SULTRATOP.COM, KENDARI – Pemerintah Kota Kendari menyoroti tingginya volume sampah plastik yang mencapai hampir 50 persen dari total sampah di kota itu. Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah mendorong kolaborasi multipihak, mulai dari sekolah, masyarakat, hingga perusahaan swasta agar turut berperan aktif dalam pengelolaan sampah berkelanjutan.
Wakil Wali Kota Kendari, Sudirman, mengatakan bahwa penanganan sampah menjadi salah satu prioritas utama pemerintah daerah, terutama sampah plastik sekali pakai yang sulit terurai dan didaur ulang.
“Saat ini kita melihat hampir 50 persen sampah yang dihasilkan berasal dari plastik, dan itu sangat sulit dihancurkan atau didaur ulang kembali,” ujar Sudirman, Rabu (30/4/2025).
Ia mendorong sekolah-sekolah untuk mengajarkan siswa mengelola sampah dan memanfaatkannya sebagai bahan dasar kerajinan bernilai ekonomis.
“Kalau boleh, anak-anak sekolah ditugaskan untuk belajar tentang cara mengelola sampah,” tambahnya.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Kota Kendari, Sintya Putri Anawula, dan OPD. (Foto: Bambang Sutrisno/Sultratop.com)
Melalui pelatihan dan diskusi publik, Pemkot berharap bisa membentuk kesadaran kolektif masyarakat dalam mengurangi dan memanfaatkan sampah secara kreatif.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kota Kendari, Paminuddin, menyatakan bahwa persoalan sampah bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi seluruh elemen masyarakat.
“Jika pengelolaan sampah dilakukan sejak dari sumbernya, maka usia Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) yang ada di Kota Kendari bisa diperpanjang,” ungkapnya.
Ia menjelaskan, TPAS Puuwatu memiliki luas 36 hektare, termasuk area hunian bagi petugas kebersihan. Namun, lahan yang baru digunakan saat ini baru sekitar 6 hektare.
Sementara itu, akademisi Lies Indryani menyampaikan bahwa berdasarkan data sistem pengelolaan sampah nasional, sekitar 52 persen atau 450.000 ton sampah per tahun berasal dari sampah organik rumah tangga.
“Sisanya merupakan sampah plastik dan pasar, tetapi sebagian besar tetap bersumber dari rumah tangga,” jelas Lies.
Ia menilai edukasi kepada masyarakat perlu digencarkan untuk mengubah pola pikir dan perilaku dalam mengelola sampah.
“Dari yang awalnya kurang peduli terhadap pengelolaan sampah, masyarakat bisa menjadi lebih teredukasi dan mengelola sampah dengan baik dan benar,” ujarnya.
Namun, Lies menekankan bahwa tantangan terbesar masih pada tingginya ketergantungan masyarakat terhadap plastik. Karena itu, ia mendorong adanya kemitraan multipihak, termasuk perusahaan swasta, dengan dukungan teknologi tepat guna.
“Tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah. Harus ada kebijakan tegas terhadap perusahaan swasta yang menghasilkan banyak sampah agar mereka turut bertanggung jawab dengan menyisihkan sebagian keuntungan untuk mendukung pengelolaan sampah,” pungkasnya. (B/ST)
Laporan: Bambang Sutrisno