21 November 2024
Indeks

Deputi Gubernur BI Sebut Literasi Ekonomi Syariah di Indonesia Baru Capai 28 Persen

  • Bagikan
Deputi BI Deputi Gubernur BI Sebut Literasi Ekonomi Syariah di Indonesia Baru Capai 28 Persen
Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung saat memberi sambutan dalam Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Kawasan Timur Indonesia (KTI) 2024 di salah satu hotel di Kendari pada Senin (8/7/2024). (Foto: Istimewa)

SULTRATOP.COM, KENDARI – Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Juda Agung menyebut literasi ekonomi syariah di Indonesia hingga saat ini baru mencapai 28 persen.

Hal tersebut disampaikannya dalam sambutan pada pembukaan Festival Ekonomi Syariah (FESyar) Kawasan Timur Indonesia (KTI) 2024 di salah satu hotel di Kendari pada Senin (8/7/2024).

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

“Artinya dari 100 orang di Indonesia baru 28 orang yang memahami mengenai ekonomi dan keuangan syariah,” ungkapnya.

Kendati demikian, ia menyatakan bahwa target ke depan sebesar 50 persen pada 2025 masih terus diupayakan. Ia menyebut bahwa hal itu merupakan salah satu dari 4 tantangan yang harus diselesaikan bersama.

Tantangan lainnya yaitu masih tingginya ketergantungan masyarakat terkait bahan makanan dari luar negeri, rendahnya pangsa keuangan syariah yang disebabkan oleh inovasi produk syariah yang terbatas dan basis investor keuangan syariah yang belum kuat.

Serta potensi pasar yang besar baik dari dalam negeri maupun luar negeri belum bergerak dengan baik, seperti potensi yang sangat besar untuk menjadi pusat mode fesyen dunia. Untuk itu, BI menyiapkan enam upaya dalam mengatasi hal tersebut yang perlu disinergikan bersama stakeholder terkait.

Pertama, pengembangan ekosistem makanan halal, dalam hal ini akselerasi sertifikasi rumah potong hewan perlu terus dilakukan, sebab untuk memastikan konsumsi masyarakat bersumber dari produk halal.

Kedua, perlunya akselerasi guna memperkuat jaminan produk pengembangan mode fashion bagi para perancang dan pengusaha, melalui event fashion untuk menjadi rujukan dunia guna meningkatkan brand.

Ketiga, perlunya pengembangan ekonomi pesantren yang memiliki potensi besar seperti ketersediaan SDM yang punya karakter, serta melakukan penguatan dan perluasan ekosistem pertanian, perikanan dan peternakan di pesantren.

Keempat, pengembangan keuangan syariah sebagai regulator untuk mendorong inovasi kebijakan dan instrumen pasar keuangan sebagai alternatif skema pembiayaan serta pendanaan syariah.

Kelima, pengembangan digitalisasi menjadi keharusan untuk mendorong industri halal maupun keuangan syariah untuk mengembangkan dan mengintegrasikan pengelolaan wakaf.

Serta, keenam literasi dan edukasi pada penggunaan produk halal dan keuangan syariah yang menjadi perhatian bersama guna mencapai target literasi ekonomi syariah sebesar 50 persen di tahun 2025. (—)

Kontributor: Ismu Samadhani

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan