12 March 2025
Indeks
Jadwal Imsakiyah Ramadan 2025
Wilayah Kota Kendari dan Sekitarnya
Sumber: API Kanwil Kemenag Sultra

Hujan Mengguyur TPU Punggolaka Tak Bisa Memadamkan Rindu Para Peziarah

  • Bagikan
Hujan Mengguyur TPU Punggolaka Tak Bisa Memadamkan Rindu Para Peziarah
Para peziarah di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Punggolaka, Kota Kendari. (Foto: Bambang Sutrisno/Sultratop.com)

SULTRATOP.COM, KENDARI – Hujan deras mengguyur TPU Punggolaka, membuat tanah menjadi becek dan licin. Namun, langkah para peziarah tak surut. Dengan payung yang sesekali diterpa angin, mereka tetap berjalan menuju pusara orang-orang tercinta.

Tangan cekatan mencabuti rerumputan dan membersihkan kotoran, sembari doa-doa lirih terucap di antara gemuruh hujan. Tak peduli kebasahan, mereka bertahan, menabur bunga dan mengirimkan doa, karena bagi mereka, kasih sayang tak pernah luntur, bahkan oleh hujan yang paling deras sekalipun.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Seperti yang tampak dilakukan oleh Titin. Hari ini, ia melangkah perlahan di antara deretan nisan yang basah oleh hujan. Payung yang digenggamnya sedikit miring, membiarkan gerimis jatuh di ujung kerudungnya. Ia tak peduli. Yang lebih penting baginya adalah pusara kecil di hadapannya, tempat anak semata wayangnya beristirahat selamanya.

Dengan jemari gemetar, ia merapikan bagian atas makam. Hujan yang turun deras terasa biasa baginya, karena ada hujan lain yang lebih deras—hujan di hatinya, yang tak pernah benar-benar reda sejak kepergian sang buah hati.

“Sudah 365 hari atau setahun dia pergi,” bisiknya, suaranya hampir tenggelam di antara gemuruh hujan.

“Setiap hari, saya datang ke sini. Saya tidak menunggu momen tertentu, saya selalu berada disini,” sambungnya.

Ia duduk bersimpuh, tangannya menangkup, bibirnya bergetar melafalkan doa. Tak ada yang bisa mengembalikan anaknya, tetapi di sini, di tempat ini, ia merasa lebih dekat. Merasa sang anak masih mendengar setiap kata yang diucapkannya.

Hujan terus turun, menyamarkan air mata yang jatuh di pipinya. Tapi Titin tetap di sana, menembus hujan, karena baginya, cinta seorang ibu tak akan pernah pudar, bahkan oleh waktu.

Di sudut lain TPU Punggolaka, seorang perempuan paruh baya duduk bersimpuh di depan sebuah nisan. Hujan membasahi bahunya yang tertutup jilbab, tapi ia tak bergeming. Di sampingnya, beberapa anak berdiri diam, menggigil dalam balutan jaket tipis. Mereka tak mengeluh. Bukan dingin yang mereka rasakan lebih dalam, melainkan rindu yang tak tertahankan.

Dengan tangan gemetar, perempuan itu menyentuh batu nisan yang mulai basah. Ia menghela napas panjang, lalu menunduk, berbisik lirih di antara gemuruh hujan.

“Sudah setahun suamiku pergi,” suaranya hampir tak terdengar, bergetar di antara rinai hujan. “Kami selalu datang, apa pun cuacanya. Kami ingin dia tahu… kami tidak pernah melupakannya.”

Anak-anaknya ikut menangkupkan tangan, menggumamkan doa yang diajarkan sang ayah sejak kecil. Meski suara mereka tersapu angin, ia yakin suaminya bisa mendengarnya.

Air hujan bercampur dengan air mata yang jatuh di pipinya. Tapi ia tetap di sana, menatap nisan dengan penuh cinta, seakan sedang berbicara dengan orang yang telah tiada. Dalam diam, ia berharap—semoga doanya sampai, menembus langit, membawa pesan rindu yang tak pernah usang.

Sementara itu, para pedagang bunga dan air wudu di TPU Punggolaka tetap bertahan meski dagangan mereka tak seramai biasanya. Wa Ode Hermiati, salah seorang penjual, mengaku hujan membuat pembeli berkurang, namun ia tetap berjualan demi mencari rezeki.

“Kurang laris, apalagi di depan lorong sudah banyak yang jualan. Tapi kalau jalanan macet, biasanya ada yang beli,” katanya sambil mengelap wajahnya yang basah.

Ia menjual bunga dan air seharga Rp5.000 per item. Meski tak banyak keuntungan yang didapat hari itu, ia tetap bertahan karena tahu bahwa ziarah menjelang Ramadhan adalah tradisi yang akan terus hidup.

Bagi para peziarah, hujan bukan penghalang. Mereka tetap datang, membawa rindu dan doa, mengirimkan cinta yang tak akan pernah luntur meski jarak antara dunia dan akhirat memisahkan. (A/ST)

 

Laporan: Bambang Sutrisno

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan