SULTRATOP.COM, KOLAKA UTARA – Di tengah gemuruh derasnya aliran Sungai Tinukari, Karnila Haeruddin dan rekan-rekannya memasuki petualangan yang menguji nyali. Terombang-ambing di atas perahu karet yang meluncur liar, tiap hentakan arus menghadirkan sensasi mendebarkan dan memacu adrenalin, seolah-olah alam sendiri tengah menunjukkan kekuatannya. Desa Wisata Tinukari, yang tersembunyi di Kabupaten Kolaka Utara (Kolut), menjadi saksi kehadiran para petualang yang ingin menaklukkan arung jeram pertama di Sulawesi Tenggara ini.
Tak hanya sekadar wisata, arung jeram Tinukari membawa para pengunjung menyatu dengan alam, menikmati tantangan dan keindahan yang tersaji di setiap kelokan sungai. Bagi Karnila, perjalanan ke desa wisata ini menjadi pengalaman yang tak terlupakan—suara gemercik air, aroma alam yang segar, dan tarikan adrenalin yang tak berhenti hingga perahu menyentuh tepian.
Karnila bercerita, ketika tiba di Desa Tinukari setelah perjalanan panjang dari Kota Kendari, ia dan timnya tak menyangka bahwa mereka akan segera disambut oleh suasana pedesaan yang tenang, berbalut hijaunya pegunungan. Namun, ketenangan itu tak berlangsung lama. Setelah mengikuti arahan singkat dari pengelola dan mengenakan perlengkapan keselamatan—life jacket, helm, dan dayung di tangan—detak jantung mulai berdegup kencang. Petualangan mereka di arung jeram Tinukari akan segera dimulai.
Perahu mulai meluncur perlahan mengikuti arus, tetapi tak perlu waktu lama hingga jeram pertama menyapa. Aliran deras menabrak sisi perahu, menggoyangkan mereka seolah-olah ingin melemparnya ke dalam air. Dengan teriakan serentak yang menggema di sepanjang sungai, Karnila dan rekan-rekannya menggenggam erat dayung, mencoba menjaga keseimbangan perahu. Sensasi bercampur adrenalin ini memicu ketegangan, tetapi juga kebahagiaan yang meluap, menciptakan kenangan yang sulit terlupakan.
Di sela-sela jeram, pemandangan sekitar seakan menenangkan hati. Pepohonan rindang, suara burung yang berbaur dengan gemuruh air, serta pegunungan yang menjulang seolah menjaga perjalanan mereka. Sesekali, perahu melewati bebatuan besar yang membelah sungai, memaksa Karnila dan tim untuk bersiaga. Ada rasa was-was, tetapi petualangan ini terasa lebih aman dengan panduan para pengelola yang kompeten dan berpengalaman.
Bagi Karnila, wisata arung jeram Tinukari ini tak kalah menarik dengan destinasi serupa di daerah-daerah lain seperti Bali. Bahkan, pengelolanya memastikan keamanan yang sangat baik, dengan prosedur keselamatan yang diterapkan ketat.
“Tim saya bahkan membawa anak di bawah 17 tahun, dan alhamdulillah, semua aman. Pengelola di sini benar-benar memperhatikan safety,” ujar Karnila.
Setelah perjalanan menyusuri sungai, Karnila dan rombongannya berkesempatan mencoba wahana flying fox, yang menambah sensasi petualangan mereka. Dengan ketinggian sekitar 30 meter dan lintasan sejauh 185 meter melintasi sungai, flying fox ini melengkapi pengalaman di Tinukari sebagai destinasi wisata yang menawarkan lebih dari sekadar arung jeram.
Awal Tinukari Jadi Desa Wisata
Pemerintah Kabupaten Kolaka Utara resmi menjadikan Desa Tinukari sebagai desa wisata pada 2018 dengan arung jeram dan flying fox sebagai objek wisata andalan. Dua tahun kemudian, tepatnya 2020, arung jeram Desa Tinukari ini masuk nominasi wisata air terpopuler di ajang Anugerah Pesona Indonesia.
Bagi Anda pencinta wisata yang menguji nyali seperti ini, tak ada salahnya memasukkan Desa Tinukari ke dalam salah satu daftar destinasi wisata yang wajib dikunjungi.
Kepala Desa Tinukari, Hasrawati, bercerita awal mula desa yang dipimpinnya itu menjadi desa wisata. Saat itu ada pengunjung dari luar Sultra yang hendak mendaki ke Gunung Mekongga. Saat mengecek arus sungai, menurut pengunjung tersebut, arus Sungai Tinukari cocok untuk arung jeram.
Pemerintah Desa Tinukari pun menyambut baik masukan tersebut. Dengan adanya wisata arung jeram diyakini akan makin menarik minat wisatawan, baik lokal, nasional, maupun mancanegara untuk berkunjung ke Desa Tinukari. Apalagi, desa itu sudah sering dikunjungi oleh wisatawan asing yang ingin mengeksplorasi Pegunungan Mekongga.
Pemerintah Desa Tinukari kemudian menggelontorkan anggaran dana desa untuk membeli peralatan rafting. Pengelolaan wisata di Desa Tinukari juga diserahkan kepada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat.
Wisata arung jeram di Desa Tinukari ini merupakan yang pertama di Sultra. Panjang sungai yang dilalui yakni sekitar 2,5 kilometer. Apabila arus normal, waktu tempuh yang dibutuhkan 30 hingga 40 menit. Namun, bila arus deras bisa lebih cepat dari hitungan waktu tersebut.
