SULTRATOP.COM, KENDARI – Seorang warga Lorong Lasolo, Kelurahan Sodoha, Kota Kendari Hadinan (46) bercerita saat rumahnya hanyut dan hampir berpisah dengan keluarganya saat banjir melanda pada 7 Maret 2024 malam.
Saat malam hari pukul 18.30 WITA, air sudah masuk ke dalam rumahnya, ia sedang siaga bersama istri, sedangkan anaknya tertidur pulas.
“Sebenarnya saya suruh istriku untuk tidur mi dulu, nanti kita gantian kalau mau naik air. Karena pertama saya buka pintu itu air belum apa-apa,” tuturnya saat ditemui di lokasi pascabanjir, Sabtu (9/3/2024).
Akan tetapi memasuki waktu larut malam debit air semakin naik, rumah Hadinan pun hanyut, Hadinan mengaku hampir terpisah dengan anak dan istrinya.
Kata dia, ketika banjir sudah menghantam rumahnya, Hadinan mengungsikan anak dan istrinya ke rumah tetangga yang tidak terdampak. Namun, sang istri keluar tanpa izin tetangganya tersebut.
“Waktu saya lihat saya punya rumah, tidak bisa mi saya kesana, saya masuk kembali, saya tahan pintunya tetangga. Tidak lama kemudian saya cari mi istriku, ‘ih dimana mi istriku dengan anakku?’, saya tanya tetangga katanya dia masih lihat rumahnya. Mohama, di situ mi saya trauma. Saya berteriak di lorong sini seperti hilang mi saya punya jiwa,” cerita Hadinan.
Hadinan hanya bisa pasrah rumahnya hanyut dan hanya meninggalkan pakaian di badan ia dan keluarga bersyukur bisa selamat dari musibah ini.
Hanya saja, warga di bantaran kali Lorong Lasolo tersebut dikatakan Hadinan belum pernah menerima edukasi ataupun pelatihan dalam penanggulangan bencana.
Bukan cuma rumahnya, dua rumah yang bersampingan dengan rumah Hadinan juga hanyut terbawa arus banjir.
Saat ini, mereka hanya menerima bantuan berupa pakaian dan kebutuhan makan. Hadinan harap bantuan untuk membangun kembali rumahnya dari pemerintah.
Sebagai informasi, Hadinan telah tinggal di lokasi tersebut sekitar 14 tahun. Atau sejak tahun 2000 pasca kerusuhan Ambon. Ia memang menyadari bahwa tinggal di bantaran kali memiliki potensi rawan banjir.
Kendati demikian, ia tidak memiliki pilihan lain karena susahnya mencari lahan di Kendari.
Hadinan sehari-harinya bekerja sebagai tukang becak dan membuang sampah masyarakat untuk menghidupi istri dan seorang anaknya yang kini berusia 2 tahun 8 bulan.
Ditempat ini, ia memiliki rumah berdiding papan (panggung). Rumahnya sudah 3 kali terkena banjir sejak 2013, 2017, dan 2024. Tahun ini, ia mengaku adalah yang terparah.
Di tahun-tahun sebelumnya, ketika air kali naik ke pemukiman warga, ia tidak begitu terdampak karena memiliki rumah panggung dengan ketinggian tertentu.
Kontributor: Ismu Samadhani
Editor: Ilham Surahmin