SULTRATOP.COM – Gubernur Sulawesi Tenggara (Sultra), Andi Sumangerukka (ASR), mendorong lahirnya era baru ekonomi daerah dengan mempercepat hilirisasi tebu, mete, dan kakao. Langkah ini bukan hanya untuk meningkatkan nilai tambah komoditas perkebunan, tetapi juga membuka peluang kerja luas dan mengurangi ketergantungan Sultra pada sektor tambang.
ASR ingin memastikan masyarakat merasakan manfaat ekonomi yang lebih berkelanjutan, merata, dan berpihak pada petani. Ia berkomitmen menjadikan hilirisasi sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi daerah.
Sedikitnya terdapat tujuh komoditas unggulan yang dinilai memiliki nilai strategis untuk dikembangkan melalui industrialisasi, yaitu tebu, jambu mete, kelapa, kakao, aren, sagu, sawit, dan nilam. Dari tujuh komoditas tersebut, tebu, jambu mete, dan kakao telah masuk dalam program hilirisasi nasional.
Fokus itu semakin dipertegas setelah Gubernur ASR bersama sejumlah gubernur lainnya menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) komitmen pemenuhan data Calon Petani dan Calon Lokasi (CPCL) dengan Menteri Pertanian Amran Sulaiman pada September 2025 lalu.
Beberapa waktu lalu, ASR juga menyampaikan bahwa hilirisasi tebu akan menjadi fokus utama pada tahap awal tindak lanjut kesepakatan tersebut. Untuk itu, Pemprov Sultra kini tengah menyiapkan pembangunan pabrik tebu di Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) sebagai langkah konkret mendorong lahirnya pusat industri baru di wilayah tersebut.
Kepala Dinas Perkebunan dan Hortikultura Sultra, La Ode Muhammad Rusdin Jaya, mengatakan ada tiga pabrik yang akan dibangun selama masa kepemimpinan ASR, yakni pabrik mete, kakao, dan tebu. Sesuai road map hilirisasi, pabrik mete direncanakan dibangun di Kabupaten Bombana, pabrik kakao di Kolaka Utara, dan pabrik tebu di Konawe Selatan.
Namun, pembangunan ketiga pabrik itu direncanakan mulai pada 2028, setelah sektor hulu disiapkan secara bertahap pada 2025, 2026, dan 2027.
“Pembangunan pabrik ini akan dilakukan karena selama ini sebagian besar komoditas perkebunan masih dijual dalam bentuk mentah sehingga nilai tambahnya rendah,” ungkap Rusdin di Kendari pada Senin (17/11/2025).
Selain tiga komoditas tersebut, hasil rapat di Kementerian Pertanian juga mendorong Sultra untuk memperkuat rencana pembangunan pabrik kelapa guna menghubungkan industri kecil, menengah, dan besar dalam satu rantai pasok yang utuh. Namun, rencana tersebut masih dalam tahap pembahasan.
Pembangunan berbagai pabrik itu diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru untuk mendukung program unggulan Semua Mudah Dapat Kerja (SAMUDRA). Dengan hilirisasi, Pemprov Sultra berharap semakin banyak tenaga kerja terserap dan perekonomian daerah dapat tumbuh lebih sehat, stabil, dan tidak lagi bergantung pada sektor pertambangan. (Adv)















