SULTRATOP.COM, KENDARI – Insiden dugaan bunuh diri yang kembali terjadi di Jembatan Teluk Kendari mengundang keprihatinan berbagai pihak. Wakil Gubernur Sulawesi Tenggara, Hugua, menyoroti pentingnya kepedulian terhadap kesehatan mental generasi muda.
Ia menilai, tekanan hidup dan persoalan domestik kerap menjadi pemicu tindakan nekat kaum milenial yang tak mampu mengelola beban psikologisnya.
Insiden tragis ini melibatkan seorang pemuda berusia 22 tahun yang diduga nekat mengakhiri hidupnya dengan melompat dari Jembatan Teluk Kendari pada Minggu malam (1/6/2025) sekitar pukul 19.30 Wita. Sepeda motornya ditemukan terparkir di atas jembatan tersebut.
Dari hasil pemeriksaan CCTV yang terpasang di jembatan, terlihat memang ada seseorang yang melompat ke laut pada pukul 19.30 Wita.
Korban diduga berinisial Al, seorang mahasiswa di salah satu perguruan tinggi di Kota Kendari. Tim SAR gabungan telah melakukan pencarian, namun hingga saat ini korban belum ditemukan.
Kejadian ini menambah daftar panjang aksi serupa yang terjadi di lokasi yang sama. Aksi nekat tersebut menjadi sorotan publik dan memantik reaksi dari berbagai kalangan, termasuk Wakil Gubernur Sultra, Hugua.
Ia mengajak semua pihak untuk lebih peduli terhadap kesehatan mental generasi muda atau kaum milenial. Menurutnya, insiden semacam ini lebih banyak disebabkan oleh faktor psikologis yang berkaitan dengan kehidupan keluarga.
“Jadi, bagaimana ibu-ibu untuk kita berdayakan keluarga. Dia lompat, itu berarti bisa jadi masalah di rumah, bukan di luar. Masalah domestik yang keluar,” ungkapnya.
Hugua menambahkan, tekanan hidup, ekspektasi sosial, dan terpaan media digital membuat sebagian anak muda kehilangan arah dan merasa terasing meski berada di tengah keramaian.
Untuk itu, kata dia, peran keluarga sangat penting dalam membentuk ketangguhan mental anak muda. Masalah ini bukan semata soal sumber daya manusia (SDM), melainkan soal daya juang dalam menghadapi hidup.
“Jadi, imbauan saya, ayo sama-sama keluarga memberikan edukasi untuk membentuk daya juang, daya semangat hidup. Kalau kaum milenial ini memahami jati dirinya, punya skill, karakter, dan lainnya, insyaallah tidak akan terjadi seperti itu,” tuturnya.
Ia juga mengajak semua kalangan untuk tidak menutup mata terhadap gejala-gejala depresi yang mungkin terjadi di sekitar mereka. “Jangan biarkan mereka berjuang sendirian dalam diam. Mari kita jadi pendengar, jadi sahabat, dan jadi penguat bagi mereka yang sedang rapuh,” ujarnya. (B/ST)
Kontributor: Ismu Samadhani