28 July 2025
Indeks

Jejak Kerajaan dan Khasiat Penyembuhan Permandian Air Panas Wawolesea di Konawe Utara

  • Bagikan
Jejak Kerajaan dan Khasiat Penyembuhan Permandian Air Panas Wawolesea di Konawe Utara

SULTRATOP.COM, KONAWE UTARA – Aroma belerang langsung menyergap indra saat jurnalis sultratop.com tiba di Permandian Air Panas Wawolesea. Dari kejauhan, suara gelembung air mendesis seolah menyambut salam dari bumi yang menyimpan rahasia penyembuhan.

Kolam alami itu terus mengepulkan uap panas tanpa henti, mengundang siapa saja untuk merasakan dan menikmati suasananya.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Air panas mengalir dari satu kolam ke kolam lain yang tersusun bertingkat, menyerupai sengkedan persawahan yang memikat. Dasar kolam kapur memantulkan cahaya, menciptakan gradasi warna air dari hijau toska hingga biru jernih yang memanjakan mata.

Di sekitar kolam, deretan pohon pinus tinggi menjulang, menambah kesejukan udara yang kontras dengan aroma belerang yang khas. Gazebo-gazebo kecil tersebar di berbagai titik, menjadi tempat bersantai dan berkumpul. Tak sedikit pengunjung yang memilih berkemah di sini, menikmati malam di bawah langit terbuka yang tenang.

Perjalanan kami dimulai dari Kota Kendari, ibu kota Sulawesi Tenggara, menempuh sekitar 59 kilometer menuju Wawolesea, permata tersembunyi di jantung Konawe Utara. Ada beberapa rute pilihan, baik melalui jalur Trans Sulawesi maupun melewati kawasan industri pertambangan PT VDNI dan PT OSS.

Saat kami berkunjung di akhir pekan, keramaian menyambut dengan hangat. Puluhan motor dan mobil berjajar rapi, anak-anak berlarian riang bermain air, sementara ibu-ibu menikmati berendam di kolam alami maupun kolam buatan, merasakan manfaat air panas yang dipercaya menyembuhkan berbagai penyakit.

Asal Usul Permandian Wawolesea

Permandian Air Panas Wawolesea tampak dari atas yang memancarkan pesona khas.
Permandian Air Panas Wawolesea tampak dari atas yang memancarkan pesona khas.

Di balik semburan uap dan aroma belerang yang menyambut, tersimpan kisah legenda yang telah diwariskan turun-temurun oleh masyarakat Desa Wawolesea. Kisman, salah satu warga setempat, menyebut tempat ini bukan sekadar destinasi wisata, melainkan saksi bisu sejarah nenek moyang mereka.

Dulunya wilayah ini adalah pusat Kerajaan Wawolesea, salah satu kerajaan tertua di Konawe. Legenda tentang kemunculan mata air panas tak lepas dari sejarah kerajaan tersebut.

Konon, dahulu seorang pangeran dari Luwuk Banggai datang melamar putri Raja Wawolesea. Namun lamaran itu ditolak dengan halus. Merasa kecewa dan marah, sang pangeran menghentakkan tongkatnya ke tanah. Dari hentakan itulah, titik-titik mata air panas memancar dan terus mengalir hingga kini.

Meski belum terbukti secara ilmiah, geolog memprediksi bahwa fenomena ini dipicu aktivitas vulkanik bawah tanah yang menghasilkan mata air panas. Uniknya, meski hanya berjarak sekitar 100 meter dari laut, air di permandian Wawolesea tetap terjaga kemurniannya dan tidak tercampur langsung dengan air laut.

Rasa asin yang khas diyakini berasal dari garam mineral alami yang larut dari bebatuan di sekitar sumber air panas, sementara aroma belerang muncul dari kandungan sulfur yang menambah kesan unik pada permandian ini. Kombinasi mineral tersebut dipercaya memberikan khasiat penyembuhan bagi pengunjung yang berendam.

Jejak Kerajaan Wawolesea

Tak hanya pesona alam, Wawolesea juga menyimpan warisan sejarah yang tak kalah menarik. Desa ini pernah menjadi pusat Kerajaan Wawolesea, salah satu kerajaan tertua di Konawe yang didirikan pada abad ke-6 Masehi oleh Raja Arimatisima, bangsawan dari Kediri.

Jejak kerajaan ini bisa ditemukan di berbagai artefak dan situs arkeologi. Tak jauh dari kolam utama, berdiri tugu permandian Wales yang dipercaya dulunya adalah “sawunga”, arena sabung ayam khas kerajaan. Di sekitarnya terdapat undakan tangga kecil yang dahulu menjadi tempat duduk penonton.

Sedikit lebih jauh, tampak replika kapal besar bernama “bangga ndaumo” yang dipercaya merupakan kapal Kerajaan Arimatisima. Ada pula tempat melilitkan tali jangkar kapal itu, menegaskan keterkaitan erat kerajaan ini dengan dunia maritim.

Di bukit batu sebelah selatan, terdapat bebatuan menyerupai makam kuno. Di tengahnya tumbuh pohon kecil yang dibalut kain kafan, dipercaya oleh warga sebagai kuburan Raja Wawolesea.

Selain itu, ditemukan reruntuhan batu yang disebut sopura, dulunya sebuah patung pandai besi yang sedang menempa alat perang, menjadi indikasi adanya pusat kerajinan kerajaan. Tak jauh dari sana, berdiri jembatan gantung misterius yang fungsi aslinya masih belum diketahui.

Nama Wawolesea sendiri berasal dari dua kata: “Wawo” yang berarti atas dan “Lesea” yang berarti lintasan, bermakna persinggahan di atas atau tempat lalu lintas. Nama ini menguatkan peran Wawolesea sebagai pusat perdagangan dan pemerintahan yang strategis di masa lalu.

Alternatif Pengobatan dari Alam

Melihat potensi yang begitu besar dari sisi wisata dan sejarah, Pemerintah Kabupaten Konawe Utara mulai serius memoles kawasan ini. Beragam fasilitas dibangun, mulai dari gazebo, jalan setapak, hingga kolam rendam tambahan.

Semua ini ditujukan untuk menjadikan Wawolesea sebagai destinasi wisata unggulan yang tak hanya menyegarkan tubuh, tapi juga menyentuh sisi emosional pengunjung lewat kisah-kisah masa lalu.

Lebih dari sekadar tempat rekreasi, air panas Wawolesea menjadi tempat harapan bagi banyak orang yang datang untuk berobat. Warga setempat sejak lama meyakini khasiat airnya untuk menyembuhkan penyakit kulit. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, lokasi ini juga dikenal sebagai tempat terapi bagi penderita strok.

“Banyak pengunjung dari luar Konawe Utara, termasuk dari Batu Gong dan Lalonggasumeeto, datang secara rutin untuk berendam. Mereka percaya air di sini membantu memulihkan kondisi pasca-strok,” jelas Mardini selaku pengelola wisata Wawolesea kepada Sultratop.com.

Awak redaksi Sultratop.com mengunjungi langsung Permandian Air Panas Wawolesea di Konawe Utara.
Awak redaksi Sultratop.com mengunjungi langsung Permandian Air Panas Wawolesea di Konawe Utara.

Berendam biasanya dilakukan di waktu-waktu khusus: pagi setelah salat subuh dan sore setelah magrib—saat udara masih tenang dan suhu bersahabat. Saat berendam disarankan untuk makan atau sarapan terlebih dahulu dan jangan lupa membawa air minum.

“Sudah banyak yang merasa sembuh atau membaik setelah rutin berendam,” ujar Mardini.

Akses Mudah dan Terjangkau

Lokasi Wawolesea cukup mudah dijangkau. Dari Kendari, perjalanan memakan waktu sekitar 1,5 jam melewati jalan trans Sulawesi atau rute alternatif melalui kawasan industri PT VDNI dan OSS. Setelah melewati Kabupaten Konawe, dari jalan poros utama penanda desa adalah sebuah sekolah dasar di sisi kanan jalan. Dari sana, jarak ke permandian kurang lebih 100 meter.

Dari Wanggudu, ibu kota Konawe Utara, permandian ini berjarak 18 kilometer. Tiket masuk pun sangat terjangkau: Rp5.000 sampai Rp10.000 untuk warga lokal, dan Rp100.000 untuk wisatawan mancanegara. Bagi yang ingin menginap, tersedia homestay dengan tarif mulai Rp300 ribu per malam, dilengkapi fasilitas dasar yang memadai.

Di Wawolesea, legenda, sejarah, keindahan alam, dan khasiat penyembuhan bersatu menjadi satu. Sebuah destinasi yang bukan hanya menawarkan pemandangan memukau, tetapi juga cerita dan harapan yang mengalir dari dasar bumi. (Ad/ST)

Laporan: Tim Redaksi

Follow WhatsApp Channel Sultratop untuk update berita terbaru setiap hari

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan