SULTRATOP.COM – Berwisata tidak melulu ke pantai atau ke puncak, menjelajah gua juga sangat menyenangkan, tentu dengan sensasi yang berbeda. Salah satu yang dapat dikunjungi adalah gua Laumehe yang terletak di Desa Wisata Wantopi, Mawasangka Timur, Buton Tengah (Buteng).
Gua ini terletak tidak jauh dari jalan poros desa setempat, hanya perlu jalan mendaki sejauh 70 meter. Untuk masuk ke dalam ada tarifnya, orang dewasa Rp25 ribu dan anak kecil Rp10 ribu. Dengan tarif itu, pengunjung mendapatkan helm pelindung, senter, dan didampingi oleh pemandu wisata lokal.
Langkah pertama masuk ke dalam gua ini seolah langsung terbawa ke dunia lain. Udara menjadi lebih sejuk, dan suara air menetes dari stalaktit yang menggantung di langit-langit gua menciptakan irama alami yang menenangkan.
Kemudian, ada stalagmit yang menjulang ke atas dan beberapa sudah tersambung dengan stalaktit. Variasi bentuk dan ukuran stalagmit menambah keindahan estetika gua Laumehe.
Stalagmit dan stalaktit adalah bebatuan berbentuk kerucut yang terbentuk akibat tetesan air pada dinding gua. Stalaktit tumbuh dari langit-langit gua sedangkan stalagmit tumbuh dari lantai gua.
Di dalamnya sudah ada penerangan dari lampu listrik sepanjang koridor yang dibangun oleh pemerintah daerah setempat. Koridor dari besi ini bentuknya seperti jembatan penyeberangan dan strukturnya yang kokoh membuat pengunjung lebih yakin untuk berjalan di atasnya.
Dari penerangan senter dan lampu tersebut membuat jelas terlihat formasi batuan yang menakjubkan dan menawan. Tampak pilar gua yang berdiri megah, menciptakan pemandangan yang harmonis dan serasi ketika terkena cahaya.
Stalaktit dan stalagmit berdiri seperti patung alami yang telah terbentuk selama ribuan tahun, menambah keindahan dan keanggunan gua ini. Semakin dalam turun menjelajah, semakin banyak bentuk gua yang tampak.
Saat menyusuri koridor dengan jalan yang cenderung menurun, sesekali kepala harus menunduk agar tidak menanduk stalaktit. Di jalur koridor ada yang diperluas untuk area berfoto keluarga atau beramai-ramai dengan latar struktur gua yang unik.
Salah satu yang pernah mengunjungi gua ini adalah Kepala Bidang Pengembangan Pemasaran Dinas Pariwisata (Dispar) Sultra, Andi Syahrir pada pertengahan Juli 2024 lalu. Ia terkesima dengan keindahan dalam gua ini.
Bersama dengan beberapa pegawai Dispar Sultra lainnya, ia menyusuri gua ini sejauh 200 meter, sebatas koridor yang dibangun. Sebenarnya masih ada terowongan gua sepanjang 200 meter lagi tapi belum dibangun fasilitas koridor.
Total panjang gua yang sudah dipastikan adalah sekitar 400 meter, yang di ujungnya terdapat kolam air payau. Namun, Syahrir tidak sampai ke kolam karena jalurnya yang cukup ekstrem, sehingga masih perlu dibangun koridor agar mudah dilewati pengunjung.
“Ini masih gua hidup stalaktit dan stalagmit ini masih terus tumbuh sekian milimeter per tahun. Kalau dijamah oleh tangan manusia, itu bisa mati, makanya ketika di dalam kita tidak boleh memegangnya,” ujar Syahrir.
Syahrir sangat merekomendasikan para wisatawan untuk merasakan sensasi susur gua di tempat tersebut. Ia mendorong agar segera dibangun fasilitas koridor tambahan agar sampai ke kolam ujung gua.
Ia juga berharap standar operasional prosedur (SOP) segera ditetapkan pengelola, misalnya aturan tentang tidak boleh memegang stalaktit dan stalagmit. Hal ini agar pengunjung tidak sampai menyebabkan kerusakan pada stalaktit dan stalagmit yang masih terus bertumbuh.
Masih Tahap Awal Pengembangan
Gua Laumehe awalnya adalah sumber air tawar bagi warga setempat. Dalam gua ini terdapat beberapa titik berkumpulnya air yang menetes dari stalagtit. Air inilah yang menjamin kebutuhan air warga di kala kekeringan melanda sekalipun.
Sebelumnya gua itu dikelola oleh Pemerintah Desa Wantopi. Pada 2023 yang lalu diambil alih oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buteng dan dikelola oleh Dinas Pariwisata.
Sejak diambil alih, Pemkab juga mulai mengucurkan anggaran untuk pembangunan faslitasnya berupa koridor untuk memudahkan wisatawan menyusuri gua. Selain itu, pemandu wisata terlatih juga disiapkan.
Pemandu Wisata Gua Laumehe, Wiko Wahyu mengatakan pembangunan memang masih tahap awal. Selanjutnya akan dibangun koridor tambahan agar memudahkan akses ke ujung gua di mana terdapat kolam permandian.
Kolam permandian di ujung gua ini punya keunikan tersendiri. Bila air laut surut maka rasanya tawar, tapi kalau air laut pasang maka rasanya payau. Ini kemungkinan air kolam itu terhubung dengan laut karena jaraknya yang hanya sekitar 1 kilometer dari pinggir laut.
Saat ini gua tersebut selalu ramai dikunjungi wisatawan. Wiko dan dua rekannya sebagai pemandu selalu siaga untuk mendampingi pengunjung.
“Yang ramai biasa saat hari libur, kadang bisa sampai 40 orang per hari, kadang juga lebih,” ujar Wiko.
Untuk menjaga kebersihan gua, pengunjung dilarang makan atau membawa makanan di dalam gua agar sampahnya tidak dibuang dalam gua. Kata Wiko, pengunjung selalu makan di luar gua, meski memang belum ada gazebo yang disiapkan.
Akses ke Gua Laumehe
Dari pusat kota Kabupaten Buton Tengah di Kecamatan Lakudo, jarak yang ditempuh untuk mengunjungi gua Laumehe Desa Wisata Wantopi sejauh 39 kilometer (km). Perjalanan membutuhkan waktu sekira satu jam di jalan yang sudah teraspal.
Untuk ke Buton Tengah, pertama lewat Kota Kendari, Anda bisa memilih naik kapal cepat ke Raha, Kabupaten Muna melalui Pelabuhan Nusantara Kendari. Tiba di Pelabuhan Raha, Anda melanjutkan perjalanan ke Buton Tengah, bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh sekitar dua jam.
Anda juga bisa memilih naik kapal cepat dari Kendari ke Baubau. Tersedia juga akses penerbangan ke Baubau. Setelah tiba di Baubau, Anda dapat melanjutkan perjalanan lagi menggunakan perahu motor dari Pelabuhan Katinting menuju ke Pelabuhan Wamengkoli, Buteng. Waktu tempuhnya hanya sekitar 45 menit saja.
Jika dari Kendari dan ingin membawa kendaraan sendiri ke Buteng, Anda bisa memilih jalur Pelabuhan Feri Torobulu di Konawe Selatan yang menuju Pelabuhan Tampo di Muna. Kemudian Anda bisa melanjutkan perjalanan ke Buteng dengan waktu tempuh kurang lebih tiga jam. (===)
Reporter: Tim Redaksi
Editor: Jumriati