Untuk wahana flying fox memiliki ketinggian 30 meter dengan panjang lintasan 185 meter. Flying fox yang melintas di atas sungai ini sengaja dihadirkan untuk melengkapi wisata arung jeram.
Untuk saat ini, kata Hasrawati, hanya arung jeram yang masih beroperasi, sedangkan flying fox ada kendala sehingga pihak pengelola belum membuka kembali wahana satu ini.
Hasrawati mengakui kunjungan wisatawan ke desanya memang belum terlalu banyak karena arung jeram merupakan wisata minat khusus.
Selain arung jeram, di Desa Tinukari juga pengunjung bisa mendaki ke Gunung Mekongga. Seperti diketahui, Desa Tinukari merupakan titik start jika ingin mendaki ke Gunung Mekongga karena letaknya yang berada tepat di dasar kaki pegunungan Mekongga.
Selain itu, ada kelebihan berwisata di Desa Tinukari, yakni pemandangan alamnya yang memanjakan mata. Bahkan pemerintah desa memanfaatkan lahan di bantaran sungai untuk pengunjung yang ingin camping.
Testimoni pengunjung yang pernah ke Tinukari ini rata-rata tertarik dengan alamnya yang sejuk, pemandangan pegunungan yang ada. Anginnya juga sepoi-sepoi.
Tak hanya itu, Desa Wisata Tinukari juga dekat dengan beberapa objek wisata lainnya yang ada di Kolaka Utara, seperti Danau Biru dan Gua Tapparang yang bisa menjadi pilihan wisata lainnya setelah berkunjung ke Tinukari.
Paket Wisata yang Ditawarkan
Untuk memudahkan pengunjung memberitahukan kedatangannya, pihak pengelola wisata arung jeram Tinukari sudah membuat akun Instagram resmi @tinukari_adventure sebagai media layanan wisata.
Di dalam bio akun IG tersebut sudah terdapat nomor telepon yang bisa dihubungi. Pihak pengelola juga mencantumkan aktivitas yang bisa dipilih, seperti rafting, flying fox, mendaki ke Gunung Mekongga hingga camping.
Ada tiga pilihan paket wisata yang ditawarkan di Desa Tinukari, yakni grade family, medium, dan hard.
Untuk paket hard, pengunjung berjalan kaki sepanjang 12 km menuju titik star dan harus camping. Pengunjung juga diberi pelatihan mengenai standar operasional prosedur (SOP). Paket wisata ini dibanderol Rp1,5 juta untuk lima orang, sudah termasuk konsumsi dan dokumentasi.
Sedangkan paket medium menempuh jarak lima sampai enam kilometer berjalan kaki masuk ke lokasi star. Menyeberang sungai tiga kali dan tidak perlu camping. Paket medium ini dibanderol Rp750 ribu dengan tambahan coffee break.
Terakhir paket family yang dibanderol hanya Rp250 ribu saja, tapi tidak termasuk konsumsi.
Saat ini, pengelola wisata Tinukari Adventure hanya melayani tamu by order atau berdasarkan pesanan. Namun, jika ada pengunjung yang datang mendadak tanpa pemberitahuan ke pihak pengelola maka akan tetap dilayani.
Pengunjung yang hendak bermain arung jeram juga tak perlu khawatir karena semua skipper atau pendamping sudah mempunyai lisensi dan mendapatkan pelatihan water rescue.
Akses ke Tinukari
Desa Tinukari dapat dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Dari Kota Kendari, ibu kota Sultra, perjalanan kurang dari enam jam sementara dari Kabupaten Kolaka sekitar dua jam. Dari Lasusua, ibu kota Kolaka Utara hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit saja.
Pengunjung bisa langsung ke lokasi atau gazebo dengan membawa kendaraan masing-masing. Jarak jalan poros Rante Angin–Lasusua ke lokasi gazebo ada sekitar dua kilometer.
Dikatakan Hasrawati, akses jalan ke objek wisata arung jeram Tinukari ada yang rabat beton, ada yang sudah diaspal, dan ada juga yang masih proses perbaikan, belum dirabat beton.
Linto, salah satu penjelajah objek wisata di Sultra, yang juga pernah mengunjungi Desa Wisata Tinukari mengatakan, arung jeram Tinukari mampu memberikan sensasi tersendiri, meski panjang sungai yang menjadi titik arung jeram hanya sepanjang dua kilometer dengan waktu tempuh sekitar 30 menit.
Linto menyebut arung jeram Tinukari menjadi satu-satunya wisata arung jeram di Sultra yang komersil dan masih beroperasi sampai sekarang.
Menurutnya, wisata arung jeram ini masih bisa dikembangkan dalam hal jarak. Titik start bisa diubah mejadi lebih jauh dari sebelumnya.
Terkait akses, walaupun perjalanan dari Kota Kendari terbilang lama, namun ada beberapa destinasi yang bisa menjadi alternatif, sebelum ke Tinukari. Sebut saja Sungai Tamborasi dan Pantai Indah Kapu.
Untuk fasilitas di Desa Tinukari juga sudah cukup memadai. Terdapat area camp bagi yang ingin mendirikan tenda, ada gazebo dan homestay. (===)
Reporter: Tim Redaksi
Editor: Jumriati