18 October 2025
Indeks

Lima Pilar Tepuk Sakinah Menurut Putri Gus Dur: Kunci Rumah Tangga Kuat dan Bahagia

  • Bagikan
Lima Pilar Tepuk Sakinah Menurut Putri Gus Dur: Kunci Rumah Tangga Kuat dan Bahagia
Alissa Wahid memberikan penjelasan terkait tepuk sakinah dalam talkshow rangkaian STQH nasional 2025 di Sultra. (Ismu/Sultratop.com)

SULTRATOP.COM – Tepuk sakinah tengah viral di tengah masyarakat lewat kampanye yang digaungkan di media sosial oleh Kemenag, perangkat KUA, hingga para pengantin yang baru menikah. Di balik yel-yel penuh semangat itu, tersimpan pesan mendalam tentang cinta, ketenangan, dan penghargaan dalam keluarga.

Pada perhelatan Seleksi Tilawatil Qur’an dan Hadis (STQH) nasional ke XVIII tahun 2025 yang diselenggarakan di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), hadir sosok yang berperan penting dalam tepuk sakinah itu.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Ia adalah Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid (Alissa Wahid), putri sulung dari mantan presiden ke-4 RI, KH Abdurrahman Wahid yang akrab dengan sapaan Gus Dur. Kedatangannya di Sultra untuk mengisi talkshow bertemakan “cegah nikah anak dan GAS pencatatan nikah”, salah satu rangkaian STQH nasional 2025.

Alissa berperan penting dalam munculnya tepuk sakinah. Bukan pada gerakannya, melainkan pencetus kata-kata yang tersirat dalam setiap bait yel-yelnya. Di hadapan 1.500 siswa-siswi Madrasah di Kota Kendari, ia bercerita bahwa kata-kata yang terkandung dalam tepuk sakinah bukan asal dibuat, melainkan memiliki makna yang dalam.

Semua bermula di tahun 2015. Saat itu Menteri Agama yang dijabat oleh Lukman Hakim Saifuddin menginginkan untuk membuat program pembekalan calon pengantin yang lebih kekinian, yang tidak hanya monoton pada ceramah saja.

Alissa kemudian diminta untuk membuat tim. Ia mengundang para ahli-ahli psikologi keluarga dan ahli hukum keluarga Islam untuk membuat rencana besar itu terealisasi. Tujuannya mulia, untuk menjaga keharmonisan keluarga di Indonesia dan menghargai makna dari pernikahan.

“Kita ramai-ramai membayangkan waktu itu, perkawinan yang sakinah itu seperti apa sih. Apa yang perlu ada supaya keluarga ini bisa tetap sehat, tetap membawa kebaikan pada semua anggota keluarga. Itulah yang kemudian kita rumuskan dalam 5 pilar perkawinan sakinah yang ada dalam tepuk sakinah itu,” tutur perempuan kelahiran 25 Juni 1973 itu.

Lima Pilar Tepuk Sakinah Menurut Putri Gus Dur: Kunci Rumah Tangga Kuat dan Bahagia
Talkshow yang diisi oleh Habib Ja’far dan Alissa Wahid diikuti oleh 1.500 siswa-siswi madrasah yang ada di Kota Kendari. (Ismu/Sultratop.com)

Adapun 5 pilar yang dimaksud yaitu prinsip berpasangan, ikatan atau janji yang kokoh, pergaulan yang baik (saling cinta, saling hormat dan saling jaga), keikhlasan dan keridaan antar pasangan, dan musyawarah atau berunding bersama.

Kata “janji kokoh” dalam tepuk sakinah itu muncul dari hasil pengamatan bahwa banyak pasangan suami-istri (Pasutri) muda yang mudah menyerah dengan perkawinan. Mereka tidak ingat bahwa ketika mengucapkan ijab kabul itu disaksikan oleh Allah SWT.

Selanjutnya, kata “saling cinta, saling hormat dan saling jaga” dipilih karena ada perintah dalam Al-Qur’an untuk memperlakukan pasangan dengan baik. Kata Alissa, jika dalam berumah tangga suka marah-marah, suka memukul, dan suka mengkhianati berarti tidak sesuai dengan prinsip yang ada dalam Al-Qur’an itu.

“Yang keempat itu ‘saling rida’. Misalnya saya sebagai istri gitu, terus saya bilang sama suami saya gini, ‘ya kamu kan suamiku, jadi kamu harus rida’. Itu nggak boleh. Begitu juga laki-laki ke istrinya. Harusnya, ridanya itu kayak gini, ‘kalau saya melakukan ini, suami saya atau istri saya rida nggak yah’. Harusnya gitu, saling berharap ridanya pasangan kita. Karena rida pasangan kita adalah ridanya Allah,” ucap Alissa.

Terakhir, perkawinan yang baik itu jika pasangan selalu menjaga komunikasi dengan baik, terbuka, dan saling menghormati saat bermusyawarah. Misalnya, salah satu dari pasangan dapat tawaran kerja di kota yang berbeda, tidak langsung mengajak pindah pasangan dengan paksaan, melainkan dibicarakan bersama untuk mengambil kesimpulan.

Kata Alissa, jika lima pilar sebagai fondasi tersebut kuat, maka dijamin rumah tangga sebagai bangunan rumahnya juga kuat.

Meskipun penjelasan tentang tepuk sakinah itu diberikan di hadapan para siswa yang masih butuh perjalanan panjang untuk menuju pada jenjang pernikahan, Alissa menyebut para siswa bisa menggunakan penjelasan itu untuk mengingatkan orang tuanya.

“Kalau orang tua kalian pada tegangan tinggi, pulanglah tepuk sakinah di depannya. Bilang aja gini, ‘bu/pak, kemarin aku diajarin sama Habib Ja’far, sama ibu Alissa, katanya perkawinan itu tepuk sakinah loh bu/pak’. Bisa ngomong gitu sama ibu sama bapak bahwa perkawinan ibu bapak adalah janji yang kokoh, jangan diremehkan atau dianggap enteng, jangan cepat menyerah,” ujar Alissa.

Alissa yang juga seorang psikolog sejak 1995 sampai sekarang itu juga menuturkan bahwa tepuk sakinah bisa digunakan sebagai senjata bagi mereka yang tidak mau menikah dengan alasan takut dikhianati, takut mengalami kekerasan, ataupun takut di-ghosting dan lainnya. Hal-hal tersebut akan terhindar jika kelima pilar sakinah bisa dijaga dengan baik.

Meski tepuk sakinah sempat menjadi bahan candaan di beberapa platform, Alissa menanggapi dengan santai. Ia justru bersyukur karena pesan yang ia maksudkan akhirnya sampai ke publik yang lebih luas.

Fenomena tepuk sakinah itu menjadi bukti bahwa pesan kebaikan bisa disampaikan dalam bentuk yang sederhana, bahkan lewat tepukan tangan dan gerakan yang mengikuti tren perkembangan anak-anak zaman sekarang. (B/ST)

Kontributor: Ismu Samadhani

Follow WhatsApp Channel Sultratop untuk update berita terbaru setiap hari

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan