SULTRATOP.COM, MUNA BARAT – Kondisi bangunan kelas SD Negeri 7 Tiworo Utara yang berada di Desa Tondasi, Kabupaten Muna Barat, Sulawesi Tenggara (Sultra) sudah rusak parah.
Gedung yang rusak parah ini memiliki tiga ruangan kelas yakni kelas IV, V dan VI. Meski telah rusak parah dan membahayakan keselamatan para siswa dan guru, sampai hari ini gedung tersebut masih juga digunakan dalam proses belajar mengajar.
Kerusakan gedung mulai dari plafon yang sudah tidak ada, kayu plafon mulai rapuh, slok coran bagian atas sudah mulai retak, lantai turun mengakibatkan tegel pecah-pecah. Parahnya lagi, gedung tersebut menjadi sarang kelelawar.
Setiap proses belajar mengajar berjalan, hewan ini berterbangan di dalam ruangan tersebut. Bahkan sesekali kotoran kelelawar jatuh di atas bangku atau meja.
La Jidi, salah satu guru senior di SD Negeri 7 Tiworo Utara ini menjelaskan bahwa sekolah ini dibangun sejak tahun 2004 silam. Sedangkan gedung atau ruang kelas yang telah rusak itu dibangun sekitar tahun 2010.
“Gedung ini sudah lama rusak. Tapi sampai sekarang masih dipakai proses belajar mengajar. Kita juga sebenarnya was-was dengan kondisi gedung ini takutnya menimpa siswa saat masih belajar. Gedung ini ditempati kelas IV, V dan VI,” kata La Jidi ditemui disekolahnya, Sabtu (18/1/2025).
La Jidi menceritakan saat musim hujan air masuk ke dalam hingga menyebabkan banjir.
Ia sebelumnya pernah membuka plafon yang terbuat dari triplex karena sudah akan jatuh. Selain itu, ia juga membuka kayu-kayu plafon yang sudah mulai lapuk.
“Kita lihat sendiri ada ruangan sudah tidak ada plafonnya, sisa kayu-kayu dan bahkan ada yang sudah tidak ada kayunya,” ungkapnya.
Bukan hanya itu saja, tambah La Jidi, kondisi sekolahnya saat memasuki musim barat, ketika air laut pasang, air laut naik sampai ke gerbang sekolah dekat jalan. Bahkan, tinggi air laut ini diperkirakan batas lutut orang dewasa.
Yang lebih parah lagi, kata La Jidi, gedung ini sudah menjadi sarang kelelawar. Aroma kotoran dan air seni dari kelelawar kerap mengganggu proses belajar mengajar.
“Dulu ada guru dan siswa yang tidak tahan dengan bau kotoran kelelawar. Sampai ada guru yang bersin-bersin. Keberadaan kelelawar di gedung ini sekitar dua tahunan,” bebernya.
Kata dia, ada inisiatif guru bahwa proses belajar mengajar akan dipindahkan di gedung serba guna Desa Tondasi. Adanya kelelawar ini menjadi masalah di sekolah tersebut.
Sementara itu, Pj Bupati Mubar, Pahri sangat prihatin melihat kondisi gedung sekolah yang rusak ini. Meski rusak, ia melihat semangat para siswa untuk mendapatkan ilmu sangatlah tinggi.
“Saya melihat gedung ini sudah rusak. Saya meminta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mubar untuk melakukan rehab berat sekolah ini. Karena dapat membahayakan keselamatan guru dan siswanya,” ucapnya.
Kata Pahri, ia sudah memerintahkan instansi terkait untuk menjadikan sekolah ini prioritas dalam perbaikannya. Namun, berdasarkan informasi dari Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Mubar rehab sekolah ini akan diupayakan masuk pada Dana Alokasi Khusus (DAK) tahun 2026.
“Memang kondisi gedungnya sudah sangat memprihatinkan. Saya juga nanti akan berkoordinasi dengan bupati terpilih. Kondisi keuangan kita saat ini sangat terbatas. Pada 2025 ini saja hanya dapat dua sekolah yang direhab,” jelasnya. (B/ST)
Laporan: Adin