SULTRATOP.COM, MUNA BARAT – Kisah cinta tak mengenal batas, bahkan di tengah keterbatasan. LOM dan WT, pasangan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), akhirnya melangsungkan ijab kabul setelah kisah kasih mereka bersemi dari pertemuan sederhana di pos ronda perbatasan Desa Maperaha dan Desa Guali.
Keduanya resmi mengikat janji di kediaman mempelai laki-laki, LOM, di Desa Maperaha, Kecamatan Sawerigadi, Kabupaten Muna Barat (Mubar), Selasa (17/12/2024). Prosesi ijab kabul ini berlangsung sederhana, namun penuh kebahagiaan. Dengan didampingi orang tua adat dan keluarga kedua belah pihak, pasangan tersebut sah menikah secara adat.
Sebelum ijab kabul digelar, mempelai laki-laki bersama rombongan tokoh adat terlebih dahulu menjalankan prosesi adat di kediaman mempelai perempuan di Desa Guali, Kecamatan Kusambi.
Plt Kepala Desa Maperaha, Damulin, yang turut mengawal jalannya pernikahan, mengaku bersyukur proses ijab kabul berjalan lancar. Ia bahkan ikut berperan mengurus kedua mempelai agar prosesi sakral ini bisa terlaksana.
“Kedua mempelai ini adalah ODGJ. Alhamdulillah, ijab kabul mereka berjalan lancar. Ini adalah kebahagiaan bagi semua keluarga,” ujar Damulin melalui sambungan telepon, Selasa malam.
Damulin mengungkapkan bahwa pertemuan LOM dan WT bermula dari seringnya mereka bertemu di pos ronda yang berada di jembatan perbatasan antara Desa Maperaha dan Desa Guali. Seiring waktu, rasa saling suka tumbuh di antara keduanya hingga mendapat restu dari keluarga masing-masing.
“Setelah dinikahkan, kondisi kesehatan keduanya perlahan membaik. Ini masih ijab kabul secara adat, nanti kita lihat perkembangannya ke depan untuk pernikahan secara hukum,” jelas Damulin.
Ia berharap pernikahan ini menjadi awal bagi kedua mempelai untuk bisa hidup lebih sehat dan menjalani kehidupan normal seperti masyarakat pada umumnya.
TF, sepupu dari LOM, turut merasa bahagia dan mendukung pernikahan tersebut. Ia bercerita bahwa sebelum dinikahkan, pasangan ini sering tinggal bersama di pondok kebun milik warga sekitar. Bahkan, LOM sempat bersikeras mempertahankan WT sebagai istrinya ketika keluarga perempuan ingin membawanya pulang.
“Saya yang membawa mempelai laki-laki ke rumah mempelai perempuan untuk dinikahkan. Mereka memang sudah lama bersama dan saling menyayangi,” ujar TF.
TF menambahkan, pihak keluarga berharap pernikahan ini membawa perubahan positif bagi LOM dan WT. Dengan hidup bersama sebagai pasangan sah, kondisi kesehatan dan pemikiran mereka diharapkan bisa kembali normal.
“Harapan kami, pernikahan ini dapat menjadi berkah dan membawa mereka hidup seperti masyarakat lain, kembali sehat dan produktif,” tutupnya. (A/ST)
Kontributor: Adin