25 February 2025
Indeks

Dari Aktivis Kampus hingga Bupati: Kisah La Ode Darwin

  • Bagikan
Dari Aktivis Kampus hingga Bupati: Kisah La Ode Darwin
La Ode Darwin (Ilustrasi: Nur Hidayat/Sultratop.com)

SULTRATOP.COM – Perjalanan La Ode Darwin menuju kursi Bupati Muna Barat (Mubar) bukanlah kisah instan. Ia bukan sosok yang tiba-tiba muncul dan meraih tampuk kepemimpinan tanpa perjuangan.

Dari seorang mahasiswa yang aktif di organisasi kampus, ia telah terbiasa berdiskusi, berdebat, dan mencari solusi untuk berbagai persoalan. Kepeduliannya terhadap lingkungan sekitar tumbuh seiring waktu, membentuk karakter pemimpin yang tak hanya berpikir untuk dirinya sendiri, tetapi juga bagi banyak orang.

Iklan Astra Honda Motor Sultratop

Setelah menyelesaikan pendidikannya, ia menantang dirinya di dunia bisnis, khususnya di sektor pertambangan. Di sana, ia belajar banyak tentang strategi, ketekunan, dan bagaimana membangun sesuatu dari nol. Kesuksesannya bukan hadiah yang datang tiba-tiba, melainkan hasil dari kerja keras, kegigihan, dan keberanian menghadapi berbagai tantangan.

Namun, dalam setiap pencapaian, hatinya selalu terpanggil untuk pulang memberikan kontribusi. Ia melihat daerah Muna Barat memiliki potensi besar, namun masih membutuhkan sentuhan kepemimpinan yang visioner dan penuh dedikasi. Berangkat dari kegelisahan itu, ia melangkah lebih jauh, membawa serta mimpi dan harapan besar untuk membangun Muna Barat yang lebih baik.

Kini, sebagai Bupati, La Ode Darwin hadir dengan visi besar: menjadikan Muna Barat sebagai Liwu Mokesa—kampung yang maju, sejahtera, dan harmonis. Baginya, kepemimpinan bukan sekadar jabatan, tetapi amanah yang harus diwujudkan dengan kerja nyata. Perjalanan ini belum berakhir. Justru, inilah awal dari babak baru untuk membangun Muna Barat menuju masa depan yang lebih gemilang.

Dari Aktivis Kampus ke Dunia Bisnis

Dari Aktivis Kampus hingga Bupati: Kisah La Ode Darwin
La Ode Darwin

Lahir di Kontumolepe, Muna, pada 7 Juli 1985, La Ode Darwin tumbuh dalam keluarga sederhana. Ayahnya, La Ode Rukmini, adalah seorang guru, sementara ibunya, Wa Ode Sabaria, seorang ibu rumah tangga. Sejak kecil, ia terbiasa dengan kehidupan sederhana, tetapi hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk bermimpi besar.

Ketika memasuki dunia perkuliahan di Universitas Halu Oleo Kendari, ia mulai belajar mandiri. Memasuki semester ketiga, ia sudah mampu membiayai kuliahnya sendiri.

Aktivitasnya tidak hanya berkutat pada akademik, tetapi juga organisasi. Ia aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), menjadi Pengurus BEM UHO pada 2007-2008, dan menjabat sebagai Ketua Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) UHO pada 2008-2009.

Dunia bisnis mulai menarik perhatiannya setelah lulus. Dengan kegigihan, ia meniti karier di sektor pertambangan hingga dipercaya memimpin beberapa perusahaan.

La Ode Darwin yang kini populer dengan akronim DW ini pernah menjabat sebagai Direktur PT Panca Logam Makmur (2015-2018), Direktur Utama PT Arga Morini Indah (2019-2023), Direktur Utama PT Arga Morini Indotama (2019-2023), serta Direktur PT Bakti Pertiwi Nusantara sejak 2020.

