18 October 2024
Indeks

Keunikan Karst Matarombeo: Keanekaragaman Hayati hingga Situs Purba

  • Bagikan
Air Terjun di kawasan Karst Matarombeo.
Air Terjun di kawasan Karst Matarombeo.

SULTRATOP.COM – Karst Matarombeo adalah salah satu kawasan karst terluas di Pulau Sulawesi. Keindahannya tidak kalah dengan karst yang ada di Madagaskar, bahkan Matarombeo memiliki keunikan tersendiri.

Kawasan Karst Matarombeo terletak di Kabupaten Konawe Utara (Konut), Sulawesi Tenggara (Sultra). Kawasan ini membuktikan bahwa bentang alam Sultra tak ada habisnya menyuguhkan keindahan yang luar biasa.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Kawasan ini masih minim kegiatan eksplorasi dan penelitian karena letaknya yang berada di belantara. Padahal selain keindahan perbukitan karst-nya, di dalam kawasan ini terdapat sejumlah objek wisata kategori minat khusus yang dapat memicu decak kagum.

Salah satu penggiat wisata yang sudah tiga kali melakukan eksplorasi ke Karst Matarombeo adalah Linto. Beberapa objek wisata yang dijumpai seperti sungai, terowongan gua, air terjun, bukit mirip yang di acara TV Teletubbies, hingga gua situs sejarah.

“Terdapat gua situs, yang lebih ke peninggalan-peninggalan. Kalau hasil yang pernah kita data tahun lalu ada sekitar 5 (gua situs) ke atas,” ujar Linto, 7 Juni 2024.

Sebagai penggiat wisata, Linto sangat tertarik untuk kembali berkunjung karst Matarombeo mengeksplorasi bentang alamnya. Namun kala musim hujan seperti saat ini, akses ke lokasi cukup sulit karena terhalang banjir.

Tantangan lainnya adalah belum ada fasilitas yang memadai untuk mengeksplorasi sungai di karst Matarombeo. Memang ada perahu nelayan yang dapat disewa sesuai kapasitas jumlah penumpang antara Rp700 ribu hingga Rp1 juta per hari.

Bila nanti ditunjang dengan aksesibilitas yang bagus, menurut Linto, kawasan Karst Matarombeo dapat menjadi destinasi wisata petualangan. Objek-objek wisata di dalamnya menawarkan hal-hal baru yang sulit didapat di tempat lain.

“Kalau wisatawan mau tinggal 3 hari 2 malam atau 4 hari 3 malam, itu sudah luar biasa pengalaman yang akan dia dapatkan. Karena dalam mengarungi sungai itu ada beberapa destinasi yang anti mainstream, mulai dari air terjun yang jatuhnya ke sungai, di perjalanan itu kita melewati dua terowongan,” ujar Linto.

Spesies Baru

Karst Matarombeo, Keanekaragaman hayati Matarombeo, Situs purba Karst Matarombeo, Wisata minat khusus Matarombeo, Sungai di Karst Matarombeo, Terowongan gua Matarombeo, Air terjun Padantaumo, Perahu katinting, Begonia Matarombeo, Spesies baru Begonia, Naturevolution Matarombeo, Eksplorasi Karst Matarombeo, Sejarah Gua Tengkorak Matarombeo, Lukisan purba Matarombeo, Geowisata Matarombeo, Penelitian di Karst Matarombeo, Akses ke Karst Matarombeo, Keindahan alam Matarombeo, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara
Kawasan Karst Matarombeo tampak dari atas. (Foto: Dispar Sultra)

Karts Matarombeo ternyata menyimpan keunikan dan kekayaan keaneka ragaman hayati. Mengutip Gardens’ Bulletin Singapore edisi 2018 berjudul “Begonia of the Matarombeo karst, Southeast Sulawesi, Indonesia, including two new species” dinyatakan bahwa terdapat dua spesies baru begonia yang ada di karst Matarombeo.

Begonia adalah genus tanaman berbunga dalam keluarga Begoniaceae. Tanaman ini terkenal karena daun dan bunganya yang indah, dan banyak spesies serta kultivarnya digunakan sebagai tanaman hias. Ada lebih dari 1.800 spesies begonia, yang berasal dari daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia.

Berdasarkan hasil riset tersebut, dua spesies baru begonia di karst Matarombeo adalah Begonia balgooyi dan Begonia matarombeoensis. Dua spesies baru ini berhabitat di karst dan endemik Sulawesi Tenggara. Penilaian konservasi sementara menunjukkan status terancam punah.

Eksplorasi oleh Natuevolution

Karst Matarombeo, Keanekaragaman hayati Matarombeo, Situs purba Karst Matarombeo, Wisata minat khusus Matarombeo, Sungai di Karst Matarombeo, Terowongan gua Matarombeo, Air terjun Padantaumo, Perahu katinting, Begonia Matarombeo, Spesies baru Begonia, Naturevolution Matarombeo, Eksplorasi Karst Matarombeo, Sejarah Gua Tengkorak Matarombeo, Lukisan purba Matarombeo, Geowisata Matarombeo, Penelitian di Karst Matarombeo, Akses ke Karst Matarombeo, Keindahan alam Matarombeo, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara

Tim ekspedisi lembaga non-pemerintah atau NGO asal Prancis, Naturevolution, pernah mengeksplore Karst Matarombeo pada 2014. Dari hasil ekspedisi ini diketahui kawasan Matarombeo memiliki keanekaragaman hayati yang sangat besar.

Mengutip laman Naturevolution, kawasan Karst Matarombeo membentang sekitar 1.200 km², kira-kira seukuran Pulau Martinik, salah satu dari 26 region milik Prancis yang terletak di bagian timur laut Karibia.

Matarombeo memiliki karakter yang sangat khas, yaitu pegunungan bebatuan karst dengan ketinggian sekitar 1.500 meter di atas permukaan laut.

Naturevolution menyebut Matarombeo sebagai salah satu karst langka di Asia Tenggara yang bertahan sebagai “pulau di dalam pulau”, suaka alam yang terletak di jantung hutan.

Di kawasan Karst Matarombeo terbentang hutan luas dengan flora dan fauna yang beragam di dalamnya, beberapa bahkan endemik, seperti anoa dan julang sulawesi.

Di kawasan ini juga terdapat banyak peninggalan bersejarah. Salah satunya situs gua prasejarah yang diberi nama Gua Tengkorak Matarombeo. Sesuai namanya, di dalam gua ini terdapat tengkorak peninggalan purba.

Seperti gua prasejarah lainnya, di Gua Tengkorak Matarombeo ini juga terdapat lukisan purba. Kompleks situs gua memperlihatkan bukti-bukti arkeologis aktivitas manusia masa lalu.

Jenis dan ciri benda arkeologis yang ditemukan, baik di permukaan maupun dari penggalian, seperti alat serpih, tatal batu, batu inti, beliung, gerabah, kerang dan arang, memberi kesimpulan bahwa sebelum menjadi lokasi penguburan, situs-situs tersebut awalnya menjadi tempat bermukim.

Kawasan Karst Matarombeo memang sangat luas dan unik. Cocok bagi mereka yang menyukai wisata petualangan. Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara sendiri sudah menetapkan Karst Matarombeo sebagai Seven Wonders atau 7 keajaiban wisata Sultra.

Akses ke Matarombeo

Karst Matarombeo, Keanekaragaman hayati Matarombeo, Situs purba Karst Matarombeo, Wisata minat khusus Matarombeo, Sungai di Karst Matarombeo, Terowongan gua Matarombeo, Air terjun Padantaumo, Perahu katinting, Begonia Matarombeo, Spesies baru Begonia, Naturevolution Matarombeo, Eksplorasi Karst Matarombeo, Sejarah Gua Tengkorak Matarombeo, Lukisan purba Matarombeo, Geowisata Matarombeo, Penelitian di Karst Matarombeo, Akses ke Karst Matarombeo, Keindahan alam Matarombeo, Konawe Utara, Sulawesi Tenggara
Pengunjung menjelajahi kawasan Karst Matarombeo dengan perahu.

Untuk sampai ke Karst Matarombeo, pengunjung kebanyakan lewat Desa Padalere Utama, Kecamatan Wiwirano, Konawe Utara.

Dari Wanggudu, ibu kota Kabupaten Konawe Utara, Desa Padalere Utama berjarak 80 km dengan waktu tempuh lebih dari 2 jam. Sedangkan dari Kota Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara, waktu tempuh sekitar 5 jam.

Pengunjung harus menyusuri sungai dengan perahu bermesin atau warga lokal menyebutnya katinting.

Di Desa Padalere Utama, ada banyak warga yang menyediakan jasa antar jemput menuju Matarombeo. Salah satunya adalah Sarif.

Menurut Sarif, biaya yang dipatok berbeda antara wisatawan asing dengan lokal. Untuk wisatawan asing mereka mematok Rp1,2 juta sedangkan lokal hanya Rp1 juta. Mereka pun membatasi maksimal 10 orang saja dalam satu perahu jika yang datang rombongan.

Sarif bercerita, dalam perjalanan ke Karst Matarombeo, akan melewati dua terowongan gua. Terowongan pertama bernama Rokuo Besar dan terowongan kedua Rokuo Kecil.

Perjalanan menyusuri terowongan gua ini akan berakhir di kawasan air terjun Padantaumo. Dari air terjun inilah perjalanan menyusuri Karst Matarombeo dimulai dengan berjalan kaki.

Dari pelabuhan Padalere Utama sampai Air Terjun Padantaumo dibutuhkan waktu tempuh sekitar 1 jam 30 menit menggunakan perahu katinting. Sedangkan dari air terjun menuju kawasan Karst Matarombeo membutuhkan waktu sekitar 2 jam dengan berjalan kaki.

Kepala Desa Padalere Utama Ramadan mengatakan, pesona bentang alam Matarombeo memang masih menjadi magnet bagi penggiat wisata, baik lokal maupun turis mancanegara. Hanya saja kendala mereka saat ini adalah kurangnya perahu katinting untuk mengantar pengunjung.

Menurut Ramadan, perahu yang digunakan untuk mengantar pengunjung selama ini adalah milik pribadi warga. Namun, dikhawatirkan jumlah perahu ini juga akan berkurang karena bodi perahu yang mulai lapuk. Kondisi ini bisa saja membahayakan pengunjung.

“Kendala kita cuma itu saja (perahu), kemarin kita juga sudah mengusulkan ke dinas pariwisata kabupaten, tapi ternyata Pak Kabid-nya berganti lagi,” kata Ramadan, 8 Juni 2024.

Ramadan mengakui sampai saat ini pemerintah desa belum mendapatkan PAD dari Matarombeo. Pihaknya juga tidak berani membuat perkades atau peraturan kepala desa untuk mengatur tarif antar jemput ke Matarombeo karena perahu yang digunakan memang milik warga.

Pemerintah desa, kata dia hanya mengimbau warganya yang memiliki perahu agar tidak mematok harga terlalu tinggi.

“Apalah artinya kita patok harga tinggi, tapi wisatawan hanya sekali datang, lebih bagus kita sesuaikan tarifnya agar wisatawan senang dan mau datang kembali,” kata Ramadan.

Digadang Jadi Wisata Minat Khusus

Selain wisata petualang, Karst Matarombeo juga cocok dijadikan geowisata atau wisata minat khusus. Pasalnya, belum banyak informasi mengenai kawasan Karst Matarombeo, terutama lukisan purba yang ada di dalam Gua Tengkorak Matarombeo.

Dinas Pariwisata Sultra pun mengarahkan kawasan ini untuk wisata minat khusus, terutama bagi para peneliti dan speleologis atau penjelajah gua yang ingin mengeksplore Gua Tengkorak Matarombeo.

Hal itu dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan dan meminimalisir kerusakan lukisan purba di dalam Gua Tengkorak Matarombeo.

Dispar Sultra berharap para peneliti tak berhenti untuk mengeksplore kawasan Karst Matarombeo sehingga bisa menguak berbagai potensi yang ada di kawasan itu.

Hampir tidak adanya pengetahuan tentang Matarombeo dan sungai-sungai di sekitarnya, diyakini akan menjamin potensi penemuan yang sangat besar dalam hal jaringan bawah tanah dan spesies yang bermanfaat untuk ilmu pengetahuan. (===)

Reporter: Tim Redaksi
Editor: Jumriati

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI

  • Bagikan