SULTRATOP.COM, BUTENG – Gelap menyelimuti setiap sudut Gua Pasampano. Hanya suara gemericik air yang terdengar, memantul dari dinding-dinding batu yang dingin. Di sinilah, di sebuah terowongan alami yang memanjang sejauh satu kilometer, petualangan dimulai.
Terletak di Desa Bantea, Kecamatan Gu, Buton Tengah, Gua Pasampano bukan sekadar gua biasa—ia adalah pintu gerbang menuju pengalaman menantang sekaligus menyenangkan, di mana keindahan alami dan adrenalin berpadu dalam harmoni sempurna.
Dikenal juga sebagai Terowongan Pasampano, gua ini memiliki ketinggian sekitar tiga meter dan lebar tiga hingga empat meter, cukup lapang untuk orang dewasa berjalan tegak. Namun, perjalanan di dalamnya tidak selalu mudah.
Di beberapa titik, pengunjung harus menunduk untuk melewati bagian gua yang lebih rendah. Meski begitu, mulut gua yang luas memastikan suplai oksigen tetap memadai, bahkan jika ada puluhan orang di dalamnya.
Kontur Gua Pasampano yang cenderung datar memberikan kemudahan bagi penjelajah untuk mengeksplorasi setiap sudutnya. Namun, karakter gua yang berair menambah tantangan tersendiri. Saat musim kemarau seperti sekarang, air hanya setinggi lutut, tetapi di musim penghujan, debit air meningkat drastis hingga memenuhi hampir seluruh ruang gua. Gua ini sebenarnya merupakan sumber mata air alami, meski alirannya tidak terlalu deras.
Pengalaman menjelajahi Gua Pasampano telah dirasakan oleh Rabiatul Adawiyah, mahasiswi Universitas Muhammadiyah Buton (UMB) yang tengah menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Bantea.
Ia menceritakan betapa menegangkan sekaligus memikatnya perjalanan itu. Dari saat pertama kali melangkah masuk, ia sudah dihadapkan pada tantangan. Kawanan kelelawar yang beterbangan menyambut mereka di mulut gua, memberi kesan misterius yang langsung memacu adrenalin.
“Awalnya memang menakutkan, karena gelap dan kita tidak tahu apa yang ada di dasar sana,” kenang Rabiatul kepada Sultratop.com, 6 November 2024.
Ia dan kawan-kawannya memasuki gua dengan peralatan seadanya. Mereka berjalan perlahan, menyusuri aliran air dingin yang mengalir di sepanjang dasar gua.
Setiap langkah terasa seperti petualangan baru. Pandangan yang terbatas oleh gelapnya gua membuat perjalanan terasa tak berujung. Namun, rasa takut itu perlahan tergantikan oleh rasa kagum.
Dinding-dinding gua dihiasi ornamen alami yang menakjubkan, dari stalaktit yang menjuntai hingga tekstur batuan yang unik. Bagi Rabiatul, keindahan itu adalah hadiah atas keberanian mereka melangkah masuk.
Meskipun pengalaman ini sangat berkesan, Rabiatul berharap pemerintah daerah bisa mengembangkan potensi Gua Pasampano lebih lanjut. Ia meyakini, dengan pengelolaan yang baik, gua ini bisa menjadi destinasi wisata unggulan di Buton Tengah. Fasilitas keselamatan, seperti jalur panduan dan peralatan standar, perlu disediakan agar pengunjung bisa menjelajahi gua dengan lebih nyaman dan aman.
Gua Pasampano adalah bukti nyata bahwa alam memiliki cara tersendiri untuk memukau siapa pun yang berani menjelajahinya. Gelap, dingin, dan penuh misteri, namun menyimpan keindahan yang sulit dilupakan.
Gua Pasampano Jadi Magnet Baru di Buton Tengah
La Ari, seorang penggiat wisata dari Desa Bantae, melihat Gua Pasampano sebagai destinasi dengan potensi besar untuk dikembangkan menjadi wisata susur gua. Menurutnya, jenis wisata seperti ini sangat langka, bahkan mungkin belum ada di Sulawesi Tenggara.
Dengan keunikan yang dimiliki, ia yakin terowongan berair sepanjang satu kilometer ini bisa menjadi daya tarik tersendiri dan jadi magnet baru bagi para pencinta alam dan petualangan.
