16 June 2025
Indeks

Kisah Bangkai Kapal Jepang di Laut Desa Kulati: Antara Sejarah dan Pesona Bawah Laut

  • Bagikan
Kisah Bangkai Kapal Jepang di Laut Desa Kulati: Antara Sejarah dan Pesona Bawah Laut
Bangkai kapal Jepang yang karam saat Perang Dunia II, di Desa Kulati, Kecamatan Tomia Timur. Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara. (Sumber: IG @desawisatakulati)

SULTRATOP.COM, WAKATOBI – Di balik jernihnya perairan Desa Kulati, Wakatobi, tersembunyi bangkai kapal Jepang yang karam saat Perang Dunia II. Tak sekadar menjadi saksi bisu sejarah, kapal dengan panjang sekira 20 meter ini kini menjelma jadi destinasi wisata selam favorit, menawarkan perpaduan dramatis antara jejak masa lalu dan keindahan alam bawah laut yang menakjubkan.

Bangkai kapal tersebut terletak sekitar 100 meter dari bibir pantai Desa Kulati. Berbeda dengan bangkai kapal pada umumnya yang rata sejajar dengan dasar laut, kapal Jepang di Desa Kulati ini memiliki posisi unik. Dengan posisi vertikal, bagian depan bangkai kapal itu lebih menjorok ke atas, sementara bagian belakangnya terbenam lebih dalam di bawah permukaan laut.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Untuk menyelam menelusuri jejak kapal ini, ada dua pilihan. Bagian depan kapal berada pada kedalaman 4 hingga 8 meter, sementara untuk menjelajahi keseluruhan badan kapal, kedalamannya bisa mencapai hingga 20 meter lebih, terutama saat kondisi air laut sedang pasang.

Pengelola Desa Wisata Kulati, Nuryanto menjelaskan bahwa lokasi bangkai kapal yang mudah dijangkau menjadikannya spot favorit bagi wisatawan untuk snorkeling maupun diving. Selain menyelam di sekitar kapal Jepang, pengunjung juga dapat menikmati keindahan terumbu karang dan beragam ikan yang berenang bebas di area yang sekaligus berfungsi sebagai “bank ikan” alami.

Hal itu menjadikan pengalaman menyelam di Desa Kulati tak hanya kental akan cerita sejarah, tetapi juga penuh pesona alam bawah laut yang memukau.

Meski tak ada tanda fisik yang jelas sebagai penanda kapal Jepang karena usia kapal yang sudah sangat lama, cerita turun-temurun dari masyarakat meyakinkan bahwa kapal tersebut adalah kapal milik Jepang.

Menurut Nuryanto, sudah ada penelitian dari Universitas Halu Oleo (UHO) Kendari yang mengungkap bahwa kapal ini bukanlah kapal perang, melainkan kapal pengangkut amunisi militer.

Dari cerita lisan yang terus diwariskan, kapal ini tenggelam setelah serangan bertubi-tubi dari pesawat tempur sekutu (musuh Jepang). Namun, ada kisah menarik di baliknya. Sebelum dibom musuh, tentara Jepang yang terdesak sempat memohon perlindungan kepada penduduk setempat.

Dengan keberanian dan rasa kemanusiaan yang tinggi, masyarakat setempat menyelimuti kapal itu dengan daun kelapa, berusaha menyamarkan keberadaannya dari mata tajam musuh yang terus mengintai dari langit.

Namun, harapan itu hanya bertahan selama tujuh hari. Daun kelapa yang tadinya segar dan rapat mulai mengering dan rontok, perlahan membuka tabir kapal yang tersembunyi. Tak lama kemudian, kapal tersebut ditemukan dan menjadi sasaran bom dari pesawat sekutu, hingga akhirnya karam.

“Karena ini menarik, makanya penyelaman ke bangkai kapal Jepang ini termasuk dalam paket wisata yang kami tawarkan,” ujar Nuryanto kepada Sultratop.com pada 15 Juni 2025.

Karena kawasan bangkai kapal Jepang ini berfungsi sebagai bank ikan, nelayan setempat memanfaatkannya sebagai lokasi memancing saat angin sedang kencang. Namun, ketika angin mereda, nelayan dilarang memancing di area tersebut untuk menjaga kelestarian ekosistem dan populasi ikan di kawasan konservasi ini.

Dengan potensi wisata yang ada, pada tanggal 16 September 2016 telah dilakukan peluncuran Desa Wisata Kulati sebagai bentuk komitmen Pemerintah desa dengan masyarakat untuk berbenah dalam pengembagan wisata. Harapannya, ini jadi sektor penggerak roda perekonomian masyarakat dengan konsep kegiatan wisata bahari, edukasi, seni, budaya, dan sejarah.

Dalam riwayat Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI), pada tahun 2023 Desa Wisata Kulati masuk 500 besar. Kemudian meningkat lagi pada 2024 dengan masuk peringkat 300 besar ADWI.

 

Laporan: Tim Redaksi

Follow WhatsApp Channel Sultratop untuk update berita terbaru setiap hari

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan