SULTRATOP.COM, KENDARI – Saat sebagian besar Provinsi di Indonesia masih mencari formula tepat untuk meningkatkan serapan kerja, Sulawesi Tenggara (Sultra) justru menemukan ritmenya dan mencatatkan progres berarti. Di bawah kepemimpinan Gubernur Andi Sumangerukka (ASR), serapan tenaga kerja meningkat dan membawa Sultra masuk dalam jajaran provinsi dengan tingkat pengangguran terendah di Indonesia.
Capaian tersebut menjadi bukti bahwa program-program unggulan ASR mulai menghadirkan perubahan nyata bagi masyarakat yang selama ini menunggu peluang kerja yang lebih luas dan layak. Perubahan ini menegaskan bahwa kebijakan yang tepat sasaran mampu membawa Sultra bergerak lebih cepat dalam meningkatkan kesejahteraan warganya.
Data terbaru, Gubernur ASR berhasil menekan angka pengangguran hingga menempatkan Sultra pada posisi ke-7 terendah secara nasional. Capaian tersebut merupakan hasil awal dari program unggulan yang ia usung, yakni Semua Mudah Dapat Kerja (Samudra), yang dirancang untuk memperluas peluang kerja, meningkatkan kompetensi, serta mendorong tumbuhnya unit usaha baru di berbagai daerah.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diperbarui per 7 November 2025, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Sultra pada Agustus 2025 tercatat sebesar 3,31 persen, atau setara dengan sekitar 247 ribu orang. TPT sendiri merupakan indikator jumlah penduduk yang tidak memiliki pekerjaan dan sedang aktif mencari pekerjaan.
Dalam laporan BPS tersebut, provinsi dengan TPT terendah adalah Bali (1,49 persen), disusul Papua Pegunungan (1,68 persen), Sulawesi Barat (2,86 persen), Sulawesi Tengah (2,92 persen), NTB (3,06 persen), NTT (3,31 persen), dan Sultra yang duduk nyaman di posisi ketujuh dengan angka 3,31 persen.
Pengamat Ekonomi Sultra, Syamsir Nur menilai capaian tersebut menunjukkan adanya sektor-sektor yang mampu menyerap tenaga kerja lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Ia menjelaskan, di Sultra terdapat lima sektor besar yang dominan, yakni pertanian, pertambangan, industri pengolahan, perdagangan besar, dan konstruksi.
“Yang saya cermati, kalau kita lihat berdasarkan pertumbuhan sektor ekonomi dari lima sektor ini, ada hal menarik terkait angka pengangguran ini. Serapan tertinggi ada di sektor pertanian, dan ini cukup menarik,” ujar Syamsir saat ditemui di salah satu cafe di Kendari pada Senin (24/11/2025).
Ia menambahkan, meski sektor pertanian sedikit mengalami pelemahan, sektor ini justru memiliki daya serap tenaga kerja yang tinggi. Syamsir berharap empat sektor besar lainnya—khususnya pertambangan—dapat bergerak linear dalam penyerapan tenaga kerja sehingga kontribusinya semakin optimal.
Menurutnya, jika penyerapan tenaga kerja di lima sektor utama itu terus dimaksimalkan, maka TPT Sultra berpotensi turun lebih rendah dibanding provinsi lainnya.
Namun Syamsir mengingatkan bahwa penyerapan tenaga kerja bukan satu-satunya faktor yang mempengaruhi angka pengangguran. Bisa saja seseorang tidak masuk kategori pengangguran, tetapi memiliki pendapatan yang rendah atau tidak stabil.
“Di sektor pertanian kan di situ problemnya. Banyak pekerja yang pendapatannya tidak menentu dan fluktuatif, tapi mereka tetap dikategorikan bekerja. Maka kita bisa lihat, pengangguran tertinggi ada di wilayah perkotaan, sementara pedesaan lebih rendah,” jelasnya.
Syamsir juga menilai bahwa program Samudra yang digagas Gubernur ASR dapat menjadi solusi efektif jika diimplementasikan secara maksimal, baik dalam membantu masyarakat mendapatkan pekerjaan layak maupun meningkatkan keterampilan calon tenaga kerja.
Program bantuan usaha dari ASR, katanya, juga mampu menjangkau masyarakat dengan tingkat pendidikan SMP ke bawah untuk membuka usaha mandiri yang memberi dampak jangka panjang terhadap terbukanya lapangan kerja baru.
“Ini perlu kegiatan yang lebih implementatif sekaligus memetakan problem pengangguran kita. Karena karakteristik pengangguran di Sultra ini berbeda-beda, terutama di perkotaan. Dari situ kita bisa tahu kebutuhan tenaga kerja kita agar dapat bekerja,” pungkasnya.
Sebagai informasi, jumlah penduduk usia kerja di Sultra mencapai 2,07 juta orang. Dari jumlah tersebut, 1,48 juta termasuk angkatan kerja yang kemudian terbagi menjadi 1,43 juta orang bekerja dan 49,16 ribu orang pengangguran. (Adv)














