1 July 2025
Indeks

Danau Biru Walasiho: Jejak Sang Putri Mokole di Karst Kolaka Utara

  • Bagikan
Danau Biru Walasiho: Jejak Sang Putri Mokole di Karst Kolaka Utara
Sebelum dikenal dengan nama Danau Biru, warga setempat menyebutnya Matandahi, yang berarti “matanya air laut”.

SULTRATOP.COM, KOLUT — Danau Biru di Desa Walasiho, Kecamatan Wawo, Kolaka Utara (Kolut), menawarkan pesona alam yang memukau dan menenangkan. Dikelilingi tebing karst menjulang tinggi serta rimbunnya pepohonan hijau, danau ini menciptakan suasana oase sunyi di ketinggian.

Keindahan ini seolah memisahkan pengunjung dari hiruk-pikuk dunia luar, menjadikannya destinasi sempurna untuk relaksasi dan menikmati keheningan alam.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Sebelum dikenal dengan nama Danau Biru, warga setempat menyebutnya Matandahi, yang berarti “matanya air laut”. Nama ini muncul karena danau itu berdekatan dengan laut, hanya dipisahkan tebing, meskipun lokasinya berada di ketinggian.

Danau ini ditemukan jauh sebelum daerah itu memiliki jalanan dan akses wisata. Para leluhur mencapainya dengan menyusuri hutan dan sungai menggunakan perahu. Di tengah kesunyian dan bebatuan karst yang menjulang, mereka menemukan telaga bundar, tenang, dan berwarna biru bening seperti kaca. Tak beriak, tak bising, hanya keheningan yang menyentuh hati.

“Orang-orang tua tahu, ini bukan tempat biasa. Ini adalah ciptaan Tuhan yang luar biasa,” ujar Teli, Kepala Desa Walasiho, kepada Sultratop.com. Nenek dari Teli termasuk dalam rombongan yang menemukan danau tersebut.

Sejak dulu, Danau Biru dijaga dengan rasa hormat yang mendalam. Tak seorang pun berani bersikap sembarangan, karena diyakini tempat ini menyimpan jejak masa silam yang melampaui batas nalar manusia.

Kisah Sang Putri Mokole

Di balik keheningannya, masyarakat setempat menyimpan tentang Putri Mokole, dari sebuah kerajaan kuno yang konon berdiri di wilayah Sulawesi Tenggara. Putri tersebut, meskipun hidup dalam kemewahan, merasakan kegelisahan yang tak terjawab. Ada satu keinginan yang tak pernah terpenuhi.

Ia memilih meninggalkan istana dan menyusuri hutan, mencari kedamaian. Perjalanannya berakhir di sebuah lembah tersembunyi, dikelilingi batu kapur dan pepohonan lebat. Di situlah ia berdiam diri, bermeditasi, dan menenangkan hatinya.

Setelah keinginannya terpenuhi, sang putri pergi. Tapi dari tempat ia dulu duduk, mengalir mata air. Lama-kelamaan air itu memenuhi cekungan bumi, membentuk danau jernih kebiruan, yang kini dikenal sebagai Danau Biru.

Bagi warga lokal, danau ini adalah simbol: tempat di mana luka menjadi keindahan, dan air mata menjadi sumber kehidupan.

Menurut Teli, danau ini dianggap sakral bahkan bisa dibilang mistis. Dulu, katanya, hujan bisa turun tiba-tiba di danau meski langit sedang cerah, seperti peringatan halus bahwa tempat ini harus dihormati.

Meski memiliki keindahan, hingga awal 2000-an, Danau Biru nyaris tak dikenal dunia luar. Di jazirah Kolaka, objek wisata yang populer saat itu hanyalah Sungai Tamborasi, yang dikenal sebagai sungai terpendek di dunia.

Barulah setelah Kabupaten Kolaka Utara mekar dari Kabupaten Kolaka pada akhir 2003, potensi wisata alam seperti Danau Biru mulai mendapat perhatian. Puncaknya terjadi saat Rusda Mahmud menjadi bupati definitif pertama daerah itu, pengembangan danau sebagai destinasi wisata mulai dibahas, meskipun masih terbatas oleh anggaran.

Karena aroma mistisnya, sebelum dibuka untuk publik terlebih dahulu dilakukan ritual untuk meminta perlindungan. Setelah itu, akses mulai dibuka, infrastruktur diperbaiki, berbagai fasilitas dibangun, dan Danau Biru pun mulai dikenal sebagai destinasi unggulan Kolaka Utara.

Kini, wisatawan dapat mengakses lokasi dengan mudah dari Lasusua, ibu kota Kolaka Utara. Setiap musim libur atau Idulfitri, pengunjung tumpah ruah berdatangan menikmati suasana tenang dan udara sejuk.

Di sini wisatawan dapat menikmati berbagai aktivitas, antara lain berenang di air jernih yang menyegarkan, snorkeling menikmati keindahan bawah danau, berkeliling dengan perahu karet, berfoto di spot-spot estetik berlatar tebing kapur, dan tentu menikmati panorama batuan karst dan hutan tropis.

Bagi pencinta fotografi, pantulan cahaya di atas air biru menciptakan lanskap alami yang menakjubkan. Sebuah studio alam terbuka.

Cara Menuju Danau Biru

Terdapat dua rute utama menuju Danau Biru. Dari Kendari – Perjalanan darat sekitar 6 jam ke Kolaka Utara. Sementara, dari Kolaka – Rute lebih singkat, hanya sekitar 2 jam ke lokasi.

Meski akses kini mudah, masyarakat berharap setiap pengunjung tetap menjaga kesakralan tempat ini. Jangan sombong dan takabur.

Danau Biru bukan hanya danau. Ia adalah warisan spiritual, tempat di mana keindahan dan keheningan berpadu. Ditemukan oleh para leluhur, dan dijaga oleh cerita seorang putri. (Ad/ST)

 

Laporan: Tim Redaksi

Follow WhatsApp Channel Sultratop untuk update berita terbaru setiap hari

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan