20 July 2025
Indeks

Danau Motonuno di Muna: Keindahan Alam, Kisah Kelam, dan Surga Penyelam Dunia

  • Bagikan
Danau Motonuno di Muna: Keindahan Alam, Kisah Kelam, dan Surga Penyelam Dunia
Danau Motonuno di Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna. (Sumber: sisparnas.kemenparekraf.go.id)

SULTRATOP.COM, MUNA – Tersembunyi di balik keasrian alam Sulawesi Tenggara (Sultra), Danau Motonuno bukan sekadar tempat wisata yang indah. Ia menyimpan kisah kelam, menjadi sumber kehidupan masyarakat, dan kini juga menjelma sebagai destinasi wisata ekstrem yang memikat penyelam dari seluruh dunia.

Terletak di Desa Lakarinta, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, danau ini berada tak jauh dari Pantai Meleura—salah satu objek wisata andalan masyarakat Muna. Dengan luas sekitar satu hektare lebih, Danau Motonuno menawarkan air yang jernih dan dingin meski cuaca di sekitarnya terasa terik.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Dari kejauhan, airnya tampak kebiru-biruan, namun di bagian terdalam terlihat hitam pekat, menciptakan suasana misterius yang menggoda rasa penasaran.

Selain itu, ikan-ikan dan udang yang hidup di dalam danau semakin menambah keindahan alam bawah air yang jarang ditemukan di tempat lain.

Bagian tepi danau yang tidak terlalu dalam dimanfaatkan warga sekitar maupun wisatawan untuk mandi-mandi. Sementara itu, bagian terdalam danau justru menarik para penyelam profesional untuk menjelajah lebih jauh ke dalamnya.

Lebih dari sekadar tempat wisata, Danau Motonuno juga menjadi sumber air bersih utama bagi masyarakat sekitar. Airnya yang mengalir dari mata air alami dimanfaatkan untuk kebutuhan harian warga Kecamatan Lohia.

“Danau ini masih sangat asri, dan airnya jernih. Dulu banyak cerita mistis tentang tempat ini, tetapi sekarang sudah memudar seiring dengan semakin banyak wisatawan yang datang,” ujar Falahudin, Kepala Desa Lakarinta kepada Sultratop.com.

Namun, bukan keindahan semata yang menjadikan Danau Motonuno istimewa. Di balik ketenangannya, tersimpan kisah kelam yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat.

Ratusan tahun silam, sekitar 30 keluarga pengungsi mendirikan permukiman di daerah ini, tak jauh dari Pantai Meleura. Mereka hidup damai, hingga suatu ketika kemarau panjang melanda.

Dalam keputusasaan, beberapa warga mencampurkan air dari Danau Wulamoni ke sumber air desa, sebuah tindakan yang diyakini melanggar adat. Danau ini terletak tidak jauh dari pantai Meleura.

Tak lama setelah itu, badai datang. Hujan deras dan angin kencang mengguyur desa selama tujuh malam tanpa henti. Pada malam ketujuh, bumi seolah terbuka dan menelan seluruh kampung.

Esok harinya, hanya danau yang tersisa. Hening, dalam, dan misterius. Sejak saat itu, tempat ini dikenal sebagai Motonuno, yang dalam bahasa lokal berarti “yang tenggelam”.

Dunia Bawah Air yang Menantang

Dalam beberapa tahun terakhir, keunikan Danau Motonuno mulai menarik perhatian wisatawan mancanegara. Selain kejernihan air dan ketenangan permukaannya, danau ini menyimpan labirin gua bawah air yang menghubungkan tiga danau sakral di kawasan ini: Danau Motonuno, Danau Hitam, dan Danau Kuning.

“Di dalamnya banyak tembusan. Dari Danau Motonuno ke Danau Hitam hanya sekitar 50 meter lewat terowongan bawah air. Dan dari Danau Hitam ke Danau Kuning, jaraknya sekitar 100 meter,” jelas Falahudin.

Tak heran, para penyelam profesional dari mancanegara seperti dari Rusia hingga Turki datang hanya untuk merasakan sensasi menyelam di dalam gua-gua alami yang gelap dan sunyi, tempat di mana suara napas sendiri bisa terdengar seperti gema masa lalu.

Danau Hitam dan Danau Kuning, sesuai namanya, tampak berwarna gelap dari kejauhan: hitam dan kekuningan. Namun, saat mendekat, airnya sejernih kaca, memperlihatkan dasar danau yang tenang namun penuh misteri.

Kini Jadi Ruang Petualangan dan Refleksi

Dahulu dikenal dengan kisah-kisah mistis yang membuat banyak orang enggan mendekat, Danau Motonuno kini menjelma menjadi destinasi wisata yang memadukan keindahan alam dan tantangan petualangan.

Dari sumber air utama masyarakat hingga titik selam ekstrem yang memikat wisatawan mancanegara, danau ini menawarkan pengalaman reflektif sekaligus menggetarkan jiwa.

“Yang lebih penting sekarang adalah menjaga kelestarian danau ini, dan memberi kesempatan kepada wisatawan untuk menikmati keindahan dan keunikannya,” kata Falahudin.

Meski begitu, adat dan aturan lokal tetap dijaga. Salah satunya adalah prinsip “Nohala Wamba”, larangan berkata kasar atau bertindak semena-mena di sekitar danau sebagai bentuk penghormatan terhadap alam yang telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat selama berabad-abad.

Danau Motonuno hari ini berdiri sebagai ruang di mana alam, kisah kelam, dan petualangan berpadu menjadi satu. Ia adalah tempat yang tidak hanya memberikan air bagi kehidupan, tetapi juga pengalaman mendalam bagi jiwa yang ingin menjelajah.

Danau ini bukan hanya tempat untuk dikunjungi, tapi juga untuk dihargai sebagai warisan alam dan budaya yang tak tergantikan. (Ad/ST)

 

Laporan: Tim Redaksi

Follow WhatsApp Channel Sultratop untuk update berita terbaru setiap hari

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan