SULTRATOP.COM, BUTENG — Namanya Danau Pasibungi. Dari udara, bentuknya menyerupai hati. Itulah sebabnya danau ini juga dikenal sebagai Danau Cinta.
Daya tariknya tak berhenti di sana. Di balik keindahan permukaan air yang tenang, Danau Pasibungi menyimpan kisah cinta yang menurut warga setempat, masih memengaruhi aura dan suasana di sekelilingnya hingga kini.
Secara administratif, Danau Pasibungi terletak di wilayah dua desa: Desa Wantopi dan Desa Lasori, yang keduanya berada di Kecamatan Mawasangka Timur, Kabupaten Buton Tengah (Buteng), Sulawesi Tenggara.
“Danaunya unik. Di bagian pinggir justru dalam, sementara di bagian tengah malah dangkal. Semakin dalam menyelam, airnya makin hangat, bahkan terasa panas,” ujar Wiko, seorang pemandu wisata lokal, dalam wawancaranya dengan Sultratop.com.
Keanehan suhu air ini belum sepenuhnya bisa dijelaskan, dan hingga kini tak satu pun pihak mampu mengukur kedalaman pastinya.
Semakin dalam, air danau terasa semakin panas, memunculkan dugaan bahwa dasar danau mungkin berada sangat dekat dengan aktivitas panas bumi, bahkan mungkin terhubung dengan inti bumi. Fenomena ini menjadikan Danau Pasibungi bukan hanya indah, tapi juga penuh misteri.
“Belum ada yang tahu pasti kedalamannya karena setiap ekspedisi ke dasar danau terhalang oleh suhu yang terus meningkat. Ada pernah wisatawan asal Prancis dan Rusia yang ingin mengeksplorasi danau ini, tapi mereka naik kembali karena panas tadi,” ungkap Wiko.
Asal Usul Danau Pasibungi dari Kisah Cinta Terlarang
Kisah yang dihimpun oleh Sultratop.com dari penuturan warga setempat: sebelum danau Pasibungi terbentuk, kawasan tersebut adalah sebuah perkampungan bernama Bungi.
Di sana, dua anak tumbuh terpisah oleh keadaan: sang kakak diasuh oleh keluarga angkat, sedangkan adiknya dibesarkan oleh orang tua kandung mereka.
Takdir mempertemukan mereka kembali saat dewasa. Tanpa mengenal satu sama lain sebagai saudara kandung, mereka saling jatuh cinta.
Cinta itu berujung pada pernikahan. Namun, adat dan langit tak tinggal diam. Tak lama setelah mereka menikah, bumi berguncang hebat. Hujan turun tanpa henti selama berhari-hari. Kampung tenggelam, hanyut dalam air dan duka.
Dari reruntuhan itulah, danau ini terbentuk, sebuah peringatan abadi tentang larangan yang dilanggar dan cinta yang keliru arah.
Danau Pasibungi bukan hanya kisah. Ia juga lanskap yang menakjubkan. Dikelilingi tebing karst setinggi 20 meter, danau ini tampak seperti cekungan alam purba yang dijaga rapat oleh dinding batu kapur.
Airnya berwarna gelap pekat, bukan karena kotor, tapi karena pantulan kedalaman dan vegetasi lebat di sekelilingnya. Di tepian, tumbuh rapat tanaman bakau dan semak tropis yang menjuntai hingga permukaan air.
Hening menjadi suara utama di sini. Tak ada gemuruh kendaraan, hanya desir angin yang menelusup di antara celah tebing, atau gemericik air yang menyentuh akar bakau. Kadang, rusa liar muncul dari balik semak, menunduk minum dengan gerak waspada. Di langit, kakaktua putih dan nuri berteriak nyaring seolah saling berebut cerita.
Akses ke Lokasi Wisata
Jika memulai perjalanan dari Kota Kendari, Anda bisa memilih jalur laut dengan kapal cepat menuju Raha, ibu kota Kabupaten Muna. Perjalanan ini dimulai dari Pelabuhan Nusantara Kendari. Setibanya di Pelabuhan Raha, Anda tinggal melanjutkan perjalanan darat menuju Buteng. Perjalanan sejauh dua jam ini bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat, melintasi jalur aspal yang relatif mulus.
Ingin waktu tempuh lebih singkat? Pilihan lainnya adalah kapal cepat langsung dari Kendari ke Baubau, atau penerbangan ke Baubau yang tersedia secara berkala. Setelah tiba di Baubau, perjalanan dilanjutkan dengan perahu motor dari Pelabuhan Katinting menuju Pelabuhan Wamengkoli di Buteng. Hanya butuh sekitar 45 menit menyeberang laut, Anda sudah tiba di jantung Buton Tengah.
Bagi yang ingin membawa kendaraan pribadi, tersedia rute darat yang mengandalkan Pelabuhan Feri Torobulu di Konawe Selatan. Dari pelabuhan ini, penyeberangan dilakukan menuju Pulau Muna, kemudian dilanjutkan perjalanan darat ke wilayah Buteng. Total waktu tempuh kurang lebih tiga jam dari Torobulu.
Tak hanya dari arah Kendari dan Baubau, Buton Tengah juga dapat dijangkau dari arah selatan. Jika Anda berada di Pulau Kabaena (Kabupaten Bombana), tersedia akses laut menggunakan speed boat langsung menuju Buteng.
Ketika sampai di pusat Kecamatan Lakudo, Danau Pasibungi bisa dicapai dalam waktu sekitar 45 menit berkendara. Dari Desa Wantopi, hanya perlu 1 kilometer berjalan kaki melewati jalur hutan ringan. Sedangkan dari Desa Lasori, pengunjung bisa langsung naik kendaraan hingga titik terdekat.
Danau Pasibungi bukan sekadar genangan air. Ia adalah cermin dari nilai yang pernah dilanggar, batas yang harus dijaga, dan alam yang memilih bicara lewat diamnya. Seperti Toba, atau danau-danau keramat di Nusantara, Pasibungi adalah warisan yang terus dijaga. (Ad/ST)
Laporan: Tim Redaksi