27 July 2025
Indeks

Air Terjun Moramo, Jejak Sungai Purba yang Menyimpan Mitos Para Bidadari

  • Bagikan
Air Terjun Moramo, Jejak Sungai Purba yang Menyimpan Mitos Para Bidadari
Air Terjun Moramo

SULTRATOP.COM, KONAWE SELATAN – Di tengah lebatnya hutan Suaka Alam Tanjung Peropa, Air Terjun Moramo mengalir megah. Pesonanya bukan sekadar pada keindahan alam. Di balik gemuruh airnya, tersimpan jejak sungai purba dan mitos para bidadari kayangan.

Terletak di Desa Sumber Sari, Kecamatan Moramo, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel), Sulawesi Tenggara, air terjun ini menawarkan lebih dari sekadar pemandangan indah.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Dengan ketinggian sekitar 100 meter, aliran air Moramo jatuh melalui tujuh tingkat utama dan lebih dari seratus tingkatan kecil yang membentuk kolam-kolam alami.

Masing-masing kolam memiliki karakteristik unik: ada yang luas, sempit, dangkal, hingga dalam. Permukaan bebatuan kapur yang dilaluinya juga tidak licin, menjadikannya aman untuk dijelajahi oleh wisatawan, bahkan yang baru pertama kali datang.

Di balik keindahannya, Moramo menyimpan kisah-kisah yang telah lama hidup di tengah masyarakat. Salah satu cerita rakyat paling dikenal adalah tentang tujuh bidadari kayangan yang turun untuk mandi di air terjun ini.

Setiap undakan dipercaya sebagai tempat mandi masing-masing bidadari, dengan undakan ketujuh disebut-sebut sebagai milik sang bidadari paling istimewa.

“Karena legenda ini pula, untuk menarik wisatawan, pengelola membuat narasi: kalau ingin menjadi bidadari spesial, berendamlah di undakan ke-7,” tutur Ipa Sapari, Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sumber Sari, kepada Sultratop.com.

Mitos tersebut tak hanya hidup dalam cerita, tapi juga diwujudkan dalam bentuk seni. Saat Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mengunjungi Air Terjun Moramo pada Agustus 2022, masyarakat menyambut dengan Tari Tujuh Bidadari.

Tarian ini menggambarkan bidadari turun dari langit, mandi di air terjun, lalu kembali ke kayangan—sebuah simbol keharmonisan antara manusia dan alam yang masih dijunjung tinggi oleh warga setempat.

Cerita rakyat lainnya menyebutkan bahwa Air Terjun Moramo ditemukan secara tak sengaja oleh para pejuang yang sedang bergerilya di hutan saat mencari bahan makanan. Kala itu, mereka mendengar suara gemuruh dari kejauhan.

Rasa penasaran membawa mereka ke sumber suara—air terjun megah yang belum pernah mereka lihat sebelumnya.

“Sekitar tahun 1970-an, debit airnya sangat deras. Suaranya terdengar hingga lima kilometer dari lokasi,” ujar Ipa.

Bagi masyarakat setempat, Air Terjun Moramo bukan tempat biasa. Ia dianggap sakral dan harus dihormati. Ada aturan tak tertulis yang diyakini bersama. Tidak boleh berkata kasar atau berperilaku tidak pantas di sekitar air terjun.

“Kalau tidak menghormati tempat ini, bisa saja kesurupan atau kena sial,” lanjut Ipa. “Dan ini nyata, pernah kejadian,” tambahnya.

Sebagian warga juga percaya bahwa di balik derasnya air, terdapat kerajaan gaib yang masih dihuni hingga kini. Tak jarang, ada warga yang membawa sesajen atau melakukan ritual sebagai bentuk penghormatan terhadap penunggu tempat.

“Kadang kita antar juga. Itu kan kepercayaan. Boleh percaya atau tidak.”

Keunikan Air Terjun Moramo

Daya tarik Moramo tak berhenti pada mitos. Dari sisi ilmiah, air terjun ini menyimpan keunikan geologis yang langka. Batuan dasarnya terbentuk dari kapur (gamping), yang mengalami pelarutan secara alami oleh air hujan atau air tanah.

Proses ini dikenal sebagai karstifikasi, dan telah membentuk permukaan batu yang terus berubah dari waktu ke waktu.

“Dulu, Air Terjun Moramo jauh lebih tinggi,” kata Ipa. “Seorang profesor sempat menyebut bahwa ini mungkin jalur sungai purba, tapi itu tentu perlu riset lebih lanjut,” ujarnya.

Fenomena serupa bisa ditemukan di tempat-tempat terkenal dunia seperti Pamukkale di Turki atau Plitvice di Kroasia—menjadikan Air Terjun Moramo sangat potensial dikembangkan sebagai destinasi geowisata yang tidak hanya indah tapi juga edukatif.

Menyadari potensi tersebut, pengelola kini mulai mengembangkan konsep wisata berbasis cerita dan kearifan lokal.

“Kami ingin Moramo bukan hanya jadi wisata alam, tapi juga wisata budaya. Kita ajak orang untuk mengenal legenda, nilai, dan identitas masyarakat kami,” tutur Ipa.

Untuk mencapai lokasi, dari pusat Kota Kendari dibutuhkan perjalanan darat sejauh 65 kilometer, atau sekitar satu jam perjalanan. Jalan sudah beraspal, meski sebagian masih harus melewati jalur hutan menuju lokasi utama.

Sesampainya di sana, pengunjung akan disambut oleh harmoni suara alam: deru air, kicau burung rangkong, dan bisik dedaunan hutan tropis. Di dalam kawasan Suaka Alam Tanjung Peropa ini, pengunjung juga berkesempatan melihat satwa endemik seperti burung rangkong, meski anoa dan babirusa kini semakin sulit ditemui.

Air Terjun Moramo bukan cuma tempat wisata. Di sini, alam memperlihatkan keindahannya, cerita lama tetap hidup, dan orang-orang belajar untuk menghargainya. Mungkin kita tak perlu selalu mencari makna, cukup datang dan merasakan sendiri pesona tempat yang dipercaya sebagai lokasi mandi para bidadari ini. (Ad/ST)

 

Laporan: Tim Redaksi

Follow WhatsApp Channel Sultratop untuk update berita terbaru setiap hari

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan