim kemarau, ketika debit air sungai berkurang dan jalur tidak terlalu licin.
Menurut Arjuna, akses menuju Gua Moliuano saat ini masih dalam tahap pengembangan dan perencanaan. Belum ada jalur resmi yang ditetapkan karena proyek ini masih bersifat lokal dan terbatas.
Desa Labeau tengah digagas sebagai kawasan pengembangan wisata gua, namun kendala utama adalah belum adanya pembahasan yang serius untuk memprioritaskan potensi desa sebagai destinasi wisata utama. Selain itu, kondisi Desa Labeau yang belum memiliki kepala desa definitif juga menjadi tantangan dalam percepatan pengelolaan dan pengembangan kawasan ini. (—)
Laporan: Tim Redaksi