Keistimewaan Gua Pasampano tak hanya terletak pada panjangnya yang memukau, tetapi juga pada ekosistem unik yang hidup di dalamnya. Ari bercerita bahwa pengunjung sering disambut oleh ikan-ikan terapi yang akan mengerumuni kaki mereka, memberikan sensasi seperti perawatan spa alami.
Selain itu, terdapat pula ikan mujair dan lele yang menjadi sumber tangkapan bagi warga sekitar. Kombinasi keindahan alami dan keunikan ini menjadikan Gua Pasampano sebagai destinasi yang berbeda dari kebanyakan.
Sebagai bagian dari komunitas pencinta alam Bantae, Ari dan rekan-rekannya berupaya memperkenalkan keajaiban terowongan ini ke dunia luar. Mereka mengelola wisata ini secara sederhana, tanpa fasilitas modern atau tarif masuk resmi.
“Kami murni ingin mengenalkan Gua Pasampano ke lebih banyak orang. Jika ada yang ingin menjelajah, kami selalu siap mengantar tanpa mematok bayaran,” ujar Ari.
Ia berharap pengalaman yang disuguhkan mampu memotivasi pengunjung untuk menyebarkan cerita tentang keindahan Gua Pasampano kepada lebih banyak orang.
Sejak pertama kali dibuka pada 2018, antusiasme terhadap gua ini terus meningkat. Ari mengungkapkan bahwa pengunjung yang datang tidak hanya berasal dari masyarakat lokal, tetapi juga dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Yogyakarta, Papua, Balikpapan, dan Bandung. Mereka datang dengan latar belakang yang beragam, mulai dari warga biasa hingga komunitas mahasiswa yang tertarik melakukan penelitian.
Ari merasa optimistis karena dukungan terhadap Gua Pasampano terus bertambah. Banyak pencinta lingkungan dan penggiat wisata yang mulai melirik potensi besar terowongan ini. Ia percaya bahwa dengan pengelolaan yang lebih baik, Gua Pasampano dapat menjadi salah satu destinasi unggulan di Buton Tengah.
“Kami ingin Desa Bantae dikenal sebagai desa dengan wisata terowongan yang menakjubkan. Ini kebanggaan kami dan kami ingin dunia mengetahuinya,” tutupnya penuh semangat.
Akses ke Buton Tengah
Buton Tengah merupakan daerah penghubung antara Kota Baubau dan Kabupaten Muna. Ada banyak cara untuk mengakses daerah pemekaran dari Kabupaten Buton ini.
Pertama lewat Kota Kendari, bisa memilih naik kapal cepat ke Raha, Kabupaten Muna melalui Pelabuhan Nusantara Kendari. Tiba di Pelabuhan Raha, kembali melanjutkan perjalanan ke Buteng, bisa menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat dengan waktu tempuh sekitar dua jam.
Nah Gua Posampano terletak di perbatasan antara Muna dan Buton Tengah. Hanya sekitar 300 meter dari gerbang perbatasan antara Muna dan Buton Tengah.
Rute lainnya, Anda bisa memilih naik kapal cepat dari Kendari ke Baubau. Tersedia juga akses penerbangan ke Baubau.
Setelah tiba di Baubau, melanjutkan perjalanan lagi menggunakan perahu motor dari Pelabuhan Katinting menuju ke Pelabuhan Wamengkoli. Dari pelabuhan tersebut, Anda bisa langsung ke perbatasan Buton Tengah – Muna, lokasi gua.
Jika dari Kendari dan ingin membawa kendaraan sendiri ke Buteng, Anda bisa memilih jalur Pelabuhan Feri Torobulu di Konawe Selatan. Kemudian bisa melanjutkan perjalanan ke perbatasan Buton Tengah – Muna dengan waktu tempuh kurang lebih tiga jam.
Selain wisata gua, Buton Tengah menyimpan sederet objek wisata menarik lainnya. Ada wisata sejarah berupa benteng peninggalan Kesultanan Buton, seperti Benteng Kota Bombonawulu, Benteng Wasilomata, dan Benteng Gumanano.
Untuk wisata pantai bisa ditemui berbagai pantai berpasir putih, seperti Pantai Mutiara, Pantai Katembe, Pantai Lamena, dan masih banyak lagi. Salah satu pantai terkenal di daerah ini yakni Pantai Mutiara yang berada di Desa Gumanano, Kecamatan Mawasangka. (—)
Reporter: Tim Redaksi
Editor: Jumriati