SULTRATOP.COM, MUBAR – Keluarga pasien yang terlibat dalam keributan di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Muna Barat akhirnya angkat bicara. Mereka menyampaikan permintaan maaf atas insiden yang sempat terekam dalam video dan viral di media sosial.
Insiden itu disebut terjadi secara spontan karena kepanikan, menyusul tidak tersedianya ambulans saat pasien dalam kondisi kritis harus segera dirujuk ke Kendari.
“Intinya kami meminta maaf atas kejadian itu. Insiden itu terjadi secara spontanitas, kami panik karena kapal ferry sudah mau berangkat. Sementara mobil ambulans tidak ada di RSUD Mubar,” ujar La Ode Gamal, salah satu keluarga pasien, saat ditemui di kediamannya di Desa Mekar Jaya, Selasa (24/6/2025).
“Kami datang untuk bermohon agar bagaimana pasien, untuk dirujuk secepatnya ke RSUD di Kendari. Tidak ada niat kami untuk membuat keributan,” tambahnya.
Gamal menceritakan, sekitar pukul 10.30 Wita pasien bersama keluarga tiba di RSUD Mubar dari Puskesmas Tiworo Tengah. Setelah menunggu sekitar setengah jam untuk proses rontgen, pasien kemudian dibawa ke IGD.
“Setelah rontgen, kita masuk di IGD sekitar pukul 12.30 Wita. Pasien adalah bibi dari istri saya. Beliau dalam kondisi kritis dengan luka di kepala yang terus mengeluarkan darah,” ungkapnya.
Saat keluarga meminta agar pasien segera dirujuk ke rumah sakit di Kendari, pihak rumah sakit disebut lebih mengutamakan proses administrasi. Gamal mengatakan pihak keluarga sempat membayar Rp2,7 juta dan menyiapkan uang jaminan, namun nominal jaminan belum bisa ditentukan saat itu.
“Pada saat itu, kebetulan ada kepala desa Lakabu yang siap menjaminkan dirinya. Yang terpenting pasien diberangkatkan dulu. Tapi tidak lama kemudian mereka menyatakan bahwa mobil ambulans tidak ada karena sedang isi bensin. Kami sudah lama menunggu, tapi belum juga datang,” katanya.
Karena ambulans tak kunjung datang hingga sekitar pukul 14.30 Wita, keluarga mulai panik. Apalagi kapal feri Tondasi–Torobulu dijadwalkan berangkat pukul 15.00 Wita.
Kepala desa sempat diminta menuju pelabuhan untuk mengulur waktu keberangkatan kapal. Namun hingga pukul 15.30 Wita, ambulans belum juga muncul. Situasi makin tegang dan keributan pun terjadi.
“Kami ditelpon-telpon bahwa kapal feri sudah mau berangkat. Kami panik dan spontanitas ribut. Saat ribut, nakes lari dan saya spontan mengejar. Saya hanya ingin bertanya kenapa pasien ditinggalkan,” katanya.
Menurut Gamal, uang jaminan yang diminta pihak rumah sakit senilai Rp425 ribu, dan kepala desa Lakabu sudah menyatakan kesanggupan menjaminkan diri.
Setelah keributan itu, keluarga memutuskan mengantar pasien menggunakan mobil pribadi. Namun tak lama kemudian, ambulans akhirnya tiba.
“Saya tanya ke sopir ambulans kenapa baru tiba. Dia bilang baru saja dihubungi. Padahal tadi nakes bilang sudah lama menghubungi. Akhirnya pasien dinaikkan ke ambulans dan dibawa ke rumah sakit rujukan di Kendari,” ucapnya.
“Alhamdulillah, kapal feri masih mau menunggu kedatangan pasien,” tambahnya.
Terkait proses hukum yang dilaporkan pihak rumah sakit, Gamal menyatakan siap dan kooperatif. Ia menyebut ada tiga poin yang dilaporkan, yakni penganiayaan, pengancaman dan pengrusakan, serta pencemaran nama baik.
“Insyaallah, kami siap menghadapi proses hukum ini. Terkait tudingan saya melakukan penganiayaan, semua itu tidak benar. Saya tidak memukul siapa-siapa, saya hanya mengejar saja. Yang pasti saya siap hadapi proses hukum,” tegasnya.
Sementara itu, Yuni, salah satu keluarga pasien sekaligus istri dari La Ode Gamal, juga menyampaikan permohonan maaf atas ucapan-ucapan yang dianggap tidak sopan saat kejadian.
“Saya meminta maaf atas ucapan-ucapan yang saya lontarkan. Kami tidak ada niat untuk melecehkan atau membuat kegaduhan di RSUD Mubar. Semua itu hanya karena bentuk kepanikan atas kondisi keluarga kami,” ujarnya.
Ia juga mengaku menyesal atas ucapan spontan yang berlebihan saat kejadian. Terkait laporan hukum terhadap dirinya, Yuni menyatakan menghargai proses hukum.
“Yang pasti, dalam keributan itu tidak ada tindak penganiayaan, pengrusakan, atau pencemaran nama baik. Kami berpandangan kejadian tersebut murni kesalahpahaman dan miskomunikasi. Kami berharap hal ini bisa diselesaikan secara musyawarah dan kekeluargaan,” ujarnya.
Ia juga berharap ke depan RSUD Mubar dapat meningkatkan kualitas pelayanan, baik dalam penanganan medis maupun administrasi, agar kejadian serupa tidak terulang. (A/ST)
Laporan: Adin