Dari Pengusaha Sukses ke Pemimpin Pilihan Rakyat

Setelah meraih kesuksesan di dunia usaha, La Ode Darwin merasa bahwa pencapaiannya belumlah cukup. Ada panggilan yang lebih besar dalam hatinya—untuk mengabdi pada masyarakat. Ia melihat langsung bagaimana Muna Barat masih membutuhkan perubahan, pembangunan, dan kepemimpinan yang berpihak pada rakyat.

Keputusan besar pun diambil. Dengan keyakinan kuat, ia bergabung dengan Partai Golkar dan maju sebagai calon Bupati Muna Barat pada Pilkada 2024. Namun, perjalanan ini bukan sekadar langkah politik, melainkan sebuah misi untuk membawa harapan baru. Bersama Ali Basa sebagai wakilnya, ia mengusung visi besar: menjadikan Muna Barat lebih maju, sejahtera, dan berdaya saing.

Dukungan masyarakat mengalir deras. Terbukti,  pasangan La Ode Darwin dan Ali Basa meraih kemenangan mutlak dengan perolehan suara mencapai 84,83 persen.

Di sisi lain, ada kejadian yang cukup mencuri perhatian dalam Pilkada serentak kali ini. Di Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka, Pilkada dimenangkan oleh kotak kosong, calon-calon yang bertarung di kedua daerah ini gagal menggerakkan hati pemilih.

Di tengah adanya fenomena seperti itu, La Ode Darwin justru tampil sebagai pemenang dengan meyakinkan. Kemenangannya atas kotak kosong tentu menunjukkan bahwa ia berhasil membangun kepercayaan dan menjadi harapan baru bagi masyarakat Muna Barat.

Kepercayaan ini mengantarkan La Ode Darwin ke momen bersejarah dalam hidupnya. Pada 20 Februari 2025, ia melangkah ke Istana Negara, di mana Presiden RI, Prabowo Subianto, secara langsung melantiknya sebagai Bupati Muna Barat. Sebuah perjalanan panjang yang kini memasuki babak baru.

Namun, tak ada waktu untuk berleha-leha. Sehari setelah pelantikan, ia langsung bertolak ke Akademi Militer (Akmil) Magelang untuk mengikuti retreat kepemimpinan dari 21 hingga 28 Februari 2025. Di tempat inilah ia menempa diri lebih dalam, mempersiapkan strategi, memperkuat jiwa kepemimpinan, dan membangun ketahanan mental untuk menghadapi tantangan yang lebih besar di masa depan.

Bagi La Ode Darwin, kemenangan dalam kontestasi Pilkada bukanlah akhir, melainkan awal dari tanggung jawab besar. Ia datang bukan hanya untuk memimpin, tetapi untuk bekerja, mendengar, dan membawa perubahan nyata bagi Muna Barat.

Mimpi Besar: Liwu Mokesa

Dari Aktivis Kampus hingga Bupati: Kisah La Ode Darwin

Dalam kepemimpinannya, La Ode Darwin mengusung konsep Liwu Mokesa—semboyan dalam bahasa Muna yang berarti “kampung yang bagus”. Baginya, Liwu Mokesa bukan sekadar semboyan yang diucapkan dalam pidato-pidato resmi.

Konsep ini adalah cita-cita yang harus diwujudkan dengan kerja nyata. Sejak hari pertama menjabat sebagai Bupati Muna Barat, ia sudah menetapkan komitmen untuk membangun daerahnya menjadi lebih maju, memiliki infrastruktur yang layak, serta menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis bagi warganya.

Namun, ia sadar bahwa membangun daerah bukanlah perkara mudah. Setiap pemimpin dihadapkan pada tantangan, dan bagi La Ode Darwin, tantangan pertamanya datang dari pemangkasan anggaran dari pemerintah pusat. Banyak daerah mengalami dampaknya, termasuk Muna Barat. Anggaran yang terbatas berarti harus ada kebijakan yang lebih cermat dalam mengelola sumber daya yang ada.

Alih-alih mengeluh, ia justru melihat ini sebagai tantangan yang harus disiasati. Ia menekankan efisiensi dan efektivitas dalam menjalankan program-programnya. Dalam 100 hari pertama kepemimpinannya, ia menetapkan tiga sektor utama sebagai prioritas: pertanian, perikanan, dan peternakan.

Masyarakat Muna Barat sebagian besar bergantung pada sektor pertanian. Namun, selama ini para petani menghadapi banyak kendala, mulai dari akses bibit unggul, ketersediaan pupuk, hingga pemasaran hasil panen.

La Ode Darwin ingin mengubah itu. Ia mendorong program penyediaan bibit berkualitas, subsidi pupuk yang tepat sasaran, serta peningkatan infrastruktur pertanian seperti irigasi dan jalan tani. Ia juga menggandeng perguruan tinggi dan lembaga riset untuk mendukung inovasi pertanian agar hasil panen semakin maksimal.

Sebagai daerah yang kaya akan hasil laut, Muna Barat seharusnya bisa menjadi salah satu pusat perikanan di Sulawesi Tenggara. Namun, selama ini para nelayan masih menghadapi banyak kendala, mulai dari alat tangkap yang terbatas hingga akses pasar yang kurang luas.

La Ode Darwin bertekad untuk meningkatkan kesejahteraan nelayan dengan memberikan bantuan alat tangkap modern, memperkuat koperasi perikanan, serta membangun fasilitas penyimpanan ikan yang lebih baik agar hasil tangkapan bisa bertahan lebih lama.

Selain pertanian dan perikanan, peternakan juga menjadi sektor yang berpotensi meningkatkan ekonomi masyarakat. La Ode Darwin ingin mendorong peternakan berbasis komunitas, di mana warga didukung untuk membangun usaha ternak skala kecil hingga menengah. Ia juga memastikan bahwa program vaksinasi dan kesehatan hewan ternak berjalan dengan baik agar produktivitas tetap tinggi.

Meski program-program ini sudah dirancang dengan baik, perjalanan menuju Liwu Mokesa tetap penuh tantangan. Selain kendala anggaran, ada juga persoalan birokrasi yang harus dibenahi. La Ode Darwin memahami bahwa tanpa tim yang solid dan pemerintahan yang transparan, mustahil visi besarnya bisa terwujud. Oleh karena itu, ia mulai dari dalam, dengan melakukan reformasi di tubuh pemerintahan daerah. Ia menekankan prinsip kerja cepat, efisien, dan berorientasi pada hasil.

Dalam setiap kunjungannya ke desa-desa, ia selalu mendengarkan langsung keluhan masyarakat. Ia ingin memastikan bahwa program yang dijalankan benar-benar berdampak bagi rakyat, bukan sekadar proyek administratif.

Bagi La Ode Darwin, memimpin Muna Barat bukan sekadar menjalankan tugas pemerintahan. Ini adalah perjuangan panjang untuk membawa daerahnya menuju masa depan yang lebih baik. Liwu Mokesa bukan hanya impian, melainkan tujuan yang harus diwujudkan bersama, dan langkah pertama sudah dimulai.

Keluarga dan Kehidupan Pribadi

Dari Aktivis Kampus hingga Bupati: Kisah La Ode Darwin

Di balik kesuksesannya, ada dukungan penuh dari keluarga. La Ode Darwin menikah dengan Rika Purwaningsih, dan mereka dikaruniai dua anak: Zivana Latifa Ayu Safitri dan Muhammad Gifar Wistara Darwin. Bagi La Ode Darwin, keluarga adalah sumber motivasi terbesar dalam setiap langkah yang ia ambil.

Kini, masyarakat Muna Barat menanti bagaimana La Ode Darwin akan mewujudkan impiannya. Dengan rekam jejak yang kuat dan tekad yang kokoh, ia diharapkan mampu membawa Muna Barat ke arah yang lebih baik, sesuai dengan janjinya untuk menjadikan daerah ini sebagai Liwu Mokesa yang sesungguhnya. (*)

Kontributor: Adin

IKUTI BERITA DAN ARTIKEL KAMI


  • Bagikan