13 July 2025
Indeks

Misteri Kerang Raksasa dan Sejarah Benteng Kulisusu di Buton Utara

  • Bagikan
Misteri Kerang Raksasa dan Sejarah Benteng Kulisusu di Buton Utara
Benteng Lipu Kulisusu di Buton Utara

SULTRATOP.COM, BUTUR — Benteng Kulisusu bukan sekadar tumpukan batu tua. Di balik dindingnya yang kokoh, bersemayam kisah tentang perjuangan, kepercayaan, dan mitos yang masih hidup di hati masyarakat Buton Utara.

Benteng Kulisusu atau Benteng Lipu berdiri di Desa Wisata Adat Wasalabose, Kecamatan Kulisusu, Kabupaten Buton Utara (Butur), Sulawesi Tenggara. Benteng ini dibangun dari susunan batu koral yang strukturnya mirip dengan benteng Keraton Buton.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Panjang benteng ini mencapai 1.883 meter dengan luas area sekitar 12,95 hektare. Ketebalan dindingnya berkisar antara 2 hingga 3 meter, sementara pada bagian sudut—khususnya sisi utara—ketebalannya mencapai 5,40 meter. Tinggi benteng bervariasi antara 1 hingga 2 meter, bergantung pada kondisi kontur tanah.

Berdasarkan pendataan kepurbakalaan oleh pemerintah pusat, Benteng Lipu didirikan atas prakarsa Buraku (Gau Malanga) dan Kodhangku pada masa pemerintahan Lakino Kulisusu Laode Ode sekitar abad XVII, dengan tujuan untuk melindungi Kulisusu dari serangan Tobelo dan Belanda.

Benteng kemudian dibangun secara gotong royong oleh masyarakat setempat, sebagai wujud persatuan dalam menjaga tanah leluhur. Tak ada catatan pasti tentang berapa lama pembangunan benteng itu berlangsung. Namun, masyarakat meyakini sebuah kisah mistis yang terus hidup dalam ingatan kolektif mereka.

Konon, saat pembangunan tengah berlangsung, para pekerja memasak ikan untuk santapan. Namun sebelum ikan itu matang, benteng sudah berdiri kokoh. Kisah ini diyakini sebagai tanda campur tangan makhluk gaib yang membantu mempercepat proses pembangunan.

Hingga kini, Benteng Kulisusu terus menjadi bagian dari kehidupan warga setempat dan telah menjadi cagar budaya. Bangunannya masih cukup kokoh, meskipun sebagian ditumbuhi pepohonan.

Misteri Kerang Raksasa yang Jadi Asal Usul “Kulisusu”

Nama “Kulisusu” sendiri bukan tanpa makna. Dalam bahasa lokal Ereke, “kulisusu” berarti kulit kerang (lokan). Konon, ketika wilayah ini pertama kali dibuka, masyarakat menemukan sepasang kerang raksasa tersembunyi di dalam tanah. Ukurannya tak biasa, sebesar parabola TV.

Fosil kerang raksasa itu tertanam dalam tanah, yang muncul ke permukaan hanya bagian ujungnya. Beberapa kulit kerang memang terdapat di kawasan ini.

“Salah satunya kulit kerang raksasa ini masih bisa dilihat hari ini, di samping masjid keraton, meskipun sebagian telah tertimbun tanah,” ungkap Irwan Halik, yang pernah menjadi tenaga honorer untuk penugasan di cagar budaya tersebut.

Berdasarkan cerita rakyat yang berkembang, kerang-kerang itu dulunya adalah simbol kejayaan dan kekuatan Kerajaan Kulisusu. Suatu waktu, saat konflik pecah, suku Tobelo datang dan merebut salah satu kerang raksasa sebagai simbol kemenangan atas Kulisusu.

Benteng Kulisusu menjadi lokasi pemukiman warga. Di dalam temboknya terdapat rumah-rumah warga, masjid tua, bahkan makam-makam pahlawan yang menjadi saksi bisu zaman perjuangan.

Tiap tahun, acara adat Haroaano Ta’u digelar di dalam benteng. Ritual ini menjadi ungkapan syukur sekaligus penghormatan kepada leluhur, dengan rangkaian kegiatan seperti musyawarah, doa bersama, dan pertunjukan tari tradisional.

Tarian tradisional seperti kompania, lense, ngibi, dan alionda turut ditampilkan, memberi napas budaya di tengah dinding benteng. Acara berlangsung dengan suasana meriah bercampur dalam semangat menjaga warisan leluhur.

Di balik megahnya Benteng Kulisusu, terdapat sebuah sumur tua yang menyimpan kisah turun-temurun. Letaknya di bagian bawah benteng, dengan kedalaman sekitar 25 meter dan lebar 4 meter, cukup besar untuk ukuran sumur tradisional.

Menurut cerita masyarakat, mata air itu muncul secara ajaib. Dahulu, seorang pemburu rusa yang kehausan menancapkan tongkatnya ke tanah. Tak disangka, dari titik itu memancar air segar,seakan bumi merespons jeritan dahaga sang pemburu.

“Hingga kini, air sumur ini masih digunakan warga meski sebagian telah beralih ke air PAM,” ujar Irwan kepada Sultratop.com.

Akses ke Benteng

Tak sulit menjangkau Benteng Kulisusu. Hanya sekitar 15 menit dari pelabuhan Ereke. Dari Kendari, Ibu Kota Sulawesi Tenggara, Anda bisa memilih naik kapal tujuan Kendari-Wanci yang singgah di Ereke, Buton Utara.

Perjalanan menuju Benteng Kulisusu tak butuh waktu lama karena jalan utamanya sudah beraspal. Ini memudahkan langkah para pelancong yang ingin menyusuri jejak sejarah di jantung Buton Utara tersebut. (Ad/ST)

Laporan: Tim Redaksi

Follow WhatsApp Channel Sultratop untuk update berita terbaru setiap hari

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan