21 November 2024
Indeks

Bahaya Tersembunyi di Balik Tren Pernikahan Beda Negara di Konawe, Konsel, Konut, dan Kendari

  • Bagikan
Bahaya Tersembunyi di Balik Tren Pernikahan Beda Negara di Konawe, Konsel, Konut, dan Kendari
Ilustrasi

SULTRATOP.COM, KENDARI – Di tengah kemajuan pembangunan dan geliat industri pertambangan di Sulawesi Tenggara (Sultra), fenomena baru mulai menarik perhatian masyarakat dan pemerintah setempat.

Pernikahan campuran antara Warga Negara Asing (WNA) dan Warga Negara Indonesia (WNI) semakin marak terjadi di beberapa kabupaten, termasuk Konawe, Konawe Selatan (Konsel), Konawe Utara (Konut), dan Kota Kendari. Fenomena ini tidak hanya mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat, tetapi juga menimbulkan berbagai persoalan.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Sepanjang tahun 2023 hingga September 2024, tren pernikahan beda negara ini terus meningkat, di mana mayoritas WNA yang terlibat berasal dari negara China. Di wilayah tambang seperti Konawe, Konsel, dan Konut, para WNA yang datang dengan visa kerja kerap kali menjalin hubungan dengan warga lokal, yang kemudian berlanjut ke jenjang pernikahan.

Kepala Bidang Intelijen dan Penindakan Keimigrasian Kemenkumham Sultra, Amar Buchdiansyah, memberikan pandangan kritis terhadap tren tersebut. Ia menekankan pentingnya pemahaman yang mendalam bagi masyarakat lokal mengenai konsekuensi jangka panjang dari pernikahan antarbangsa.

“Banyak warga yang terpikat oleh iming-iming kehidupan lebih baik ketika menikah dengan WNA, namun sering kali mereka tidak menyadari bahwa pernikahan ini memiliki risiko besar, terutama ketika WNA tersebut kembali ke negara asal mereka,” ujar Amar kepada Sultratop.com pada Senin (23/9/2024).

Amar menceritakan beberapa kasus yang pernah ia tangani, di mana wanita lokal ditinggalkan oleh suami asing mereka setelah masa kontrak kerja habis.

“Setelah masa kontrak selesai, mereka pulang ke negaranya, meninggalkan istri dan anak di sini. Tidak jarang wanita-wanita ini harus berjuang sendirian membesarkan anak, bahkan dalam beberapa kasus, pria asing itu masih memiliki keluarga di negara asalnya yang tak diketahui oleh istri lokalnya,” ungkapnya dengan prihatin.

Menurut Amar, Kantor Urusan Agama (KUA) harus lebih ketat dalam menangani pernikahan campuran ini. Salah satu langkah penting adalah meminta surat izin dari kedutaan besar negara asal WNA, misalnya dari Kedutaan Besar China.

“Ini penting untuk memastikan bahwa WNA yang bersangkutan tidak terlibat dalam pernikahan di negara asalnya. Surat ini juga menjadi bentuk kepastian bahwa pemerintah negara asal WNA ikut bertanggung jawab jika terjadi masalah di kemudian hari,” jelas Amar.

Amar juga mengingatkan masyarakat agar tidak terjebak dalam stereotip bahwa semua orang asing, terutama dari negara China atau Barat, memiliki kekayaan melimpah.

“Sering kali, masyarakat lokal salah menilai bahwa orang asing pasti kaya. Padahal, banyak dari mereka hanya pekerja kontrak dengan penghasilan terbatas, yang kemudian kembali ke negaranya setelah kontrak berakhir,” katanya.

Fenomena ini tidak hanya menimbulkan permasalahan keluarga di kemudian hari, tetapi juga mengubah dinamika sosial di daerah-daerah yang menjadi pusat aktivitas tambang. Pernikahan campuran sering kali diwarnai oleh harapan ekonomi yang tak sebanding dengan realitas.

Di beberapa kasus, wanita lokal yang menikah dengan WNA justru terjerat dalam utang yang ditinggalkan oleh suami mereka, yang kabur ke negara asal tanpa pertanggungjawaban.

Berdasarkan data yang ditelusuri oleh Sultratop.com melalui Kemenag Sultra, pernikahan campuran di Sulawesi Tenggara melonjak signifikan pada tahun 2023, terutama di wilayah Konawe, Konsel, Konut, dan Kendari.

Tercatat 29 kasus pernikahan campuran, sebagian besar melibatkan pria WNA asal China. Sementara itu, pada tahun 2024, hingga September, terdapat 27 pernikahan campuran, dengan tambahan dua kasus yang melibatkan wanita WNA.

Meskipun angka pernikahan campuran sedikit menurun pada tahun 2024 dibandingkan tahun sebelumnya, tren ini masih terus meluas. Peningkatan kasus yang melibatkan wanita WNA juga mulai terlihat, menunjukkan bahwa fenomena ini tidak terbatas hanya pada pria asing yang menikahi wanita lokal.

Amar berharap masyarakat dapat lebih waspada dan memahami konsekuensi dari pernikahan campuran ini. “Pernikahan dengan WNA bukan selalu tentang mendapatkan kehidupan yang lebih baik. Kita harus lebih teliti dan bijak dalam mengambil keputusan, terutama ketika menyangkut masa depan keluarga,” pesannya. (a/ST)

Penulis: M5

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan