20 September 2025
Indeks

Cuaca Panas Ekstrem di Kendari Picu Risiko Kanker Kulit dan Autoimun, Ini Penjelasan Dokter

  • Bagikan
Cuaca Panas Ekstrem di Kendari Picu Risiko Kanker Kulit dan Autoimun, Ini Penjelasan Dokter
Gambar ilustrasi cuaca panas di Kota Kendari. (Foto: Bambang Sutrisno Sultratop.com)

SULTRATOP.COM, KENDARI — Cuaca panas ekstrem mulai dirasakan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara. Volume hujan terus menurun, sementara suhu udara kian meningkat dalam beberapa hari terakhir.

Peningkatan suhu ini berdampak langsung pada kesehatan masyarakat, terutama pada kulit yang merupakan organ paling rentan terhadap perubahan iklim.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Dokter Spesialis Kulit, dr. Shinta N. Barnas, mengungkapkan bahwa pemanasan global meningkatkan paparan sinar ultraviolet (UV), yang bisa memicu berbagai masalah kulit hingga risiko kanker, terutama bagi individu dengan riwayat penyakit kulit atau warna kulit sangat terang (putih).

“Saat ini saya banyak menangani pasien eksim dan autoimun yang kambuh lebih parah akibat paparan sinar matahari,” ujar dr. Shinta kepada Sultratop.com, Sabtu (20/9/2025).

Ia juga menjelaskan bahwa paparan sinar UV dapat menyebabkan keringat berlebih, infeksi jamur, jerawat yang memburuk, hingga penuaan dini. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya penggunaan sunscreen minimal SPF 30, yang dioleskan 30 menit sebelum keluar rumah dan diulang setiap 2–3 jam.

Selain sunscreen, masyarakat juga disarankan menggunakan perlindungan tambahan seperti pakaian lengan panjang, masker, kacamata hitam, sarung tangan, dan topi.

“Sunscreen sebaiknya digunakan tidak hanya di wajah, tetapi juga di tubuh, karena sinar UV tetap bisa menembus pakaian, apalagi yang berbahan tipis atau berwarna gelap,” jelasnya.

Penjualan Sunscreen Meningkat

Lonjakan suhu ini turut berdampak pada meningkatnya penjualan produk sunscreen di berbagai toko kosmetik di Kota Kendari.

Owner Sipurennue Kosmetik, Ical, yang berlokasi di Mall Mandonga mengaku penjualan sunscreen melonjak drastis dalam dua bulan terakhir.

“Dalam sehari bisa terjual lebih dari 50 produk sunscreen. Dalam sebulan bisa mencapai ratusan,” jelasnya.

Hal serupa diungkapkan pegawai toko kosmetik Beauty Cabang Mandonga dan Kadia, yang mengatakan bahwa sunscreen dari berbagai merek menjadi incaran utama pelanggan, khususnya kaum perempuan.

“Cuaca panas ternyata membawa berkah bagi penjualan. Sehari bisa terjual puluhan hingga ratusan,” ujarnya.

Cuaca Panas Ekstrem di Kendari Picu Risiko Kanker Kulit dan Autoimun, Ini Penjelasan Dokter
Produk sunscreen (kiri) dan produk sunblock (kanan) paling diincar di Kota Kendari saat musim panas. (Foto: Bambang Sutrisno Sultratop.com)

Warga Kendari, Kusmawati, juga mengungkapkan pentingnya rutin menggunakan sunscreen di tengah cuaca ekstrem.

“Bagi saya, sunscreen bukan hanya skincare tapi pelindung kulit utama. Saya pakai pagi dan sore setiap hari,” ungkapnya.

Berikut beberapa produk sunscreen yang paling banyak dicari di Kendari:

Wardah UV Shield Aqua Fresh 30ml: Rp50 ribu – Rp59 ribu

Skin Aqua UV Milk S 40g: Rp57 ribu – Rp60 ribu

Triple Care Sunscreen SPF 50 PA 40ml – Rp68 ribu – Rp88 ribu

Kahf Sunscreen Moisturizer 30ml – Rp35 ribu – Rp41 ribu

Vaseline Sunblock SPF 30 PA 100ml – Rp35 ribu – Rp47 ribu

Fenomena Equinox Sebabkan Suhu Meningkat

Prakirawan BMKG Maritim Kendari, I Made Wahyu Gana Putra, menjelaskan bahwa kondisi panas ini disebabkan oleh minimnya tutupan awan, sehingga sinar matahari langsung menyinari permukaan bumi tanpa halangan.

“Radiasi matahari yang langsung mengenai permukaan tanah menyebabkan suhu siang hari terasa lebih panas,” jelasnya.

Selain itu, saat ini wilayah Sultra juga sedang memasuki periode menjelang fenomena Equinox, yaitu saat matahari berada tepat di atas garis khatulistiwa, yang meningkatkan intensitas radiasi matahari ke bumi.

Data BMKG per 17 September 2025 menunjukkan suhu tertinggi tercatat di:

Stasiun Meteorologi Sangia Ni Bandera, Kolaka – 34,9°C

Stasiun Meteorologi Beto Ambari, Baubau – 34,3°C

Stasiun Meteorologi Maritim Kendari – 31,4°C

Musim kemarau diperkirakan mencapai puncaknya pada Oktober 2025, sementara pantauan tanggal 19 September 2025 menunjukkan adanya tiga titik panas di Kabupaten Konawe dan Kabupaten Bombana.

“Kami mengimbau masyarakat agar tidak membakar sampah atau lahan sembarangan. Saat musim kemarau seperti ini, lahan sangat mudah terbakar akibat tingginya suhu dan titik panas,” pungkas Wahyu. (A/ST)

Laporan: Bambang Sutrisno

Follow WhatsApp Channel Sultratop untuk update berita terbaru setiap hari

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan