SULTRATOP.COM, KENDARI – Kondisi inflasi dan melemahnya daya beli masyarakat berdampak signifikan pada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Sejumlah penjual mengeluhkan penurunan omzet yang drastis sejak beberapa bulan terakhir, terutama setelah Lebaran Idul Fitri.
Salah satunya adalah Inong, penjual ayam potong di Jalan Sorumba, yang mencatat penurunan penjualan harian. “Bulan lalu penjualan turun dari 100 ekor per hari menjadi 60 ekor. Tapi di awal Oktober ini sedikit membaik, meski hanya menjual 70 ekor per hari,” ungkapnya, Sabtu (5/10/2024) sore.
Hal serupa dialami Sukri, penjual ikan pikul, yang juga merasa terpukul akibat turunnya daya beli masyarakat. Ia mengatakan omzet hariannya turun drastis dalam enam bulan terakhir.
“Biasanya saya bisa dapat Rp2-3 juta sehari, sekarang hanya Rp500 ribu,” katanya. Menurutnya, kondisi ini mulai terasa setelah Lebaran Idul Fitri.
Yeni, penjual sayur keliling menggunakan gerobak motor, mengungkapkan bahwa penjualan sayurnya juga anjlok. “Dulu bisa dapat Rp1 juta sehari, sekarang hanya Rp500 ribu,” keluhnya.
Ia mengaku penurunan ini mulai terasa sejak setelah Lebaran dan terus berlanjut hingga Oktober.
Nafiza, penjual Pop Ice, mengaku kesulitan mempertahankan usahanya. “Selama dua bulan terakhir, penjualan tidak menentu. Kadang hanya dapat Rp20 ribu sehari, bahkan sering tidak ada pembeli sama sekali,” ujarnya, bingung apakah harus melanjutkan usahanya.
Di sisi lain, Andang, pengusaha busana muslim, merasakan penurunan omzet yang sangat tajam. “Biasanya omzet bulanan bisa mencapai Rp6 juta, tapi sekarang hanya Rp1,5 hingga Rp2 juta. Saya hanya mengandalkan penjualan kepada anak-anak yang mau masuk pesantren,” ujarnya.
Penurunan daya beli masyarakat ini membuat para pelaku UMKM di Kendari semakin khawatir, mengingat sulitnya mempertahankan omzet di tengah situasi ekonomi yang tidak stabil. (a/ST)
Penulis: M5