SULTRATOP.COM, KENDARI — Sejak tahun 2023, Arman (32), warga Kecamatan Baruga, Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), memulai usahanya dengan berdagang makanan siap saji yang diberi nama Sushi Chicken Karage by Arman Kaisar.
Pertama kali, Arman membuka gerai di Kolam Retensi Boulevard, Kecamatan Baruga. Usaha tersebut mendapat respons positif dari masyarakat yang berolahraga di lokasi tersebut, dan ia berhasil meraih omzet rata-rata 4 hingga 5 juta rupiah per hari.
Seiring berjalannya waktu, usahanya terus berkembang dan jumlah pembelinya semakin meningkat. Beberapa pembeli datang langsung ke gerai, sementara yang lain memesan melalui WhatsApp.
Setiap hari, Arman harus menyiapkan uang pecahan kecil untuk keperluan kembalian. Namun, jumlah yang tersedia terkadang tidak mencukupi untuk melayani pembeli yang membayar secara tunai. Bahkan, saat gerainya ramai, ia kerap kerepotan karena harus menukar uang ke pedagang lain.
Sebagai solusi, ketika tidak memiliki uang pecahan kecil, Arman memilih untuk melebihkan jumlah kembalian yang diberikan kepada pelanggan.
“Sangat repot sekali, harus pergi cari tempat untuk tukar uang kecil. Kadang beberapa kali kembalian saya yang lebihkan, misalnya kembalian tiga ribu tidak ada uang seribu saya kembalikan empat ribu,” kata Arman kepada Sultratop.com, Senin (11/8/2025) di Kendari.
Kurang lebih satu tahun berjualan, tepatnya awal 2024 Arman mendaftarkan usahanya melalui Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) merchant salah satu bank. Dan ia memutuskan untuk menggunakan layanan pembayaran nontunai dengan QRIS.
QRIS adalah layanan sistem pembayaran digital yang diluncurkan Bank Indonesia (BI). Pengguna dapat melakukan pembayaran melalui aplikasi dompet digital (OVO, Gopay dan DANA) serta mobile bangking dengan men-scan barcode yang disiapkan merchant.
Arman mengaku, sebelum menggunakan QRIS, banyak pembelinya yang mayoritas berasal kalangan generasi Z dan milenial merasa ragu untuk membeli dagangannya dalam jumlah banyak karena tidak membawa uang tunai yang cukup.
Namun, kehadiran QRIS menjadi solusi baginya. Kini, pelanggannya tidak lagi ragu untuk berbelanja dalam jumlah besar karena dapat melakukan pembayaran secara Cepat, Mudah, Murah, Aman, dan Handal (CEMUMUAH).
“Ya mereka tinggal scan barcode saja pembayaran masuk, tidak pusing uang kembalian. Sebelumnya mereka saya liat takut-takut beli banyak karena tidak bawa uang tunai. Tapi setelah ada QRIS, alhamdulillah membantu sekali,” ujar Arman.
Ia merasakan banyak manfaat sejak menggunakan QRIS. Omzetnya semakin meningkat. Bahkan ia sudah memiliki dua gerai untuk berdagang yakni di Bundaran Gubernur dan Kali Kadia.
Sejak menggunakan QRIS. Arman bisa meraih pendapatan sebesar 6 hingga 9 juta rupiah per hari. Rata-rata, transaksi melalui QRIS mencapai 50 hingga 80 kali dalam sehari.
Peningkatan ini juga didorong semakin banyaknya pemesanan melalui WhatsApp, di mana pelanggan melakukan pembayaran tanpa harus bertatap muka. Arman cukup mengirimkan gambar kode QRIS miliknya kepada pelanggan untuk menyelesaikan transaksi.
Setiap notifikasi transaksi pembayaran yang berhasil dapat langsung Amran pantau melalui pesan yang masuk ke nomor WhatsApp-nya.
Selain itu, Arman juga merasa sangat terbantu dalam pencatatan keuangan bulanan untuk laporan omzet usahanya. Seluruh riwayat transaksi melalui QRIS tercatat secara rapi dan dapat diakses melalui mutasi rekening di aplikasi mobile banking.
Ke depan, Arman berharap sistem pembayaran QRIS dapat terus dipertahankan eksistensinya, serta Bank Indonesia (BI) dapat menghadirkan inovasi untuk meningkatkan layanan QRIS.
“Iya, kalau bisa, dana dari setiap transaksi pembeli bisa langsung masuk ke rekening saat itu juga, tanpa harus menunggu hingga keesokan harinya. Karena saya butuh dana cepat untuk membeli bahan jualan lagi. Semoga ke depannya bisa dibuat seperti itu,” harap Arman.
QRIS Jadi Ikon Kebanggaan Indonesia
Pengamat Ekonomi Sulawesi Tenggara (Sultra), QRIS merupakan ikon transformasi gerbang pembayaran nasional yang patut dibanggakan, karena dikembangkan oleh BI bersama Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia (ASPI).
BI secara resmi meluncurkan QRIS pada tanggal 17 Agustus 2019 atau bertepatan dengan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-74 tahun. Dan setelah melewati tahapan uji coba dan evaluasi QRIS mulai digunakan sejak 1 Januari 2020.
“Kita harus bangga, QRIS ini milik kita, Indonesia,” ujar Samsul Anam kepada Sultratop, Senin (11/8/2025).
Samsul Anam, menjelaskan bahwa kehadiran sistem pembayaran QRIS menjadi solusi terbaik untuk mendorong peningkatan transaksi non tunai/digital di dalam negeri tak terkecuali Sultra.
Volume transaksi QRIS di Sultra periode Januari hingga Juni 2025 mencapai 11.114.740 kali, meningkat sebesar 111,89 persen cumulative to cumulative (ctc) dibandingkan periode Januari hingga Juni 2024 yang tercatat 5.245.534 transaksi.
Sementara itu, total nilai transaksi juga mengalami lonjakan sebesar 114,81 persen (ctc). Periode Januari hingga Juni 2024 tercatat sebesar Rp687,7 miliar sedangkan periode Januari sampai dengan Juni 2025 tembus Rp1,47 triliun.
QRIS tak ubahnya menjadi angin segar bagi UMKM, biaya transaksi yang dikenal dengan Merchant Discount Rate (MDR) dibebankan kepada merchant jauh lebih murah ketimbang Mastercard dan Visa.
Untuk potongannya berkisar 0 hingga 0,7 persen sesuai dengan kebijakan masing-masing penyedia jasa pembayaran. Sedangkan Mastercad dan Visa berkisar 1,5 hingga 3 persen.
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Halu Oleo (UHO) itu mengungkapkan bahwa QRIS telah memberikan dampak positif terhadap kemajuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Sultra. Temuan tersebut didasarkan pada hasil penelitian sejumlah mahasiswa mengenai dampak kehadiran QRIS terhadap pelaku UMKM.
Di Sultra, menurutnya, pelaku usaha yang paling banyak menggunakan QRIS adalah pedagang kuliner dan restoran menengah. Salah satu faktor keberhasilan dalam pertumbuhan transaksi digital melalui QRIS adalah meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menggunakannya, diikuti oleh pelaku UMKM yang mulai mendaftarkan usahanya sebagai merchant QRIS.
Hingga Juni 2025, jumlah pengguna QRIS di Sultra mencapai 284.095 orang. Angka ini mengalami peningkatan sekitar 19,41 persen year on year (yoy) dibandingkan periode yang sama pada Juni 2024, yang tercatat sebanyak 237.918 pengguna.
Kemudian untuk jumlah merchant QRIS per Juni 2025 tercatat sebanyak 208.552 merchant, atau meningkat 36,13 persen (yoy) dibandingkan Juni 2024 yang berjumlah 153.200 merchant.
“Kedua hal ini ibarat gayung bersambut. Sebab, percuma jika pengguna QRIS banyak, tetapi pelaku UMKM tidak menyediakan opsi pembayaran melalui QRIS itu sendiri,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Kuliner Kendari (Tripel K) Jhony Ahmad mengatakan, saat ini pedagang kuliner yang tergabung dalam komunitas kurang lebih 300 orang (pedagang) dan 90 persen sudah menggunakan QRIS merchant.
Ia mencontohkan dalam Event Kendari Food Festival (KFF) 2025 yang digelar tanggal 8 hingga 12 Juli 2025 lalu, pihaknya mendorong agar pengunjung melakukan transaksi melalui QRIS. Tercatat, sekitar 33 merchant mendapatkan total omzet sebesar Rp506 juta selama kegiatan tersebut.
“Ini total keseluruhan tunai dan QRIS, tapi mendominasi pembayaran QRIS,” ungkapnya.
Peningkatan jumlah pengguna dan merchant QRIS juga tidak terlepas dari upaya KPw BI Sultra dalam mendorong adopsi QRIS di masyarakat melalui event dan sosialisasi. Salah satunya adalah pelaksanaan QRIS Jelajah Indonesia pada tahun 2024 serta kegiatan Safari QRIS di sejumlah kabupaten/kota, seperti Kota Kendari, Kolaka, dan Kota Baubau. Dan tahun 2025 kembali di gelar QRIS Jelajah Budaya Indonesia.
Misi dari kegiatan yang dikemas dalam bentuk kompetisi tersebut adalah memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pengenalan dan tata cara penggunaan QRIS, mendorong pelaku UMKM untuk mendaftar sebagai merchant QRIS, mengajak masyarakat bertransaksi secara digital menggunakan QRIS, serta memberikan pemahaman mengenai perlindungan konsumen dalam transaksi digital.
Samsul Anam menambahkan, QRIS memiliki tingkat keamanan data yang kuat karena servernya berada di dalam negeri. Sehingga risiko kebocoran data minim. Tapi, ia tak menampik ke depan bisa saja terjadi, dan Samsul Anam berkeyakinan BI telah menyediakan mitigasi risiko apabila hal tersebut terjadi.
Ia juga mengimbau para pengguna QRIS untuk tetap waspada saat melakukan transaksi digital, antara lain dengan tidak membagikan data pribadi kepada orang lain serta selalu memeriksa setiap tahapan transaksi dengan cermat agar terhindar dari kasus pemalsuan barcode QRIS.
Sebagai informasi QRIS telah memliki layanan QRIS Cross Border yaitu fitur yang memungkinkan transaksi pembayaran antar negara melalui kode QR yang sama.
Sehingga pengguna QRIS di Indonesia bisa melakukan pembayaran di negara lain yang sudah bekerja sama di antaranya Malaysia, Singapura dan Thailand.
Sebaliknya turis asing dari ketiga negara tersebut juga bisa membayar di Indonesia menggunakan kode QR negara mereka.
“Hal ini semakin memperkokoh Indonesia dalam merambah pasar transaksi digital di dunia,” kata Samsul Anam.
Penulis: Ilham Surahmin